Chereads / *Look* / Chapter 5 - Chapter Five

Chapter 5 - Chapter Five

Tangan Karlen dengan cekatan mengurus kekasihnya yang tengah demam. Memberikannya satu pil paracetamol.

"Lain kali jangan memaksakan diri menemaniku sayang..." ucap Karlen dengan cemas.

"Yaampun sayang,,, aku hanya demam, bukan sakit yang parah. Kenapa kamu sepanik ini?"

Karlen menajamkan tatapannya

"Kamu sakit gegara lembur nemenin aku, gimana aku gak panik!! Dan juga besok kamu ada latihan basket, beberapa hari lagi kamu ada kompetisi basket, belum lagi kegiatan organisasimu ini!"

Senyuman merekah dari bibir kekasih Karlen

"Heyy sayang... I just need your attention, trust me... tomorrow i will feel better,," ucapan sang kekasih membuat Karlen tersenyum sipu.

"And im here... feel better now?"

"I guess yes.."

Dipeluknya Karlen dengan erat, hembusan berat masih terasa di leher Karlen. Dan lambat laun, hembusan nafas yang teratur dirasakan oleh Karlen, hal itu menandakan bahwa kekasihnya sudah tertidur.

Karlen menidurkan kekasihnya dan kini menatap wajah tidur lelapnya.

"I love you more than everything... Please, tunggu aku hingga siap mempublikasi hubungan kita..."

Karlen mengecup dahi kekasihnya. Dia beranjak dari ranjang, dan merapikan kamar kekasihnya.

-look-

Cahaya mentari pagi menyinari kamar tersebut, Karlen terbangun dan dilihat olehnya sudah pukul tujuh pagi. Karlen sudah hafal dengan jadwal kuliah kekasihnya. Beruntungnya hari ini dia hanya memiliki satu jadwal kuliah siang nanti.

Karlen beranjak dari kamar mereka dan melangkah menuju dapur. Menyiapkan sarapan dengan bahan yang ada.

Karlen menyetel musik, sebuah lagu dari grup kesukaannya, Day6 yang berjudul Only. Alunan musik band yang cukup lembut dengan lirik lagu yang terdengar sweet baginya.

Hingga dia terkejut, ketika kedua tangan melingkar di pinggangnya,

"Good morning sayang.." ucap kekasihnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Karlen tersenyum, berbalik arah menghadap sang kekasih yang sangat tinggi, menempelkan tangannya ke dahi lelaki itu.

"Sudah tidak panas, artinya sudah sembuh."

"Kan aku sudah bilang, aku cukup diperhatiin kamu aja, habis itu sembuh kok.."

Sembur tawa keluar dari pasangan itu.

"Yaudah ayok kita sarapan, habis itu aku berangkat ke kampus.."

Lelaki itu mengernyitkan dahinya

"Ke kampus? Ngapain? Kan kamu gak ada jadwal sayang?"

"Aku harus nyarin literatur di perpus sayang... Kan kamu tau proposal ku di ubah total sama dosenku."

"Haaa!! Ya Tuhan! Di ubah total? Gimana bisa?"

"Ya... soalnya dosenku mintanya topik lain,,"

Kekasih Karlen hanya menganggukkan kepalanya.

-Look-

Alen menatap layar ponselnya dengan gelisah. Pasalnya sang kekasih tidak kunjung memberi kabar dia ada sekarang dimana. Sudah hampir dua jam Alen tidak diberi kabar.

"Woy Len.. kenapa kamu?"

Tepukan di bahu kiri Alen membuatnya terkejut

"Gak kenapa-kenapa Rey.. gabut aja ini,,, kita gak ada rapat atau pembahasan apa gitu kan?"

Rey teman satu divisi Alen dalam organisasi eksekutif mahasiswanya ini pun tersenyum,

"Kamu nungguin pesan dari pacar ya?"

Alen sontak saja terkejut.

"He? Wait... darimana kamu tau aku punya pacar?" tanya Alen dengan nada rendah

"Keliatan tuh, gelang yang biasa kamu tutupin."

Seketika Alen menggulung lengannya, menutupi gelang yang melingkar di tangan kirinya.

"Hahahaha, Alen... Gak usah ditutupin, lagian gak ada masalah juga kan kalau kamu punya pacar?"

Alen menjawabnya dengan gelengan kepala

"Bukan masalah,, hanya saja aku dan pacarku sepakat untuk merahasiakannya terlebih dahulu sampai aku selesai tugas di sini."

Rey menatap seksama

"Tunggu maksudnya,, kamu sudah lama merahasiakan hubungan kalian?"

Alen mengangguk

"Kami sudah berjalan hampir dua tahun ini Rey.. awalnya aku ingin memberi tahu publik langsung, tapi dia menolaknya,,, dia takut, karena merasa aku yang yahhh dia bilang aku golongan anak terkenal, jadi tidak mau semua orang bakalan mencaci maki hubungan kami."

"Oiii,,, cewekmu aneh juga yah... Biasanya kalau kekasihnya itu orang yang famous bangga loh, ya diumbar terus, dengan alasan biar gak ada orang yang ganjen.. Soalnya kelakuannya si Ratih begitu."

"Makanya itu Rey,,, aku juga agak heran sih sama dia, kenapa malahan nggak mau dipublish gitu, tapi ya mau gimana pun aku harus menghormati keputusannya."

"Dia seangkatan kita?" tanya Rey menyelidik

"No... dia seniorku,"

Rey mengangguk paham,

"Aku yakin sebenarnya dia juga ingin mempublish hubungan kalian, tapi dia masih ragu atau yaah bisa dibilang insecure." ucapan Rey membuat Alen pun tersenyum

"Ah aku ada ide Len.."

"Gimana kalau kamu upload foto kamu di social media sama dia, tapi kayak misterius gitu, tau maksudku?"

Alen menggelengkan kepalanya

"Begini,,, contohnya, kayak siluet kalian berdua, atau foto kaki kalian pas kalian lagi ngedate, atau bisa juga foto tangan kalian lagi genggaman tangannya, kita coba liat respon orang- orang gimana, itu juga bisa bikin dia tahu kan?"

Alen tersenyum lebar

"Bodoh sekali.... kenapa gak dari dulu aku ngelakuin hal itu yah?"

"Kamu itu kalau urusan begini gak ada pinternya,,,"

Dan mereka berdua tertawa bersama.

Seketika Alen ingat, ini sudah hampir jam empat sore, namun kekasihnya belum juga memberi kabar. Memastikan dengan feeling yang dia rasakan saat ini, Alen berpamitan ke Rey untuk menjemput kekasihnya.

-Look-

Karlen menatap sedih ke arah ponselnya yang mati. Saat di jalan menuju gazebo perpustakaannya Karlen bertabrakan dengan seorang mahasiswa lain dan menyebabkan ponselnya jatuh dan mati. Dia resah dan khawatir, pasti kekasihnya tengah menunggunya sejak tadi.

Karlen bingung seketika, dia harus memberi tahu siapa. Bahkan untuk memesan ojek pulang saja dia pasti tidak bisa. Sekelilingnya tidak ada yang dia kenal untuk dimintai tolong.

Karlen meletakkan kepalanya di meja, pasrah dengan keadaanya saat ini. Wajahnya di penuhi dengan kesedihan dan juga kerisauan.

"Bagaimana ini? Aku juga tidak punya cukup uang untuk servis ponselnya." monolog Karlen dengan nada gemetar hampir menangis.

"Karlen...." suara panggilan yang amat dia kenali,

Seketika Karlen menatap sumber suara, tangisnya hampir pecah.

Tangan Karlen di tarik begitu saja, hingga mereka masuk ke mobil.

Karlen menangis dalam mobil, dan kini kekasihnya bingung, juga hampir marah.

"Maaf aku tak memberi kabar, Maaf..... ponselku tadi jatuh dan mati total,, Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk menguhubungimu."

Sebuah helaan nafas membuat Karlen menatap wajah kekasihnya.

"Aku sangat khawatir kamu tidak kunjung memberi kabar... Maaf tadi aku berbuat kasar menarik tanganmu begitu saja, Apa sakit?"

Gelengan kepala Karlen menjadi jawaban

"Yasudah kalau begitu,,, kamu pakai ponselku saja, aku beli baru..."

Karlen membulatkan matanya lalu menggelengkan kepalanya lagi

"Kamu saja baru ganti ponsel beberapa minggu lalu, ini mau beli lagi, Apa mamamu tidak marah?"

Kekasihnya hanya tersenyum dan mengusap wajah Karlen

"Tentu saja tidak, untuk apa mama marah, kalau aku bilang kekasihku lebih membutuhkannya."

"Sudah ya... Jangan banyak protes, ayo kita ke pusat perbelanjaan eletronik."

Karlen hanya terdiam, sedangkan sang kekasih dengan segera melajukan mobilnya menuju tempat yang mereka tuju sore ini.

-Look-