Egara masuk ke kamar prajurit untuk beristirahat. Di dalam, terdapat enam tempat tidur susun dimana seluruh rekannya sudah terlelap karena kelelahan setelah berlatih ekstrim.
Ruangan yang tidak begitu luas itu menjadi sangat pengap saat gelap. Hanya ada satu penerangan, lentera kecil di dekat pintu adalah sumber cahaya di kamar itu.
Egara melepas pakaian prajuritnya lalu merebahkan tubuh dan mencoba untuk memejamkan mata.
Samar masih dapat didengar olehnya suara dengkuran rekannya dari tempat tidur yang berbeda. Lalu suara gerombolan semut di sudut ruangan yang sedang merebutkan potongan sisa makanan yang sengaja diberikan oleh salah seorang prajurit saat mereka makan.
Perlahan suara itu mulai menghilang. Egara hanya menduga kalau dirnya sudah semakin jauh menuju alam mimpi, namun dia masih dapat berpikir banyak dan sama sekali tidak merasa tidur. Hingga dia mengerutkan dahi dan menggerakkan tubuhnya.