ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 9.
Karena merasa jenuh dan tak memiliki kegiatan apapun, Calista Kay saat ini pergi menuju ruang kerja Keandre yang ada di dalam kastil. Entah apa yang ingin Calista lakukan.
Di depan pintu ruang kerja.
Tok tok tok…
"Keandre! Apa aku bisa bicara denganmu sebentar!" teriak Calista di depan pintu.
Krieet….
Pintu terbuka dan Leon si asisten yang menyambut.
"Nona Kay, maaf. Saat ini tuan muda sedang tidak bisa diganggu," ungkap pria berkacamata itu.
Leon juga berusaha menghalangi pemandangan di ruang kerja tuan mudanya itu. Seperti sedang menutupi sesuatu.
"Eh… benarkah? Baiklah kalau begitu."
Calista sepertinya tidak bisa menemui Keandre. Karena suaminya itu mungkin sedang sibuk bekerja saat ini.
Uhuk…
"Suara siapa itu?! Apa itu Keandre?!"
Betapa terkejutnya Calista setelah mendengar suara batuk yang sepertinya dikeluarkan oleh Keandre.
"Apa dia terluka? Apa dia baik-baik saja?!" panik Calista.
"Minggir!" Calista mencoba menerobos masuk masuk ke dalam ruangan.
"Maaf nona. Anda tidak boleh masuk. Ini perintah tuan muda!" Leon berusaha untuk menghalangi Calista agar tidak masuk ke dalam.
Bug…
Calista dengan keras mendorong tubuh Leon sampai pria itu mundur beberapa langkah ke belakang.
"Keandre!"
Akhirnya Calista dapat masuk ke dalam ruang kerja Keandre.
"Dokter Nicholas?!"
Di dalam ruangan, Keandre yang duduk di kursi roda sedang di periksa oleh seorang pria berjas putih di hadapannya.
"Keandre! Apa kau baik-baik saja?!"
Calista dengan panik langsung menghampiri Keandre.
"Ada apa denganmu?! Kenapa wajahmu sangat pucat?!" cemas Calista saat menatap Keandre lebih dekat.
"Ada beberapa masalah kesehatan. Keandre hanya perlu istirahat dari pekerjaannya selama beberapa waktu," jelas Dokter Nicholas.
"Fisik Keandre lemah setelah kecelakaan mobil beberapa bulan lalu. Aku sudah tahu dari kehidupan masa laluku, yang tak disangka, ternyata kondisinya bisa sangat buruk baginya," batin Calista.
"Dasar bodoh! Kau seharusnya memperhatikan kesehatanmu! Jangan membuatku cemas seperti ini!"
Calista membungkuk sambil kedua tangannya menyentuh lembut wajah Keandre.
"Dia mencemaskanku…."
Betapa terkejutnya Keandre setelah mendengar Calista sangat mengkhawatirkan dirinya.
Dag dig dug….
Jantungnya berdebar, hatinya seperti dimekarkan oleh bunga-bunga nan indah.
"Apa kau mencemaskanku?" tanya Keandre.
"Tentu saja! Jika kau merasa sakit atau tidak nyaman, kau seharusnya mengatakannya padaku. Aku akan merawat dan menjagamu," ungkap Calista dengan sepenuh hati.
Wanita bermarga Kay itu tidak ingin melihat orang yang pernah menyelamatkan dirinya di kehidupan lalu terluka kembali.
Calista akan merawat Keandre jika sakit atau merasa tak sehat. Dia ingin sepenuh hati merawat suaminya dan memenuhi segala tanggung jawab sebagai istri dari Keandre.
"Dokter Nicholas, apa Keandre baik-baik saja? Apa ada sesuatu yang mengganggu kesehatannya?" tanya Calista kepada dokter pribadi yang merawat Keandre.
"Apa dia istri Keandre yang dicintainya itu? Kalau begitu aku akan membantunya," dalam pikiran Dokter Nicholas.
"Oh ya ampun…. Kondisi Keandre sangat menurun! Dia sangat membutuhkan perhatian lebih. Jika tidak mungkin bisa mengancam nyawanya," jawab Nicholas dengan nada tinggi.
Dokter yang juga berstatus sebagai sahabat Keandre Niels itu, begitu mendramatiskan tentang kondisi kesehatan pasiennya.
Nicholas sangat mengerti situasi dan memanfaatkan kecemasan Calista agar semakin dekat dengan sahabatnya itu.
"Benarkah?! Apa seburuk itu?!"
Betapa terkejutnya Calista dengan penjelasan dari dokter. Itu semakin membuatnya panik saja.
"Itu benar. Oh ya tuhan…. Tolong berikan umur panjang pada Keandre sahabatku ini! Biarkan dia hidup lebih lama dan memiliki banyak anak terlebih dulu!" ungkap Nicholas dengan berdoa.
"Tidak…! Keandre tidak akan pergi kemanapun! Kau tidak boleh meninggalkanku!" Calista langsung ambruk dan menjatuhkan kepalanya di atas pangkuan kaki Keandre.
"Keandre tidak boleh mati di kehidupanku kali ini! Aku tidak ingin melihatnya mati di depan mataku lagi!" batin Calista yang terasa sangat menyiksa.
Hiks…
Calista terisak di pangkuan Keandre. Itu membuat pria berkursi roda itu sangat terkejut melihatnya.
"Dia sangat takut kehilanganku? Apa dia sepeduli itu padaku?" batin Keandre.
Dengan arahan dari mata saja, Keandre memerintahkan Leon dan Nicholas meninggalkan ruangan. Keandre ingin meluangkan waktu pribadi dengan Calista.
"Calista," panggil Keandre.
"Hum…." Calista mengangkat kepalanya menatap Keandre.
Keandre langsung menarik tangan Calista untuk berdiri dan duduk diatas pangkuannya.
"Apa kau takut akan menjadi janda jika aku mati?" tanya Keandre dengan nada serius.
"Tidak!" Calista langsung menyangkal.
"Ada hal lain yang tidak bisa dijelaskan…. Aku…" gugup Calista.
'Apa aku harus mengatakan aku telah terlahir kembali? Aku tidak ingin melihatnya mati di depanku lagi seperti kehidupan dulu. Apa dia akan menganggapku membual saja?' dalam hati Calista.
Wanita yang berada di pangkuan Keandre itu sebenarnya ingin menceritakan tentang kelahirannya kembali kepada Keandre. Tapi dia takut semua perkataannya itu hanya dianggap lelucon oleh suaminya itu.
"Aku… aku tidak ingin melihatmu terluka lagi…. Sebenarnya aku…"
Greb…
Perkataan Calista yang gugup langsung di potong dengan pelukan yang secara tiba-tiba dilakukan Keandre.
"Tidak peduli apa alasanmu, asalkan kau tetap disisiku, itu sudah sangat cukup untukku," ujar Keandre sambil memeluk erat istrinya.
Calista sangat tertegun dan terdiam di dalam dekapan suaminya itu. Pikirannya tiba-tiba saja hampa dan kosong dalam sekejap.
"Keandre, di kehidupanku yang sekarang, aku akan selalu ada disampingmu. Menemanimu sampai akhir. Aku berjanji," janji dalam hati Calista.
***
Tanpa terasa siang sudah berganti menjadi malam. Sinar matahari, kini diganti dengan terangnya lampu-lampu di setiap sudut bagunan.
Di tengah-tengah kota Zeno, ada sebuah istana negara milik keluarga kerajaan. Istana megah tempat tinggal raja yang memimpin negara Zinovia, Raja Arsene Niels.
Sudah lebih dari 20 tahun raja Arsene memimpin negara ini. Dia adalah salah satu raja yang sukses dalam memimpin kerajaan Zinovia.
Di dalam istana kerajaan, ruang kerja raja Arsene.
Walau sudah hampir larut malam, raja negeri yang memimpin negara ini masih sibuk di ruang kerjanya. Arsene sangat mementingkan tanggung jawab sebagai raja yang memimpin.
"Raja, anda belum beristirahat sedari siang. Sebaiknya anda istirahat dan memulai kembali semua pekerjaan ini esok hari," ucap salah satu asisten yang mendampingi raja Arsene.
"Tidak masalah. Aku akan istirahat setelah ini semua selesai," kata Arsene.
"Aku harus menyelesaikan kerja sama dengan negara-negara tetangga. Persiapannya harus matang sebelum aku pergi mengunjungi negara-negara mereka nanti," sambung Arsene.
Dia begitu fokus dengan dokumen-dokumen penting yang terletak di atas mejanya. Arsene terlihat sangat sibuk sekali sekarang.
"Oh iya, katakan padaku, bagaimana dengan kehidupan Keandre setelah menikah? Aku dengar, sebelumnya nona muda dari keluarga Kay selalu berusaha untuk membatalkan pertunangannya," tanya Arsene pada asistennya.
"Itu benar. Nona Calista Kay sebelumnya memang selalu berusaha untuk membatalkan pertunangan," jawab si asisten.
"Namun tampaknya sudah tidak lagi. Mendengar dari beberapa pekerja di kastil tuan muda Keandre, nona Calista bersikap sangat baik setelah menikah," sambungnya.
"Oh benarkah? Kalau begitu, itu baik untuk Keandre." Arsene lega setelah mendengar kabar baik tentang Keandre.
"Sejak kepergian kakakku, aku sepenuhnya bertanggung jawab atas kehidupan Keandre. Aku hanya bisa melakukan ini untuk membayar hutang nyawa pada kakakku," ujar Arsene.
Entah kenapa ekspresi wajah raja Arsene tiba-tiba berubah menjadi sedih. Sepertinya dia mengingat sesuatu yang sangat sulit di masa lalu.
Penasaran kelanjutannya?
Baca juga bab selanjutnya.