Hyuga Hidayat baru saja kembali dari pekerjaan paruh waktunya sebagai penyanyi dari panggung ke panggung. Dia merebahkan badannya yang sangat lelah di atas sofa ruang tamu. Bagaimana tidak lelah? Setelah pulang kuliah dia langsung disodori om dan tantenya jadwal untuk pekerjaan menyanyi entah itu di kafe atau di acara hajatan.
Krucuk... Krucuk...
Bunyi para cacing di perut Hyuga yang sedang berdemo meminta makan. Dia memang belum sempat makan hari ini. Akhirnya dia berjalan ke dapur berharap menemukan sesuatu yang bisa masuk ke dalam perutnya.
Lama mencari Hyuga hanya menemukan nasi yang sudah dingin di sana. Bahkan mie instan pun tak ada. Apa boleh buat, hari ini dia harus bertahan hidup. Hyuga lalu memasukkan satu suapan penuh ke dalam mulutnya, tapi naas belum sempat nasi itu masuk ke dalam mulutnya, om dan tantenya datang memergokinya.
"Lagi ngapain kamu? Masih sempet-sempetnya makan. Jadwal nyanyi kamu masih banyak!" bentak tante Hyuga.
"Iya, ayo cepetan keluar. Kalau telat, nanti mereka potong bayaranmu," timpal omnya.
Hyuga mendengus kesal. Dia bahkan tidak menikmati hasil jerih payahnya selama bekerja sebagai penyanyi. Om dan tantenya mengatakan semua uang itu untuk biaya dan keperluan kuliahnya.
Dengan berat hati Hyuga keluar dari rumah dan masuk lagi ke dalam mobil untuk ke tempat di mana dia harus bernyanyi selanjutnya.
Hyuga hanya bisa memeluk gitar kesayangannya selama dalam perjalanan. Gitar itu sangat berharga baginya karena satu-satunya peninggalan mendiang ayahnya. Dia mulai menyesali jalan hidupnya yang berakhir bersama om dan tantenya.
Waktu itu saat Hyuga masih duduk di bangku SMA, saat kedua orangtuanya kecelakaan dan meninggalkan Hyuga seorang diri tanpa kerabat dan saudara.
Hingga suatu hari datang om dam tantenya menjemput dirinya dan mengatakan akan mengadopsinya padahal kenyataannya mereka hanya mengeksploitasi bakatnya.
"Tante, aku mau ke toilet sebentar," kata Hyuga tiba-tiba.
"Gak bisa ditahan aja? Sebentar lagi sampe kok. Kira-kira satu jam lagi."
"Tan, kalo satu jam lagi bisa-bisa kantong kemihku meledak."
"A–Apa katamu?"
"Pokoknya aku harus turun sekarang tan. Udah gak bisa ditahan."
"Ya udah, biarin aja dia keluar," sahut omnya Hyuga yang duduk di kursi depan sambil menghitung penghasilan Hyuga hari ini.
Akhirnya tak berapa lama mobil mereka berhenti di sebuah pom bensin. Selagi Hyuga ke toilet, omnya sekalian mengisi bahan bakar.
Tanpa mereka sadari Hyuga bukan pergi ke toilet melainkan diam-diam melarikan diri. Dia terus berjalan tanpa arah. Kali ini Hyuga benar-benar ingin lepas dari om dan tantenya. Dia sudah sangat lelah menjalani kehidupan yang seperti ini.
Sementara itu Trio Eka, Chani dan Stefan sedang berjalan-jalan. Setelah menghabiskan satu panci penuh IndonesiaMie mereka memutuskan untuk menghirup udara malam dan membeli sepotong lemper.
"Padahal personil kita bertambah, kenapa kita masih aja berbagi sepotong lemper," keluh Chani.
"Stefan bersikeras mau beli satu doang, dan kita harus membaginya," sahut Eka.
"Betul. Sebenarnya gue bisa sampe di sini, karena waktu itu gue lihat kalian berbagi sebuah lemper dan kalian keliatan sangat bahagia."
Chani dan Eka saling berpandangan. Mereka berdua sadar jika Stefan sudah salah paham. Namun keduanya memilih diam karena tidak ingin mengecewakan anak itu yang sudah rela meninggalkan kekayaannya demi secuil kebahagiaan yang dia cari.
Mereka akhirnya duduk di sebuah bangku di pinggir jalan. Eka lalu membagi lemper itu dengan rata dan memberikan masing-masing pada kedua temannya.
Namun tiba-tiba mereka dibuat tidak nyaman dengan tatapan seorang pria yang terus memandang lemper mereka dengan wajah memelas.
"Lo mau ini?" tanya Eka, dan langsung dijawab dengan anggukan oleh orang itu.
"Bang, kok lo kasih ke orang asing sih?" bisik Chani.
"Gak apa-apa. Kita kan udah makan tadi."
Tanpa banyak basa-basi Hyuga lalu duduk dan bergabung dengan mereka. Dia langsung melahap potongan lemper yang Eka berikan padanya tadi.
"Ini punya gue, juga buat lo deh," kata Stefan lalu memberikan jatahnya kepada Hyuga.
"Iya, punya gue juga. Lo makan aja." Chani juga memberikan miliknya karena melihat pemuda itu sepertinya sudah seminggu belum makan.
"Kita pulang yuk." Eka lalu berdiri dan diikuti oleh Chani dan juga Stefan. Dia merangkul keduanya dan berjalan bersama.
"Apa gue boleh ikut sama kalian?"
Mereka bertiga lalu menoleh ke arah Hyuga. Ketiganya mencium bau-bau anggota baru. Lalu mereka bertiga mengangguk bersamaan.