"Ukh..ukh..ukh."
Redo terbatuk, kemudian ia meringis sambil memegangi perutnya yang terasa sakit, akibat pukulan yang diberikan sama penjaga pintu.
"Jangan macam-macam di sini anak muda!" Peringat algjo sambil menunjuk Redo yang masih tersungkur di lantai.
Perkelahian yang terjadi antara Redo dan seorang algojo, berakhir dimenangkan oleh algojo. Meski nyali Redo cukup besar, tapi tenaganya kalah jauh dibanding dengan algojo yang mempunyai tubuh tinggi besar.
Kondisi Redo terlihat sangat mengenaskan. Rambutnya acak-acakan, dan basah karena keringat. Beberapa luka lebam menempel di bagian wajahnya. Menggunakan punggung tangan, Redo menyingkirkan darah segar yang mengalir di sudut bibirnya. Sorot matanya tajam, menatap dengan tatapan membunuh kepada algojo yang sudah membuatnya babak belur.
Dengan susah payah Redo kembali bangkit, mencoba untuk berdiri. Orang-orang yang mengelilinginya menatap miris, ke arahnya.
"Wooy...! Wooy...! Wooy...!"
Tiba-tiba saja terdengar terikan beberapa orang pemuda__yang baru memasuki ruangan diskotik. Kehadiran beberapa pemuda yang berteriak__sambil berlari, menambah suasana semakin mencekam.
Beberapa wanita yang sedang mengelilingi Redo, langsung lari terbirit, sambil berteriak ketakutan. Terdengar suara pecahan gelas, dan botol membuat keadaan terlihat runyam.
Redo menarik ujung bibirnya, tersenyum miring, menyambut kehadiran teman-temannya. Akhirnya ia bisa bernapas dengan lega. Bantuan datang.
Dengan wajah panik, algojo yang baru saja berkelahi dengan Redo, berjalan untuk menghadang keributan tersebut.
Beberapa saat kemudian terlihat teman-teman Redo semakin rusuh, membuat kekacauan.
"Mana Yohan?" Tanya Erwin yang baru saja sampai di dekat Redo.
"Di situ, sama Ozan." Jawab Redo sambil menunjuk pintu yang bertuliskan PRIVAT di bagian atasnya.
"Yaudah atuh buruan tolongin." Titah Erwin ditengah rasa paniknya. "Aku bantu yang lain."
"Oke. Makasih Win."
Redo berjalan cepat memasuki ruangan privat. Sedangkan Erwin kembali membantu teman-temannya untuk mengacau.
***
Ozan menarik ujung bibirnya, tersenyum miring, saat melihat Yohan sedang terkulai lemas di atas sofa.
Terlihat Yohan mulai mengkerjap-kerjapkan mata. Suara segukan terdengar berkali-kali dari mulutnya.
"Zan, aku mau pulang." Ucap Yohan dengan kondisi setengah sadar. Suaranya juga terdengar bergumam, tidak terlalu jelas.
"Nanti aja pulangnya, sekarang kita seneng-seneng dulu. Redo bisa seneng-seneng sama Ema, aku juga pingin seneng-seneng sama kamu."
Yohan membuka sedikit matanya, meski ia belum sepenuhnya sadar, tapi telinganya bisa mendengar apa yang dikatakan sama Ozan barusan.
"Maksudnya?" Heran Yohan, hingga keningnya berkerut.
Ozan mendudukan dirinya di sofa, di samping Yohan yang masih terkapar lemas. "Sebenarnya aku tuh udah lama pingin seneng-seneng sama kamu. Tapi Redo bangsat! Selalu ngelarang kamu buat deket sama aku." Ucap Ozan, kemudian ia mendesis. "Hem, ternyata kalian pacaran."
Dengan susah payah Yohan berusaha bangkit. Menggunakan kedua sikunya untuk menopang dada lalu menyandarkan kepalanya__yang masih pusing, di pegangan sofa.
"Kamu ngomong apa sih Zan? Aku nggak ngerti."
Yohan tidak ingat apa yang sudah ia katakan sama Ozan, ketika dirinya sedang mabuk. Sehingga ia sangat terkejut mendengar Ozan mengatakan; kalau ia berpacaran dengan Redo.
"Udah deh Yoh, nggak usah belagak bego. Aku tau kok kamu pacaran sama Redo. Tapi walopun kamu pacaran sama Redo, nggak ada salahnya juga kamu seneng-seneng sama aku."
Kata-kata Ozan membuat Yohan menelan ludahnya susah payah, wajahnya terlihat mulai panik. Yohan semakin terlihat ketakutan saat ia melihat Ozan sedang melepaskan jaket berikut kemejanya__membuat Ozan menjadi bertelanjang dada.
"Z-zan kamu mau apa?" Panik Yohan.
"Bukan aku, tapi kita. Aku sama kamu, mau seneng-seneng." Pungkas Ozan.
"Jangan gila Zan! Kamu sakit!"
"Ya aku emang sakit," aku Ozan. Kemudian telapak tangannya mencengkeram rahang Yohan, memutarnya ke samping lalu ia menciumi pipi Yohan.
"Em... lepas Zan," ucap Yohan susah payah, lantaran kedua rahangnya dicengkeram kuat oleh Ozan. Dengan sisa tenaga yang masih ada, Yohan mendorong tubuh Ozan yang sedang menindihnya.
Namun sayang, kondisi Yohan yang masih sangat lemah, membuat ia tidak mampu menyingkirkan tubuh Ozan dari atas tubuhnya. Yang ada, Ozan semakin bersemangat menciumi pipi, dan leher, sambil berusaha melepas pakaian Yohan.
"Ozan lepas Zan...!" Mohon Yohan kembali. Namun sayang Ozan tidak mendengarkannya.
Braak...!!
Ozan baru menghentikan aksinya setelah telinganya mendengar pintu yang seperti didobrak oleh seseorang. Kemudian Ozan berdiri, menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka lebar.
Deg!!
Jantung Ozan hampir loncat dari tempatnya saat ia mendapati seorang remaja sudah berdiri di ambang pintu__dengan punggung naik turun, dan wajah yang babak belur. Mengenaskan.
"Ozaaa...n!" Teriak Redo sambil berlari ke arah Ozan dan Yohan. "Bagong sia....!"
Bugh...!
Redo langsung memberikan pukulan di perut, saat ia sudah berada di dekat Ozan. Pukulan yang sangat kuat, membuat Ozan tidak berdaya, jatuh tersungkur, setelah menabrak meja.
Amarah yang memuncak, membuat Redo kalap. Tidak memberi kesempatan Ozan untuk bangkit, Redo kembali menghadiahkan pukulan di perut Ozan__kali ini menggunakan kaki.
"Bangsat sia!!" Maki Redo, sambil kembali memukul Ozan bertubi.
Lantaran belum ada persiapan, ditambah dengan rasa terkejut, membuat Ozan tidak mampu membalas serangan dari Redo. Ia hanya berusaha menahan pukulan dari Redo menggunakan pergelangan, sambil mengadu kesakitan.
"Redo!"
Suara Erwin dari depan pintu menghentikan aksi brutal Redo, lalu menatap ke arah pintu.
"Buruan lari, ada yang telpon polisi!" Ucap Erwin dengan wajah paniknya.
"Buruan Do, yang lain udah nunggu di luar."
Bugh!!
Redo memberikan sekali lagi pukulan di rahang Ozan, sebelum akhirnya ia mendekati Yohan yang masih terkapar lemas di sofa.
"Buruan Yoh," panik Yohan sambil mengalungkan pergelangan Yohan di pundaknya. Membantu Yohan berdiri.
"Redo buruan!"
Erwin semakin membuat Redo panik, semenatara Yohan masih belum mampu untuk berjalan. Kondisinya masih lemah, rasa pusing di kepalanya juga belum hilang.
"Ah... lama," lantaran tidak sabar, Redo menarik kedua tangan Yohan, meletakkan tubuh Yohan di punggung, lalu menggendongnya. Setelah Yohan sudah nemplok di gendongnnya, Redo berlari ke arah pintu, meninggalkan Ozan yang sedang berusaha untuk bangkit.
"Uhuk... ukhuuk..." Ozan terbatuk, sambil memegangi perutnya, menikmati rasa sakit.
***
"Makasih ya Win. Aku nggak tau apa yang bakal terjadi kalo kamu nggak dateng tepat waktu." Ucap Redo ketika mereka sudah berada di pinggir jalan. Lokasinya sudah cukup jauh dari diskotik.
Erwin memukul pelan lengan Redo seraya berkata, "sama-sama. Kebetulan tadi aku lagi ngumpul sama anak-anak. Jadi sekalian deh aku ajak mereka." Erwin melihat arloji yang melingkari pergelangannya. "Udah jam 3, bentar lagi subuh. Aku pulang dulu sama anak-anak."
Redo mengangguk pelan sambil tersenyum simpul. "Ati-ati ya," ucapnya.
"Trus kalian mau langsung pulang?" Tanya Erwin.
"Tau ni," Redo memutar kepalanya, melihat Yohan yang masih duduk merunduk sambil memegangi kepalanya yang terasa berat. Pengaruh alkohol belum sepenuhnya hilang dari dirinya.
"Kasihan Yohan," ucap Erwin yang juga mengikuti arah pandang Redo__melihat Yohan. "Tapi kalian udah aman kok. Langsung pulang aja nggak papa."
"Iya gimana nanti," jawab Redo.
"Yaudah aku tinggal."
Redo mengangguk, sedangkan Erwin masuk kedalam mobil, menyusul teman-temannya yang sudah menunggu di sana.
"Win besok tolong ijinin aku sama Yohan ya. Kayaknya kita nggak masuk sekolah." Pesan Redo ketika Erwin sudah berada di dalam mobil.
Erwin mengacungkan jempol ke arah Redo. "Sip," ucapnya.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dinaiki Erwin dan teman-temannya mulai berjalan meninggalkan Redo dan Yohan.
Sementara Redo memutar tubuhnya, berjalan menghampiri Yohan, saat mobil Erwin sudah tidak terlihat lagi.
"Yuk," ajak Redo ketika ia sudah berdiri tepat di depan Yohan.
"Pusing kepalaku," keluh Yohan, tanpa melihat ke arah Redo. Untuk mendongakkan kepala saja, ia masih belum mampu.
Membuang napas lembut, Redo mengulurkan tangan membantu Yohan berdiri. Setelah Yohan sudah berdiri sempurna, Redo mengalungkan tangan Yohan di pundaknya, membimbing Yohan berjalan mendekati motornya.
Redo melepaskan jaket yang ia kenakan, lalu ia berikan kepada Yohan, lantaran Yohan terlihat kedinginan hanya memakai kaus. Jaketnya tertinggal di diskotik, dilepas paksa sama Ozan.
Selesai dengan urusan jaket, Redo dan Yohan naik ke atas motor. Dengan rasa ragu-ragu Yohan melingkarkan pergelangan tangannya, di pinggang Redo, saat motor yang mereka naiki sudah muali berjalan.
Redo mendesis, tersenyum simpul saat ia merasakan hangat yang diciptakan oleh Yohan. Meski jalan raya masih terlihat sepi, namun menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
"Kita mau kemana?" Tanya Yohan sambil menidurkan kepalanya di punggung Redo. "Aku nggak mau pulang kerumah, mama pasti marah liat aku kayak gini."
Redo terdiam, memikirkan kekhawatiran Yohan. Yohan ada benarnya, kalau mereka pulang dengan kondisi seperti itu, pasti orang tua mereka akan marah besar.
"Yaudah kita tidur di hotel aja," putus Redo setelah beberapa saat ia berpikir. "Besok nggak usah sekolah. Aku udah minta tolong sama Erwin."
"Terserah kamu aja," ucap Yohan, kemudian ia mengetatkan pelukannya__lantaran udara semakin bertambah dingin. "Maafin aku ya do."
Redo tersenyum simpul, melepaskan tangan kirinya dari stang motor, lalu ia letakan di atas telapak tangan Yohan, mengusapnya pelan seraya berkata. "Nggak papa. Yang penting kamu nggak kenapa-napa."
"Aku sayang sama kamu." Aku Yohan. Suaranya terdengar sangat tulus.
Ket.
Bagong = babi
Sia= kamu (bahasa kasar)