Chereads / Kisah Cinta dan Luka Afrida / Chapter 4 - Surat Cinta Untuk Afrida

Chapter 4 - Surat Cinta Untuk Afrida

Bismillahirrahmanirrahim

Mendengar jawaban salam yang berasal dari belakang Afrida, dia pun panik apabila yang menjawab salam tadi adalah Hafidz. Namun ternyata bukan, lelaki itu adalah Ridho Ramadhan Asyafi'i, dia adalah Dosen muda di universitas Ahmad Dahlan.

"Mohon maaf, kakak siapa ya" Tanya Afrida kepada lelaki yang menjawab salam tadi.

"Perkenalkan, saya Ridho Ramadhan Asyafi'i, Dosen baru disini" Jawab Ridho dengan tersenyum tipis.

"Maa syaa Allah, Bapak teh kasep pisan uy" Ceplos Salma kepada Ridho sambil senyum-senyum sendiri.

"Kamu teh, jangan seperti itu Salma, ini teh Dosen bukan kakak tingkat atau teman sebayak, haduh-haduh" Jawaban ketus pun keluar dari mulut Syifa.

"Mohon maaf Bapak, saya tidak tau kalau bapak dosen, kalau boleh tau Bapak ada perlu apa ya pak dengan Kami?" kata Afrida memastikan sambil menundukkan pandangannya.

"Oiya, ini buku kamu kan? tadi saya melihat buku ini terjatuh dari ranselmu, jadi saya langsung mengambil dan memberikannya kepadamu" jawab Ridho lalu menyodorkan bukunya ke arah Afrida.

"Astagfirullah, betul bapak, ini buku saya, Terima kasih pak" Ucap Afrida dan bergegas mengambil bukunya.

"Iya sama sama, yasudah saya duluan ya, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" Ucap pak Ridho sambil tersenyum dan meninggalkan mereka.

"Duh Gusti, Kasep pisaan bapaknya, semoga aja nanti kita diampu oleh beliau ya, aku rela deh 12 jam belajar bareng bapak secakep itu, hehe" Ucap salma sambil berhalusinasi

"Hadeh, anak ini mulai deh, sudah-sudah, ayuk kita segera menuju kegedung fakultas, nanti kita terlambat loh" ucap Salma sambil menarik tangan kedua temannya.

*********

Waktu telah menunjukkan pukul 08.00 WIB, menandakan bahwa acara akan segera dimulai. Hari kedua berada dikampus membuat Afrida menemukan suasanya baru, lingkungan baru dan semangat baru. OSPEK hari ini berisi materi-materi dan pengenalan kampus sehingganya kami duduk berjam-jam untuk mendengarkan pemateri berbicara didepan. Rasanya kaki mereka sudah mulai kaku kaku kiki kaka hehe, cacing-cacing diperutnya pun sudah mulai berteriak meminta jatah makan siang.

Sekitar 15 menit sebelum sholat Dzuhur, akhirnya sesi pertama pun berakhir, namun aku belum menemui ada tanda-tanda kehadiran kak Hafidz dikampus hari ini.

"Astagfirullahaladzim, memikirkan apa aku ini" ucapnya lirih dalam hati.

"Ayok kita kekantin, cacingku sudah mulai meronta-ronta gais!" ucap salma sambil memegani perutnya.

"Apa ngga sebaiknya kita sholat Dzuhur dulu Sal? nanggung soalnya kalo mau langsung kekantin, belum ngantrinya nanti kita tertinggal sholat dzuhur berjama'ah" Jawab Afrida menyampaikan sarannya.

"Tapi Afrida, ini cacingku gimana? tambah kurus nanti dia, kasian" Rengek Salma menyanggah sarannya.

"Nanti kita makan saja roti yang aku bawa, in syaa Allah cukup untuk kita bertiga, setidaknya roti ini sebagai pengganjal sementara, gimana?" tanya Afrida kepada kedua temannya.

"Hmm, yaudah deh nggak papa, tapi nanti setelah sholat kita langsung ke kantin ya" tanya Salma pasrah dan memastikan.

"Iya iya cantik" jawab Afrida menimpali pertanyaan dari Salma.

Mereka pun mencari tempat duduk untuk kemudian memakan roti yang diberikan Afrida. Sembari mengobrol dan bercanda tawa, tiba-tiba Hafidz lewat di depan Afrida bersama perempuan yang tidak dikenali oleh Afrida, perjalanannya seperti tergesah-gesah dan fikiran Afrida pun buyar dan bertanya-tanya.

"Siapakah wanita yang bersamanya? Cantik, Santun dan kelihatannya dia wanita yang baik" gumam Afrida dalam hati.

"Maa syaa Allah, kenapa lelaki disini teh kasep-kasep pisan uy" ucap Salma dengan mulut yang masih penuh dengan roti.

"Hust, kalo mau bicara ditelen dulu makannya, nanti keselek loh" Celetuk Syifa kepada Salma.

"Iya iyaa, BTW itu kayaknya ketua BEM kampus yang kemarin bukan si, yang bicara di depan?" Tanya Salma penasaran.

"Iyaa betul, beliau adalah ketua BEM dikampus ini" Afrida menimpali pertanyaan Salma.

Setelah 10 menit akhirnya adzan Dzuhur telah berkumandang, mereka bertiga pun bergegas menuju masjid masjid untuk menunaikan sholat dzuhur berjamaah. Selepas itu, mereka menuju ke kantin dan kembali memasuki gedung fakultas serta melanjutkan kembali rangkaian acara yang harus dilaksanakan selama OSPEK berlangsung.

Tidak disangka bahwa Hafidz ternyata menjadi pemateri diacara OSPEK tersebut, materi yang disampaikan bertema "Maba? Aku Harus Apa".

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" Hentakan suara Hafidz pun menggelegar sangat lantang. Seketika itu pula Afrida menengok dan melihat Hafidz sebagai pembicara di depan sana. Ia masih mengingat 5 tahun lalu ketika Hafidz menjadi pembicara ketika MOS dihadapan siswa-siswi baru. Hafidz masih sama seperti dahulu, mudah membuat audiens yang melihatnya tidak jenuh, mudah berbaur, tutur kata yang sopan dan santun, sehingga tidak sedikit orang yang menyukainya ketika SMP dahulu.

Waktu pun cepat berlalu, hampir satu jam lebih Hafidz berbicara di depan dan telah berakhir sesi materinya, namun kini waktunya sesi tanya jawab. Dari puluhan orang yang menunjuk tangan diantaranya adalah Afrida, Hafidz pun mengatakan nama yang pernah singgah di hatinya namun belum sampai ia menggapainya.

"Baik, Silahkan saudari Afrida, Apa pertanyaannya?" Kata Hafidz sambil mempersilakan Afrida berbicara.

"Allahu Akbar, dari sekian banyak orang yang menunjuk tangan kenapa hanya aku seorang" gumamnya dalam hati.

"Ayooo, silakan saudari Afrida, dihidupkan microphonenya" tanya Hafidz kedua kalinya.

"Baik, terima kasih kepada kaka Hafidz yang telah memilih saya untuk menyampaikan pertanyaannya.

Kata demi kata telah Afrida lontarkan dan mendapatkan apresiasi dari Hafidz, karena pertanyaan darinya sangat kritis membuat Hafidz lebih banyak menganalisis jawaban yang harus diberikan kepadanya Afrida. Terdengar gemeruyuk suara tepuk tangan yang mengitasi ruangan itu. Tak membutuhkan waktu lama Hafidz pun menjawab pertanyaan dari Afrida dengan jawaban yang sangat memuaskan. Kini giliran Hafidz yang mendapatkan tepuk tangan meriah dari para audiens.

Rangkaian acara pada hari ini telah berlalu. Terlihat Afrida, Salma dan Syifa berdiri di depan gerbang, mereka sama-sama menunggu taxi online untuk menuju kerumah masing-masing.

Satu persatu taxi online yang mereka pesan pun datang, dan kini tinggal Afrida yang menunggu taxi yang ia pesan datang. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menghampirinya dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum Afrida" Tanya laki-laki itu kepada Afrida.

"Wa'alaikumussalam Wr Wb" Jawab Afrida menoleh kemudian menundukkan pandangannya.

"Aku igin memberikan surat ini kepadamu, mohon diterima ya, aku tau engkau tak ingin melihat dan menatapku karena ketakutan engkau terhadap Allah Swt, aku bangga kepadamu Afrida, Tolong dibaca ya surat dari saya" Ucap Hafidz kepada Afrida dan menundukkan pandangannya.

"Untuk apa aku menerimanya, aku tidak ingin ada fitnah diantara kita." Jawab Afrida dengan tetap menundukkan pandangannya.

"Ku mohon Afrida, aku tau engkau tak ingin berlama-lama jika berbicara dengan ku, dan aku menghubungimu pun kamu tak mau berbicara meski dalam percakapan via panggilan seluler, Aku bingung kamu selalu menghindar, namun kamu harus tau apa yang sedari dulu aku rasakan, Aku mohon, terimalah" pernyataan tegas Hafidz untuk Afrida.

"Baik akan aku terima surat darimu, dan maaf aku tidak bisa berlama-lama, Saya pamit, Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh" jawab Afrida dengan menerima surat dan kemudian menuju taxi online yang telah datang dihadapannya.

Akhirnya Afrida pulang dengan membawa surat dari Hafidz, ia hanya memegangi surat tersebut dan berniat membacanya ketika telah tiba dirumah. Sedangkan Hafidz masih tetap berada ditempat ketika mereka bertemu tadi, memandangi taxi online yang semakin menjauh darinya untuk memastikan bahwa Afrida akan baik-baik saja.

"Surat Cinta Untuk Afrida. Semoga selalu engkau baik-baik saja. Perasaan ini tentu saja masih sama. Tetap mengagumimu meskipun tak bertemu sekian purnama

"Ucapan Hafidz Untuk Afrida dalam hatinya.

-BERSAMBUNG-

-