Chereads / BUKU SIHIR SANG RAJA ELF / Chapter 14 - Kerajaan Timur

Chapter 14 - Kerajaan Timur

Hatt, Raseel Ley dan si muda Tao terus berusaha memberi balasan penyerangan kepada sekelompok raksasa berapi itu. Sebenarnya makhluk berapi itu terluka, tetapi kekuatan mereka masih sangat kuat untuk menangkis perlawanan keempat pria itu.

Tiba-tiba terdengar suara bergemuruh dari dasar sungai dan menggetarkan rakit tempat para pengelana itu berada. Air sungai tiba-tiba beriak dan menyembur tinggi ke atas dengan gelombangnya yang dahsyat dan menyerang pasukan burung iblis hingga mereka semua bercerai berai dan terjatuh mati karena serangan air sungai yang hebat.

Air sungai yang berubah menjadi gunung tinggi itu pun mengejar dua ekor burung iblis yang mencoba untuk melarikan diri dan menggulungnya di dalam gelombang air hingga kedua makhluk iblis itu mati. Tidak hanya sampai situ, para pengelana dibuat terpana oleh air sungai itu dengan kembali menyerang pasukan gnome lembah di sisi hutan dengan mengguyur dan menarik tubuh kecil mereka kedalam sungai sampai akhirnya mereka semua mati tak bersisa dan air sungai itu kembali tenang seperti sediakala.

"Apa itu tadi?" Hatt masih belum berkedip karena terpana dengan apa yang baru dia saksikan.

"Air sungai itu hidup?" gumam Ley seraya memandang luas ke hamparan air sungai yang mengalir dengan arus seperti semula, deras dan nyaman utuk perjalanan mereka di atas rakit.

Hal yang paling membuat mereka terpukau adalah, air sungai itu hidup, mereka menyerang pasukan musuh dengan menenggelamkan emuanya, lalu yang paling penting adalah air sungai itu tidak menyentuh rakit para pengelana itu sedikitpun dan membuat mereka tetap tenang berada di atas potongan-potongan kayu tersebut.

"Dimana si pria keriting dan pangeran cantik?" celoteh Tao menyadarkan mereka dari mimpi fantasi sang air sungai.

Mereka sama sekali tidak menyadari dengan apa yang telah terjadi dengan kedua pria itu. Mereka melihat sisa rakit yang tadi terbakar akibat semburan api Vinix yang mengapung tidak jauh dari mereka.

"Mereka menghilang," sahut Ley yang mengedarkan pandangan ke segala penjuru sungai mencari dimana kemungkinan kedua pria itu mengapung ataupun terdampar.

"Apa mereka mati?" tanya Raseel begitu takut dan khawatir.

"Entahlah, yang terpenting sekarang adalah kita harus segera menepi dan menemukan perkampungan. Kita dapat membahas ini disana." Ley memasukan kembali pedangnya kedalam sarung pedang dan memberi kode kepada yang lain untuk kembali fokus kepada perjalanan mereka.

Sedikit berbeda rasanya ketika mereka menepi tanpa kehadiran sang pewaris raja Elf, semangat mereka seolah menghilang dan hanya ada sebuah keputusasaan dan rasa bersalah yang mendalam. Si keriting Wedden adalah tujuan utama perjalanan panjang ini, tetapi jika dia mati maka perjalanan ini akan menjadi sia-sia.

Arus sungai mulai berangsur tenang, mereka segera menepi dan pasukan pengelana dari Utara ini tiba di sebuah perkampungan di negeri Timur Persei ketika bayangan telah mengarah ke timur dan langit mulai menampilkan semburat jingga di sisi Barat.

Istana Timest berjarak seratus kilometer dari perkampungan ini, tetapi perjalanan itu akan lebih mudah jika ditempuh dengan mengendarai kereta kuda yang dapat mereka tumpangi dari perkampungan. Mereka tidak lagi memikirkan istirahat di sebuah tempat di perkampungan yang lumayan ramai ini, yang mereka pikirkan hanyalah cepat sampai ke istana Timest dan membicarakan semua hal kepada sang raja dan meminta bantuan atas misi mereka.

Di dalam perjalanan menuju istana Timest, keempat pria Utara itu banyak diam. Mereka mehela napas dengan nyaman dan mengumpulkan kembali kekuatan yang telah mereka gunakan selama perjalanan dan pertarungan tadi.

"Seharusnya aku membantu mereka tadi," ujar Ley tiba-tiba, membuat Raseel dan Hatt segera menepuk bahunya paham.

"Sudahlah, ini semua bukan salahmu. Takdir telah menggariskan nasib mereka berdua hari ini," kata Raseel pelan yang duduk di sebelah kanannya.

"Pangeran cantik itu memang ahli dalam permainan pedang dan penjelajahan hutan, sedangkan Wedden dia adalah pewaris raja Elf yang mempunyai kekuatan sihir yang hebat. Dan aku yakin kalau mereka akan baik-baik saja di bawah lindungan sihir Rapher," tambah Hatt yang berada disamping kirinya.

Ley masih termenung dalam diam, dia bahkan sampai melupakan sosok gondrong si muda Tao yang kelelahan dan telah tertidur di tempat duduknya di depan Ley dan peri lembah bersaudara.

Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, akhirnya mereka tiba di depan gerbang kerajaan ketika seorang pemuda berambut hitam pendek berlari dan menabrak kuda kereta yang ditumpangi oleh kedua pria Wakla dan peri lembah bersaudara.

Pak kusir memaki dan menyumpah serampah kepada pria yang berlari tanpa arah itu. Sementara Ley dan teman-temannya hanya memandangi langkah cepat pemuda itu dengan heran.

Keempat pria Utara itu segera memasuki istana yang luasnya sama dengan kerajaan Soutra dengan pengamanan yang super ketat. Namun sepertinya ada yang tidak beres sekarang. Para prajurit depan banyak yang kosong dan beberapa diantara mereka menunggangi kuda dan berlari keluar istana seperti sedang mengejar sesuatu.

Dengan identitasnya yang sudah diketahui para prajurit dan beberapa orang dalam kerajaan, Ley yang membawa saudara dan kedua teman perinya diperbolehkan masuk dengan mudah dan segera menemui sang raja di Singgasananya.

"Apa yang terjadi? Ada apa dengan para prajuritmu?" Tanya Ley lantang kepada sang Raja muda berambut gelombang panjang nan hitam dengan sorotan matanya tajam yang terduduk di kursi keagungannya.

Raja tampan itu terlihat jelas sedang menahan amarahnya, hanya saja dia mencoba bersikap ramah di depan para tamu yang baru datang. Dengan tersenyum, raja Timest menyambut kedatangan Ley yang tiba-tiba dan tanpa ada pemberitahuan itu.

"Ada keperluan apakah gerangan para sahabatku berkunjung ke istanaku yang tengah berduka ini?" ujar raja yang tidak mengenakan mahkota itu.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Ley lagi penuh rasa penasaran dan prihatin dengan sikap sahabatnya yang terkesan terpaksa untuk ceria itu.

"Mari duduklah dulu kalian, aku tahu kalian baru melalui perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan." Sang raja Timest membimbing jalan para pria Utara ke sebuah meja bundar dengan lebih dari delapan kursi yang mengelilinginya.

"Mahkotaku, barang paling berharga milik kerajaan Timest baru saja dicuri oleh seorang pemuda perkampungan yang liar dan tidak berpendidikan!" ujar sang raja pada akhirnya dengan penuh amarah yang masih ditutupi dengan sikapnya yang ramah.

Beberapa pelayan istana memberikan hidangan istana untuk para tamu sang raja yang sudah sangat mereka kenal, putra Mekke Arkenstone, panglima kepercayaan sang raja Ragen Timest ayah dari raja muda yang berambut ikal nan tampan ini.

"Tetapi kalian tidak perlu khawatir, karena aku telah mengutus beberapa prajuritku untuk mengejar dan menghukum pemuda perkampungan itu," sambungnya lagi membuat keempat pria Utara sedikit teringat akan pemuda yang tadi berlari dan menabrak kuda kereta yang mereka naiki. Tetapi mereka hanya menyimpan ingatan itu dan tidak ingin membuat raja muda bertambah murka karena mereka telah melepas pencuri itu.

"Apa keperluan kalian datang kemari? Apa ada yang membutuhkan bantuanku?" sang raja muda menyeringai ramah kepada para tamunya dari Utara.

***