Suasana gor basket indoor tengah riuh, dipenuhi dengan suara teriakan, gerakan sepatu, dan suara bola basket yang terus memantul.
"Len! Fokus!! Berapa kali kamu shoot tidak berhasil?" Sang Pelatih menegur Alen yang kali ini gagal juga untuk mencetak poin.
Alen pun berlarian menuju sang pelatih,
"What happen to you? Kalau ada masalah pribadi jangan di bawa ke lapangan, apalagi sampai mempengaruhi performa mu Len! Come on! Fokus dan fokus!"
"Baik Coach!!" Seru Alen dan kembali memasuki lapangan.
Beberapa hari ini memang Alen memiliki masalah pribadi, hal ini berkaitan dengan hubungannya dan juga organisasi nya.
"Len are you okay? Habis latihan kita mampir dulu gimana?"
Sebagai sang Kapten, Roni tentu saja cukup khawatir dengan kondisi Alen saat ini, terlebih Alen merupakan anggota tim inti dan sebagai shooter, akan menjadi masalah besar jika Alen tidak fokus.
"Im Okay Ron.. Boleh tapi aku tidak bisa lama- lama bagaimana?"
Roni mengangguk setuju dengan jawaban Alen.
-look-
Alen dan Roni mengganti sepatunya bersamaan, latihan malam ini sudah selesai tepat di pukul delapan malam. Dan mereka pun di beritahu oleh manager mereka, bahwa beberapa hari lagi liga kompetisi akan dimulai, manager meminta mereka untuk fokus dan juga lebih menjaga stamina tubuh.
"Kamu mau bareng atau motoran sendiri?" tanya Alen
"Biar sekalian balik, aku motoran sendiri aja, lagian nanti bolak balik kalau motornya aku titipin sini."
Alen pun mengangguk setuju.
Mereka berdua mengendarai kendaraan mereka menuju sebuah kedai 'Warmindo'
Alen hanya memesan minum, sedangkan Roni memesan mie instan goreng dan minum.
"Ganti ponsel lagi Len?" tanya Peter karena menotice ponsel Alen yang berbeda
"Iya, kemarin ponsel cewekku rusak, jadi yaudah ponselku dia pakai saja. Aku beli baru."
Roni yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya
"Gimana? Pasti lagi sibuk- sibuknya sama kegiatan eksekutif.."
Alen hanya menghela nafas
"Kalau masalah eksekutif si aku masih bisa menghandle-nya Ron, walaupun yah harus sedikit oleng,,, Tapi kalau urusan relationship, aku susah.."
Roni yang mendengarnya tertawa kecil.
"Aku baru tau jika seorang Alexander Granenda yang cuek dan dingin ini mendadak jadi sadboy karena seorang cewek."
Alen tersenyum canggung
"Begini apa dia menyusahkanmu? atau bisa dibilang merugikanmu?"
"No... dia bukan cewek yang seperti itu. Justru dia adalah support systemku, dia yang membuatku bisa menjadi orang yang bisa ya kamu lihat sekarang aktif sana sini."
Roni kembali mengangguk paham
"Lalu problem-nya dimana?"
"Begini Roni,,, aku coba ibaratkan saja hal ini terjadi padamu. Kamu adalah anak basket, aktif di organisasi, cukup terkenal dikalangan mahasiswa angkatanmu bahkan juniormu. Lalu kamu memiliki kekasih yang dari anak biasa- biasa saja, dia hanya aktif di perkuliahan saja. Lucunya adalah, kekasihmu tidak mau hubungan kalian itu terekspos, atau bahkan publik tau mengenai hubungan kalian?"
Roni membulatkan matanya ketika mendengar cerita Alen
"Wait! What??? Unik!!! Asli ini unik banget!! Kalau aku jadi kamu, udah aku ajak nikah aja itu cewek asli deh... Ya gimana ya, udah pasti pemikiran cewekmu adalah dia tidak mau kamu terbebani... Maksudnya begini, untuk beberapa cewek, terlebih saat dia tahu pasangannya merupakan orang yang famous, dia bakalan sebisa mungkin untuk tidak nge-publish, karena menurutnya hal itu bakalan jadi masalah besar...."
"Katakanlah begini Len... if someday, people know about your relationship, and then some people say like... yaampun masa sih seorang Alexander Granenda pacaran sama orang yang begitu, gila aja.. seleranya Alexander begitu amat.. And then.... mereka jadi gak suka sama kamu. Bagi dia itu akan menjadi beban, dan yah... dia merasa bersalah akan hal itu... Kalau kalian bicara heart to heart, asli deh,,, sebenarnya dia ingin sekali hubungan kalian di ketahui banyak pihak."
Kalimat panjang dari Roni membuat Alen tersadar. Selama ini mereka tidak pernah membicarakan hal ini secara dalam. Alen selalu meng-cut pembicaraan ini dan lebih memilih untuk menuruti kemauan dari kekasihnya.
"Len,,, she want you to publish it... Trust me,,, cuma kalian butuh sesuatu hal yang bikin sedikit misterius."
Alen mengangguk paham.
"Kamu benar Ron... selama ini aku hanya langsung mengiyakan ketakutannya, tapi aku tidak berfikir mencari jalan keluarnya."
"Slow but sure aja Len... nikmatin aja dulu... Kalau hal itu juga terjadi sama aku, aku bakalan lebih intens dengannya, maksudku bukankah hal itu menantang? Ketika kalian nge-date harus diam- diam, dan juga pasti itu lebih intim, kalian menikmatinya berdua, semua orang tidak ikut campur dan berkomentar tentang kalian, kalian lebih mudah fokus menata hubungan kalian ke depannya bagaimana."
Lagi dan lagi Roni membuat Alen terdiam dan merenungi semua kalimat Roni.
"Coba aja kamu minta dia datang buat nonton ke pertandinganmu. Anggap saja vitamin boost mu."
Alen dan Roni tertawa bersama setelah itu. Mereka mengalihkan topik pembicaraan ke arah hobi mereka yang sama yaitu basket.
-look-
Karlen kini tengah membaca buku di ruang tengah rumah kekasihnya. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Namun kekasihnya tidak kunjung datang, cukup resah Karlen lalu menelfon kekasihnya.
"Kamu dimana sekarang? Apa ada problem?" Tanya Karlen saat telfon
"Hmmm baiklah, aku tunggu segera sayang..." ucap Karlen dengan bahagia setelah mendengar jawaban dari kekasihnya.
Hingga sekitar limabelas menit, suara mobil yang terparkir di garasi membuat Karlen bangun dari duduknya dan kini mengintip dari jendela depan.
"Aku merindukanmu..." ucap Karlen seketika saat melihat kekasihya berdiri di pintu rumah
Kekasihnya tersenyum bahagia dan memeluk Karlen
"Kamu berkeringat sayang..." ucap Karlen disertai tawa kecil khasnya
"Iya tapi aku tetap tampan kan?" pertanyaan dari sang kekasih membuat Karlen tersenyum dan mengangguk
"Tentu, kekasihku selalu tampan.. dimanapun dan kapanpun."
Karlen menarik lengan kekasihnya dan kini mereka duduk di ruang tengah.
"Apakah kamu mau pergi ke pantai denganku besok?"
Kekasihnya mengernyitkan dahi atas pertanyaan itu
Karlen menggigit bibir bawahnya, takut jika sang kekasih akan menolaknya
"Sure... Tentu saja aku mau, kapan lagi kekasihku Karlen Brianna mengajakku kencan ke pantai."
Karlen tersenyum puas
"Benarkah? Apakah kamu besok tidak ada kegiatan apapun? Atau bahkan latihan? Atau kegiatan organisasimu?"
Kekasih Karlen tersenyum, mengusap rambut hitam legam Karlen
"No... Aku besok free untuk Karlen Brianna, hanya untuk Karlen Brianna... Bahkan jika besok aku ada rapat pun aku akan memilih bolos... Hei,,, selama ini aku terus yang mengajakmu kencan."
"YaTuhan... iya kah? Apa aku tidak pernah mengajakmu kencan? Bukankah aku selalu mengajakmu untuk nonton film bersama, makan malam, datang untuk menonton pertunjukkan teater?"
Kekasihnya tertawa mendengarnya
"Itu beda... Kalau ini spesial banget.. Jadi gak boleh aku lewatin momennya..."
-LOOK-