Chereads / ISTRI TUAN MUDA NIELS / Chapter 11 - BAB 11

Chapter 11 - BAB 11

ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 11.

Di ruang makan istana kerajaan.

Keandre niels dan Calista Kay makan dengan patuh tanpa biara apapun kepada raja yang ada di hadapan mereka. Suasananya menjadi sunyi tanpa suara.

Dan pada akhirnya, Keandre menghentikan kegiatan makannya lebih dulu dibanding yang lain. Pria yang duduk di kursi roda itu menyeka mulutnya lembut dengan sapu tangan yang sudah tersedia di atas meje makan.

Karena melihat suaminya yang sudah selesai makan, Calista juga ikut berhenti makan.

"Raja, terima kasih atas makanannya," ujar Calista dengan sopan santun.

"Bukankah sudah dikatakan tidak perlu sungkan dan hormat seperti itu? Aku senang, kalian berdua bisa menemani makan malamku hari ini," kata raja Arsene.

Calista mencoba untuk tetap tersenyum walau itu agak terpaksa. Karena sedari tadi, Keandre suaminya itu hanya diam saja dan tak bicara sepatah katapun saat bertemu raja.

Jadi itu benar-benar membuat Calista menjadi semakin canggung untuk berbicara di depan raja.

"Karena sudah selesai, aku akan pergi dengan Calista sekarang," ucap Keandre.

Pria yang sedari diam saja, akhirnya berbicara juga.

Tapi sepertinya itu adalah perkataan pamit untuk pergi.

"Kenapa cepat sekali? Kau sudah lama tak berkunjung, tinggallah di istana malam ini. Kalian bisa kembali besok," ajak raja Arsene.

Sang raja berusaha menghentikan keponakannya itu untuk pergi. Arsene ingin menahan dua orang di depannya itu untuk sementara waktu.

"Tidak ada waktu bagiku untuk tinggal di istana. Kastil milikku juga masih bisa dibandingkan dengan istanamu," ungkap Keandre.

Dalam diri Keandre Niels, sama sekali tidak ada keinginan untuk bermalam di istana pamannya itu. Tidak tertarik sama sekali, padahal istana ini juga adalah tempat kelahirannya dan tempat bermain masa kecil Keandre.

Mendengar penolakan dari Keandre, itu membuat ekspresi raja Arsene yang ramah tadi tiba-tiba menjadi suram.

"Apa kebencianmu dengan istana masih saja ada sampai sekarang?" tanya Arsene dengan serius.

Suasana yang tadi canggung, sekarang berubah semakin tak terkendali. Dua orang pria yang berada di meja makan yang sama, saling menatap dengan serius.

"Situasi apa ini? Keandre sepertinya sangat marah melihat raja Arsene," panik dalam hati Calista.

Melihat tatapan dingin yang membunuh, Calista sangat paham, bahwa saat ini suaminya itu sedang menahan emosi di dalam dirinya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?!" pikir Calista.

Kedua mata wanita ini terus berulang-ulang melihat ke arah Keandre dan raja Arsene. Calista sangat merasa bingung sekarang.

"Jika tidak ada kebencian, maka tidak akan ada panggilan raja iblis untukku sekarang," jawab Keandre dengan dingin.

"Calista, ayo pergi!" ajak Keandre.

Pria itu memberi aba-aba kepada sang asisten pribadi untuk mendorong kursi rodanya.

"Aa… ba-baiklah," dengan gugup Calista menurut ajakan Keandre.

"Terima kasih raja. Saya dan Keandre akan pergi sekarang," hormat Calista kepada raja Arsene.

Calista melangkah mengikuti kursi roda yang diduduki Keandre. Dia hanya bisa mengikuti apa yang ingin dilakukan Keandre.

Keandre Niels meninggalkan seorang raja tanpa memberikan penghormatan apapun. Langsung pergi begitu saja tanpa ada kata pamitan atau apapun itu.

Walaupun sedikit lega dalam diri Calista karena akhirnya acara malam ini selesai, tapi dalam dirinya masih terasa canggung saat melangkah pergi meninggalkan seorang raja begitu saja.

Calista berjalan sambil menunduk dengan mata yang bergerak ke sana sini. Dia sangat bingung, apa dia harus mengatakan atau berbuat sesuatu sekarang. Calista hanya bisa menurut dengan apa yang dilakukan Keandre.

Perlahan, tamu dari Arsene sudah hilang dari pandangannya. Ada rasa sakit yang sepertinya membekas dalam diri Arsene.

"Dia masih belum memaafkanku ternyata."

Tiba-tiba ada rasa sakit di dalam dada sang raja. Bukan karena penyakit, tapi karena rasa bersalah yang terus membekas dan berkarat dalam hati raja Arsene.

Calista dan Keandre sekarang berjalan untuk keluar dari istana. Selama berjalan, Calisa menahan dirinya yang sangat ingin berbicara dengan Keandre.

"Ke-keandre…. Apa baik pergi seperti ini? Sepertinya ini tidak sopan," ujar Calista terbata-bata.

Akhirnya dia memberanikan diri untuk berbicara pada suaminya itu. Calista merasa tak nyaman dengan pergi begitu saja tanpa aturan hormat kepada raja penguasa negara ini.

"Hanya makan, dan setelah selesai pergi. Apa ada yang tidak sopan di matamu?" ujar Keandre tanpa melihat ke arah Calista.

"I-itu… aku merasa sangat tidak enak meninggalkan raja begitu saja. Biar bagaimanapun, raja juga adalah pamanmu. Terlihat tidak sopan jika tidak menghormati keluarga yang lebih tua, kan?" ungkap Calista.

"Ha, keluarga?" senyum sinis Keandre.

"Tinggal di dalam istana kerajaan bersama mereka, bahkan tidak lebih baik dari tinggal di neraka," kata Keandre sambil melihat ke arah Calista yang ada di sampingnya.

"Kalian sudah ingin pergi sekarang? Bahkan aku belum sempat menyambut kalian."

Tiba-tiba ada dua orang wanita di depan yang menghentikan langkah Calista dan Keandre.

"Lama tidak bertemu keponakanku. Apa kabarmu?" tanya salah satu wanita saat sudah ada di hadapan Keandre.

Keandre tidak menjawab sama sekali. Malah wanita itu di tatap Keandre dengan pandangan tidak senang dan seperti pengganggu saja.

"Haha… kenapa serius sekali. Kau tidak ingin menyapa bibimu ini?" tawa canggung wanita itu.

Dia adalah istri kedua raja Arsene, amanda Hades. Amanda sedang bersama keponakannya sekarang, Cellin Hades.

"Hai kak Keandre…. Apa kau masih mengenalku? Aku Cellin, kita sering bermain saat masih kecil dulu."

Wanita di sebelah Amanda datang menyapa Keandre dengan sikap polosnya.

"Aku tidak ingat! Jangan halangi jalanku!" marah Keandre.

Dia sangat kesal karena jalannya dihalangi dua wanita pengganggu sekarang.

"Eh…." Cellin begitu terkejut karena sapaan manisnya ditolak mentah-mentah oleh pria di hadapannya itu.

"Wanita ini adalah Amanda Hades istri kedua raja Arsene. Dan yang disebelahnya adalah Cellin Hades. Jadi gadis ini adalah teman masa kecil Keandre," dalam hati Calista.

"Huhu…. Kenapa kak Keandre marah seperti itu? Aku hanya ingin menyapa kakak saja," kata Cellin dengan drama kesedihan.

"Jangan sampai aku berbicara untuk yang ketiga kalinya! Jangan halangi jalanku!" gertak Keandre.

Pria ini malah muak dengan sikap Cellin yang sedih itu. Malah membuatnya semakin marah dan meledak saja.

"Tapi kak Kean…."

"Jangan menghalangi jalan!" perkataan Cellin tadi langsung dipotong oleh Calista.

"Keandre bilang, jangan menghalangi jalannya! Apa telingamu bermasalah?!" sindir Calista.

Calisa juga sangat tidak menyukai sikap polos yang ditunjukkan wanita di hadapannya itu. Polos diluar dan penggoda di dalam, itulah definisi dari Calista Kay kepada Cellin Hades.

"Kau!" sepertinya Cellin dibuat kesal oleh Calista.

"Cellin minggir!" tangan Cellin langsung ditarik oleh Amanda untuk menepi.

"Maaf atas sikap Cellin. Dia masih belum dewasa dan sudah membuatmu kesal," ungkap Amanda kepada Keandre.

"Calista, ayo kita pulang," ajak Keandre dengan senyuman manis kepada Calista.

"Hum." Calista mengangguk iya.

Keandre dan Calista akhirnya melanjutkan langkah mereka untuk pergi. Mereka mengabaikan begitu saja dua wanita yang tadi menghalangi jalan.

"Dasar kau Calista Kay! Aku akan merebut kak Keandre bagaimanapun caranya!"

Penasaran kelanjutannya?

Baca juga bab selanjutnya.