Chereads / ISTRI TUAN MUDA NIELS / Chapter 8 - BAB 8

Chapter 8 - BAB 8

ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 8.

Di dalam area kastil mewah milik Keandre Niels, ada sebuah taman yang sangat luas di bagian belakang kastil.

Dipenuhi rerumputan hijau yang menyegarkan. Ditambah dengan berbagai jenis bunga yang berwarna-warni yang bertebaran. Keharuman dan kesejukkan menyelimuti saat memasuki area taman ini.

Dengan berjalan pelan sembari mendorong kursi roda yang diduduki Keandre, Calista mengajak suaminya itu berjalan-jalan santai setelah keributan di dalam kastil sebelumnya.

"Cuacanya mendung, sepertinya panas matahari tidak akan menyinari bunga-bunga hari ini," ujar Calista sambil melihat ke arah langit.

Mereka berhenti di tengah taman yang dipenuhi rumput dan bunga di sekelilingnya. Calista berhenti tepat di atas rerumputan itu.

"Keandre."

Calista bergerak ke arah depan dan menghadap pada Keandre.

"Apa kau mau berlatih berjalan bersamaku di sini? Itu bagus untuk kesehatan kakimu, kan?" 

Calista mengulurkan kedua tangannya di depan pria yang berpakaian serba hitam itu.

"Tidak. Itu akan membuatmu repot," tolak Keandre.

"Bukankah Dokter Nicholas sudah mengatakan padamu untuk lebih sering melatih kaki-kakimu agar cepat sembuh? Kau tidak boleh malas seperti ini," ujar Calista dengan memajukan bibirnya.

"Kau harus menurut padaku. Ayo pegang tanganku! Aku tidak akan melepaskanmu, oke?" ajak Calista.

Kedua kaki Keandre sedang dalam masa pemulihan. Ada beberapa terapi kesehatan yang bisa mempercepat kesembuhan bagi kakinya itu.

Salah satunya dengan sering melatih kakinya untuk bergerak. Tapi terkadang Keandre sangat tidak mau, bahkan menolak untuk melakukannya.

Kini Calista sang istri sedang mengajaknya untuk melatih berjalan. Wanita cantik ini sangat tulus ingin mengajak Keandre melakukan terapi ini.

"Keandre, tenanglah. Aku akan menahanmu dan tidak akan melepaskan pegangan tanganku," ungkap Calista lagi.

"Hum… baiklah."

Setelah melihat senyuman tulus dari Calista, akhirnya Keandre setuju untuk melakukannya.

Dengan perlahan, Keandre menapakkan satu persatu kakinya ke rerumputan hijau di sana. Kedua tangannya juga menggenggam tangan Calista dengan erat.

"Ayo… perlahan saja, oke?" kata Calista.

Tangan kanan Calista menahan kedua tangan Keandre dan tangan kirinya memapah Bahu Keandre untuk membantunya berdiri.

"Coba jalan perlahan saja. Tetap tenang."

Setelah Keandre akhirnya bisa berdiri tegak, kakinya kanan mulai melangkah maju ke depan dengan perlahan. Walau hanya berupa langkah kecil saja.

"Ugh…"

Karena terasa kaku tak bergerak, Keandre sedikit merasa sakit saat langkah pertamanya.

"Jangan terburu-buru. Perlahan saja…" 

Calista menahan bahu Keandre agar tetap tegak dan tak terjatuh. Genggaman tangan Keandre padanya, menandakan kesakitan pada kakinya.

Perlahan tapi pasti, dengan menginjakkan rumput-rumput segar, beberapa langkah kecil sudah dilalui oleh Keandre dengan dibantu oleh Calista.

"Kau harusnya sering berjalan seperti ini. Ini agar kedua kakimu tidak kaku. Kenapa kau itu tidak pernah mau mendengar perkataan dari Dokter Nicholas?!" kata Calista.

Perkataan Calista ini seperti sedang memarahi Keandre saja. Itu memang karena Keandre tidak pernah mendengar nasihat dan saran dari dokter yang merawatnya.

"Apa kau benar-benar ingin melihat suamimu ini berjalan ke arahmu seperti pria tadi?" tanya Keandre dengan nada dingin.

"Ya ampun! Apa dia marah? Pria ini benar-benar sulit di hadapi," cemas dalam hati Calista.

"Kesembuhan kakimu adalah yang utama. Jika kau bisa berjalan lagi, bukankah kau sendiri yang merasa lebih baik," ujar Calista.

Wanita ini berusaha sebisa mungkin tidak menyinggung pria yang sedang ia papah tersebut. Suasana hati Keandre sangat cepat sekali berubah.

"Di kehidupan sebelumnya, Keandre memang sangat lama untuk bisa berjalan kembali. Saat kejadian kebakaran itu, kedua kakinya baru saja pulih dan bisa berjalan kembali," dalam pikiran Calista mengingat kehidupan lalunya.

"Karena baru bisa berjalan, dia menerobos kobaran api dan terluka karena reruntuhan bangunan. Aku tidak ingin itu semua terulang lagi," dalam pikiran Calista.

"Baiklah. Berhenti sebentar, dan coba untuk berdiri sendiri dulu."

Calista menghentikan langkah papahannya dan mulai melepaskan genggaman tangannya.

Istri Keandre ini sekarang berdiri di depan suaminya setelah melepaskan papahannya. Dia ingin Keandre berdiri sendiri tanpa bantuan darinya.

"Lihat! Kau bisa berdiri sendiri seperti ini. Itu bagus sekali." Calista sangat bersemangat.

Wanita ini juga menatap Keandre dari ujung rambut sampai ujung kakinya.

"Wah…. Kamu terlihat tampan sekali tuan Niels!" puji Calista.

"Apa dia suka padaku jika aku bisa berjalan lagi? Seharusnya aku mengikuti terapi agar lebih cepat berjalan lagi," benak Keandre.

Pria dingin ini menatap istrinya yang terlihat sangat bahagia di hadapannya. Senyuman tipis tersirat di bibir Keandre.

Pemandangan indah yang diciptakan Keandre dan Calista ternyata sedang diperhatikan seseorang dari kejauhan.

"Tuan muda mau berlatih berjalan lagi. Itu sangat bagus untuknya. Apa nona Kay benar-benar tulus terhadap tuan muda? Atau dia hanya…"

Leon si asisten memperhatikan tuannya dari kejauhan. Dia sedikit khawatir, takut terjadi sesuatu kepada tuan mudanya itu.

***

Siang hari di apartemen milik Jason Collin.

Prang…

Sebuah cangkir tak berdosa, menjadi pelampiasan kemarahan Jason.

"Calista Kay! Kenapa dia tak menurut denganku seperti ini?! Dan beraninya dia memukulku seperti itu!"

Jika mengingat kejadian tadi pagi di kastil Keandre, saat Jason menerobos masuk untuk menjemput Calista, Jason malah mendapatkan sesuatu yang sangat tak terduga.

Bukannya uluran tangan dari Calista, tapi sebuah tinju yang malah dilayangkan Calista kepada Jason. Itu membuatnya sangat kesal dan marah sekarang.

"Wanita itu! Aku pasti akan membalas ini semua nanti!"

Wajah Jason sangat memerah nanar karena marah. Mengingat Calista, rasanya ingin sekali menyiksanya.

Cring… cring…

"Hallo Elina."

Seseorang sedang menghubungi Jason lewat ponselnya.

"Apa kau berhasil membawa Calista?" suara dari balik telepon.

"Berhasil apanya?! Wanita itu malah memukulku di kastil Keandre!" jawab Jason dengan nada kesal.

"Apa?! Itu tidak mungkin! Bukanlah Calista sangat ingin kabur dari Kastil Keandre dan pergi bersamamu? Kenapa dia memukulku?"

Sepertinya orang yang menelepon Jason merasa tak percaya dengan jawaban darinya.

"Aku juga tidak tahu! Sepertinya Calista sudah tidak mencintaiku lagi. Dia menolak untuk pergi bersamaku," ujar Jason.

"Baiklah. Aku akan pergi Ke apartemenmu malam ini. Jelaskan dengan jelas nanti."

Tit….

Teleponnya telah dimatikan.

"Calista! Awas saja kau nanti!"

***

Di kastil Keandre.

Di dalam kamar Calista tepatnya, Calista sedang tak bisa diam. Dia berjalan ke sana sini seperti orang linglung saja.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" juar Calista pada diri sendiri.

"Di kehidupan lalu, setelah aku pergi bersama Jason Collin itu, aku tinggal di apartemennya. Bekerja ke sana sini karena aku meninggalkan semua kekayaanku," oceh wanita berambut panjang itu.

"Keandre juga sedang bekerja di sekarang, sebaiknya aku tidak mengganggunya."

"Aish…"

Calista menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Aku bosan sekali…"

Sepertinya Calista merasa sangat jenuh. Itu karena dia sangat sulit untuk keluar dari kastil milik Keandre ini.

"Oh iya! Aku tahu…!"

Calista tiba-tiba saja langsung duduku kembali. Dia sepertinya mengingat sesuatu sekarang.

Penasaran kelanjutannya?

Baca juga bab selanjutnya ya.