Bismillahirrahmanirrahim
Hari ini adalah hari kedua pelaksanaan OSPEK berlangsung. Terlihat di depan sana Hafidz yang menoleh kepada Afrida dan memberikan senyum manisnya kepada Afrida. Afrida pun tak sengaja menatapnya sehingga mereka saling menatap satu sama lain.
"Astagfirullah, tidak sepantasnya kamu memiliki perasaan ini lagi Afrida" gumamnya lirih sambil meremas tas cangklong yang ia bawa.
"Wah, Itu kaka kasep teh liat kesini sambil senyum-senyum, pasti lagi karena ngeliat kecantikan aku, hihi" ucap Salma kegirangan.
"Salmaa, kalo mau halu jangan didepan orang banyak, malu tauuu" kata Syifa menatap Salam sinis.
"Udah-udah yuk kita cari tempat duduk, sepertinya acara akan segera dimulai" Sahut Afrida untuk memecahkan perdebatan Salma dan Syifa.
"Hayuuuk, cari tempat di depan ya, biar bisa memandang kaka gantengg ituuh, hihi" ujar Salma sambil tersenyum kepada kedua sahabat.
"Allah, ini orang kudu diruqyah ini, udah salah niat nihh" oceh Syifa sambil menjewer sedikit telinga Salma yang terlapisi oleh hijab.
"Ampun, ampun hehe, oke deh oke, aku mikuttt aja" ungkapan Salma untuk mencairkan suasana.
"Yaudah kita duduk disana ya, biar tidak terlalu depan dan tidak terlalu belakang juga" Jawab Afrida untuk memberikan solusi.
"Oke, yuk yuk" jawab Salma menarik tangan kedua temannya.
Setalah 10 menit kemudian akhirnya acara pun dimulai. Sama seperti hari sebelumnya, acara demi acara diisi dengan sesi materi, untuk meregangkan otak dan otot otot kita, sesekali juga diadakan ice breaking untuk menambah keseruan dan sebagai upaya saling mengenal antara mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain.
Tak terasa hari pun telah menjelang sore, acara pada hari ini ditutup dengan sebuah lagu tentang ciptaan mereka para grup band kampus. Dari sekian banyak personil grup band itu, ternyata Hafidz juga menjadi salah satu personil di dalamnya yang menjadi vokal dalam grup band tersebut.
"Udah ganteng, baik, suaranya bagus, duh gusti, ini manusia apa pangeran si kok sempurna banget" Ujar Salma ketika halunya kumat.
"Salmaa, bilang apa tadik?" sahut Syifa menimpali pernyataan Salma.
"Ehehe, enggak kok itu loh, gitarnya bagus bangett kayak punya kaka aku dirumah" jawaban Salma berusaha mengalihkan pembicaraan sebenarnya.
"Hmm, ada ada aja kamu Sal, awas lo kalo keterusan halu kayaknya kamu perlu dibawa ke psikiater" ucap Syifa menakut nakuti Salma.
"Ih, naudzubillahimindzalik, jangann sampe atuhh! apaan si kamu Syifa, malah mendoakan aku seperti itu" balasnya dengan tatapan sinis.
"Sudah sudah, tidak baik saling menyalahkan satu sama lain, Salma jangan berharap kepada selain Allah ya, karena nanti takutnya akan kecewa. Dan juga Syifa jika kita ingin menasehati teman kita, sebaiknya dengan cara yang ahsan atau baik, sehingga yang kita sampaikan mampu menyentuh hati pendengarnya" Ucap Afrida dengan penuh kelembutan.
"Ohh, gitu yaa, Terima kasih Afrida kamu telah mengingatkan kami berdua, kamu memang sahabat terbaik" Ucap syifa sambil memeluk Afrida.
"Jadi hanya Afrida nih yang baik, aku ngga?" Ucap Salma sambil cemberut melihat mereka berpelukan.
"Hehe, Salma, Aku minta maaf ya, kamu juga sahabat ku terbaik juga kok, kan kamu banyak menguji kesabaranku hehe" Ungkapan Syifa sambil menarik tubuh Salma untuk sama sama berpelukan.
"Maa syaa Allah, Afrida juga senang sekali memiliki sahabat seperti kalian. Kalian tau ngga si, esok diakhirat akan ada kaum muslim yang satu dengan yang lainnya saling bermusuhan, kalian tahu kenapa?" tanya Afrida kepada sahabatnya.
"Hehe, kok bisa gituuu, kenapa emg Afrida?" Ucap Syifa penasaran.
"Iya, karena ada seorang muslim yang mengetahui keburukan muslim lainnya namun ia tidak mengatakan atau menegurnya. Nah sedangkan keluarga, teman atau saudara saudari kita yang menasehati kita dalam kebaikan dan ketaatan, In syaa Allah, akan Allah pertemukan kembali mereka di Surga-Nya" jawab Afrida memberi pencerahan kepada para sahabatnya.
"Wah, Maa syaa Allah, Specless banget aku dengernya, Alhamdulillah Allah kirimkan orang orang baik disekitar Salma, jadi jika Salma salah ada yang mengingatkan" ucap Salma dengan rasa syukur.
"Alhamdulillah, kelak jika di Surga ngga ada Afrida, mohon banget ya sama kalian, tolong cari aku, bilang sama Allah Swt kalau dulu kita pernah saling menasehati dan mengingatkan dalam ketaatan" ucap Afrida dengan meneteskan sedikit air mata.
"Afrida, kamu membuat aku ternyuh, terima kasih Afrida, engkau memang baik, semoga kebaikan itu akan kembali kepadamu" sahut Syifa mendoakan kebaikan Afrida.
"iya sama sama sayang-sayang aku" jawab Afrida sembari mereka berpelukan kembali.
Acara pun kini telah selesai, seperti biasa mereka berjalan ke pintu gerbang untuk menunggu jemputan taxi online. Terlihat satu persatu dari mereka telah meninggalkan kampus tercinta begitu pun Afrida, dan ia bersyukur karena tak mendapati Hafidz sepulang tadi, sehingganya ia tak perlu beralasan terkait balasan surat yang Hafidz berikan.
************
Terlihat mobil Ayah yang tidak seperti biasanya parkir di depan rumah, biasanya Ayah selalu memasukkannya ke garasi samping rumah meskipun hendak pergi lagi. Afrida pun bertanya-tanya, dan ia pun segera turun dari mobil dan masuk kedalam rumahnya.
"Assalamualaikum Wr, Wb" Salam Afrida kepada orang rumah.
" Wa'alaikumussalam Wr, Wb. Sudah pulang nak?" tanya bunda kepada Afrida.
"Sudah Bunda, oiya Bunda itu kenapa mobil Ayah parkir di depan rumah Bun? ngak biasanya soalnya Ayah parkir disitu" ucap Afrida penasaran.
"Oiya nak, setelah ini kamu sibuk tidak? Bunda dan Ayah ingin mengajakmu ke suatu tempat" sembari menghampiri Afrida.
"Mau kemana Bunda, setelah ini si Afrida tidak sibuk bun" jawab Afrida dengan perasaan penasaran.
"Yasudah sekarang Afrida siap-siap yah, nanti juga Afrida tahu kita mau kemana" Senyum Bunda meyakinkan Afrida.
"Oke bunda, sebentar ya bun, Afrida mandi dan siap-siap dahulu" ungkap Afrida sembari menuju ke kamarnya.
Selang beberapa menit akhirnya Afrida pun keluarnya dari kamarnya, ia mengenakan pakaian gamis dengan disempurnakan oleh hijabnya, terlihat sangat anggun dan cantik. Tiba-tiba Bunda meneteskan air mata karena harus melihat putri cantiknya akan menempuh hidup barunya.
"Sudah sayang?, mari kita berangkat" Ajakan Ayah kepada Afrida.
"Sudah yah, Oiya yah adik adik tidak ikut?" tanya Afrida kepada Ayah.
"Tidak nak, nanti ada tante Hensi yang akan menemani adik-adik dirumah, jadi hanya Ayah, Bunda dan Afrida saja yang pergi" Ucap Ayah yang tak menjelaskan alasan apa apa
Afrida pun tidak berani bertanya kepada Ayah akan kemana mereka pergi. Akhirnya Afrida pun hanya terdiam dan mengikuti perintah Ayah.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya sampai kepada tempat yang dituju. Afrida heran, mengapa mobil Ayah berhenti di rumah sakit.
"Siapa yang sakit? kalau keluarga ada yang sakit tapi kenapa adik-adik tidak ajak kemari?" gumamnya dalam hati.
"Sudah sampai nak, mari kita turun" ajak Bunda kepada Afrida.
"Tapi Bunda, siapa yang sakit?" tanya Afrida penasaran.
"Nanti juga Afrida tahu sendiri, ayuk turun sayang" ucap Bunda sembari membuka pintu mobil.
"Baik bunda" jawab Afrida tanpa membantah.
-BERSAMBUNG-