Plak!!
Pria menampar wanitanya. Sesuatu yang tidak pernah dilakukannya. Menyakiti seorang wanita. Terlebih, wanita yang ia cintai.
"Kau!!" Wanita menatap nyalang prianya.
"Sekarang kau berani menamparku! Setelah ayahku tidak ada. Benar-benar lelaki pengecut!" Wanita memegang pipi kirinya. Tapak tangan itu, juga mengenai telinganya.
Selama beberapa saat, ia tidak bisa mendengar jelas, apa yang dilontarkan pria dingin itu.
Satu kali lagi, tamparan hendak mendarat di pipi yang sama. Sang wanita kini waspada. Menahan serangan itu dengan kedua tangannya. Sungguh, bukan lawan yang seimbang. Namun, wanita itu berani melawannya.
Menatap dengan kebencian, "Ceraikan aku! Aku tidak ingin terikat lagi dengan lelaki yang kasar sepertimu!"
Sang pria balas menatap dengan bengis. "Cerai? Seumur hidupku, kau tidak akan kuceraikan!"
Sang pria menepis tangan wanitanya, meninggalkannya seorang diri. Di kamar mereka.
Bunyi suara pintu terkunci, menyadarkan sang wanita. Kini, dirinya hanyalah seorang tahanan.
***
Beberapa tahun sebelumnya.
'Oh tidak! Gawat! Bagaimana ini?!' seorang gadis mengenakan seragam kerjanya terlihat panik. Saat itu, TTO tempatnya bekerja masih cukup sepi. Karena mereka baru saja buka. Dan ia beserta rekannya baru saja membereskan meja, menata ulang alat tulis dan toples-toples berisi permen rasa mint, di tempatnya seperti biasa.
Rekan-rekannya yang lain, menyambut tamu VVIP salah satu maskapai penerbangan swasta di Indonesia.
"Selamat datang di Majapahit Air. Ada yang bisa kami bantu?" sapaan khas front liner kala ada pelanggan masuk ke dalam TTO.
Tamu tersebut mengangguk. Membuka kacamata hitamnya, mengedarkan pandangannya ke seluruh karyawan cantik dan tampan, yang ada di ruangan itu. Tampak kecewa.
"Selamat pagi, Pak. Mau ambil tiket?" sapaan khas front liner lain.
"Ya." Matanya tetap fokus ke satu sudut, setelah menyerahkan KTP dan kode booking.
Sudut tempat kursi seseorang yang selalu berada di sana. Ke mana dia? Batinnya.
"Maaf, Pak?" Suara karyawan wanita yang melayaninya, memecah lamunan.
William Lee, pria itu menatap sang karyawan dengan tatapan dingin. Tatapan, yang siapa pun akan merasa ngeri. Membuat bulu kuduk berdiri.
Karyawan wanita bernama Rere Walid, menelan salivanya. Gawat jika ia salah berbicara pada tamu VVIP di hadapannya.
"Pembayaran tiketnya di kasir, Pak." Rere Walid mengembangkan senyum terbaiknya, meski pria bernama William Lee itu tidak membalasnya.
William Lee, beranjak dari kursinya, berjalan mendekati kasir, hendak mengeluarkan kartu member dari dompetnya. Saat itulah ia mendengar suara karyawan laki-laki di dekat sudut ruangan.
"Wil, kamu ngapain di bawah situ?!" Suara lantang Andi Pratama–selepas menutup pesawat telepon, menggema di dalam ruangan. Membuat siapa saja menoleh mengikuti pandangan matanya. Tanpa kecuali, pria bernama William Lee.
Seketika senyum tipis terulas di wajah William Lee. Yang dicarinya ternyata tengah bersembunyi.
Wanita muda yang dipanggil Wil–Wilma Herdian, terdengar berdecih. Wajahnya menampakkan ketidaksukaannya. Menatap nyalang Andi Pratama.
Andi Pratama, awas kamu ya!! Aku akan membuat perhitungan denganmu! Batin Wilma.
Wilma Herdian merapikan penampilannya–pakaian dan rambutnya yang sempat berantakan, seraya beranjak dari bawah meja, tempat persembunyiannya. Sejak pria bernama William Lee terlihat akan memasuki kantornya itu.
Bersembunyi di bawah meja, adalah pilihan terakhirnya, agar bisa menghindar dari pria pelanggan VVIP maskapai penerbangan tempatnya mengais rezeki.
Selesai melakukan pembayaran di kasir, William Lee mendekati meja Wilma Herdian. Senyum tipisnya terulas di wajahnya.
Tanpa dipersilakan, William Lee duduk dengan tenang di depan meja Wilma Herdian. Yang tampak berpura-pura sibuk menata tiket dan kuitansi di mejanya.
"Rere." William Lee membuka telapak tangannya, kode meminta tiket yang sedang ditulisnya untuk diserahkan kepadanya–baru saja tertulis nama penumpang.
Rere Walid tanpa diminta dua kali, langsung menyerahkan tiket yang belum selesai diissued bersama KTP milik William Lee.
William Lee lantas menyerahkan tiket itu ke hadapan Wilma Herdian. Tanpa suara, hanya isyarat ketukan jari pada tiket miliknya.
Wilma Herdian mendongak. Menatap wajah William Lee, yang sedang menatapnya sedari tadi. Kedua alisnya terangkat, seolah mengatakan, 'Aku sibuk, silahkan meminta rekan yang lain.'
Selepas mengetukkan jarinya di atas tiket miliknya, William Lee menanti. Kedua tangannya disilangkan di depan dada. Menyandarkan punggungnya di kursi empuk. Menantang Wilma Herdian. Iris matanya menatap lurus.
Wilma Herdian membasahi bibirnya. Mendengus pelan, dan mengambil tiket di hadapannya. Mulai mengisi bagian-bagian yang kosong. Mencocokkannya dengan reservasi di layar komputernya.
Tangannya selama beberapa saat terlihat dengan lincah menari-nari di atas dokumen milik William Lee, membuat pria ini tersenyum. Senyum yang jarang ia perlihatkan kepada siapa pun. Termasuk para karyawan senior di TTO itu.
Senyum yang hanya muncul, jika Wilma Herdian berada di ruangan seluas 4.5 x 16 meter persegi itu.
Selesai mengisi tiket, sesuai prosedur, Wilma Herdian menjelaskan isi tiket, mulai dari nama calon penumpang, tanggal keberangkatan, waktu check in, hingga jumlah bagasi. Dan ditutup dengan kalimat, "Apakah ada yang bisa kami bantu lagi, Pak?"
"Temani aku makan siang." William Lee tersenyum simpul. Pandangan matanya sungguh terlihat licik.
Inilah salah satu alasan Wilma Herdian enggan melayani tamu VVIP di hadapannya. Bukan hanya sekali, William Lee memintanya menemani makan siang.
Bahkan, saat Wilma Herdian bertugas shift malam pun. William Lee tidak akan segan mengajaknya makan malam, selepas TTO itu tutup.
Wilma Herdian, menolaknya dengan halus tentu saja, demi harus menjaga reputasinya sebagai karyawan. Terlebih ia baru saja menjalani masa percobaan sebagai karyawan kontrak selama tiga bulan pertama.
Dan hari ini, tepat dua bulan Wilma Herdian bekerja di TTO yang hampir setiap akhir pekan selalu ramai oleh para calon penumpang yang akan membeli tiket pesawat.
Demi keluarganya, Wilma Herdian menanggalkan kesempatan meraih gelar sarjananya, setelah lulus sekolah menengah atas, dan baru mengenyam pendidikan sarjana selama beberapa bulan, berhenti kuliah dan bekerja sebagai front liner di maskapai penerbangan swasta pertama dan terbesar di Indonesia.
Sejak ayahnya di PHK–karena krisis ekonomi yang melanda perusahaan tempat ayahnya bekerja dahulu, Wilma Herdian sebagai anak sulung menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Menggantikan peran sang ayah selama beberapa waktu.
Demi kehormatan keluarganya pula, Wilma Herdian menolak ajakan pria di hadapannya. Ia khawatir, William Lee pria beristri, dan senang bermain-main dengan perempuan muda. Bukankah sekarang Wilma Herdian baru berusia delapan belas tahun? Wanita muda, yang mungkin saja merupakan mangsa yang empuk bagi pria sejenis William Lee.
Wanita muda yang polos, yang mungkin saja bisa terjerat oleh pesona ketampanan lelaki yang kaya raya, seperti William Lee. Ia tidak ingin di kemudian hari dipertemukan wanita yang mengaku sebagai istri William Lee, dan menuduhnya sebagai pelakor.
Menurut kabar yang santer terdengar dari para karyawan seniornya, William Lee adalah seorang CEO Perusahaan Manufaktur WLX. Perusahaan yang bergerak di banyak sektor industri di Indonesia dan manca negara. Mulai dari industri tekstil dan garmen, otomotif, mesin dan alat berat, logam, hingga industri kimia dan farmasi, juga industri barang konsumsi.
Posisinya sebagai CEO dan memiliki banyak anak perusahaan menjadikannya kerap kali harus pulang pergi dengan menggunakan pesawat. Dan pilihannya jatuh pada maskapai penerbangan swasta, Majapahit Air, di mana pemiliknya–Aaron Luo, berteman akrab dengan ayah William Lee–Thomas Lee.
***
Issued: yang berarti diterbitkan, dicetak atau dikeluarkan tiket pesawat sesuai dengan data yang dimasukkan dalam proses booking. Issued tiket pesawat akan dilakukan oleh travel agen atau maskapai setelah anda menyetujui rute, jam keberangkatan, tanggal keberangkatan dan harga sesuai yang diinfokan atau diketahui sebelumnya.
TTO dalam penerbangan, singkatan dari Ticketing Town Office.
Kode booking: kode unik yang keluar berupa angka atau huruf, yang keluar setelah reservasi.