Chereads / Istri Di Atas Kertas / Chapter 33 - Belajar Mencintai

Chapter 33 - Belajar Mencintai

Seharian Andre dan Zahra berada di rumah Agus dan Ayu. Dan berkat mereka hubungan Andre dan Zahra kini mulai membaik. Andre yang tadinya acuh tak acuh, mulai sedikit demi sedikit memberikan perhatian lebih. Sedangkan Zahra, ia emang mau menerima Andre, tapi untuk memberikan hatinya Zahra masih merasa ragu. Hati kecilnya selalu mengatakan bahwa kelak pasti akan ada sebuah perpisahan dan itu di sebabkan oleh orang ketiga. Walaupun Zahra berusaha untuk menghapus kekhawatiran itu, nyatanya itu tidak semudah membalikkan tangan.

Untuk itu, Zahra akan bersikap lebih baik lagi dan akan memberikan perhatian juga sebagaimana sang suami lakukan. Tapi tidak akan ia memberikan hati dan cintanya.

"Ma, Pa. Aku pulang dulu ya," pamit Andre setelah jam menunjukkan pukul 3 sore.

"Kalian yakin gak mau menginap?" tanya Ayu. Sebenarnya ia berat membiarkan mereka pergi karena dirinya masih merindukan anak dan menantunya. Terutama Zahra, seharian bersama Zahra membuat dirinya bahagia. Karena bisa masak bareng, menanam bunga bareng di belakang rumah dan lanjut ngobrol sambil rujaan.

Tapi jika Zahra pergi, maka ia hanya sendiri lagi, paling ia hanya di temani asisten rumah tangganya.

"Maaf ya, Ma. InsyaAllah Minggu depan aku ke sini lagi dan menginap. Soalnya habis dari ini aku mau ke rumah Abah sama Umi," balas Zahra.

"Oh gitu, iya sudah kalian hati-hati ya. Dan untuk kamu Andre, mama mohon tolong jangan sakiti Zahra. Ingat nak, mungkin saat ini kamu gak akan merasakan arti kehilangan. Tapi Jika suatu saat Zahra bener-bener pergi, percayalah kamu akan menyesal. Dan saat itu terjadi, mama sama papa pun tak bisa berbuat apa-apa. Selagi Zahra masih bisa bersabar atas sikapmu, tolong jangan sia-siakan. Ini demi kebaikanmu sendiri. Fokuslah sama rumah tanggamu, perioritaskan istrimu. Jadilah imam dan menjadi kepala keluarga yang baik. Mama menasehatimu karena mama menyayangimu, dan mama gak mau kelak kamu hidup dalam keterpurukan." Ayu berbicara panjang lebar, sungguh ia tak mau kehilangan menantu seperti Zahra, bukan karena anak dari sahabatnya karena ia tau Zahra adalah wanita yang baik, tulus dan sabar. Mungkin saat ini Andre tak mencintainya, tapi ia yakin di luar sana banyak yang berharap bisa menjadikan Zahra sebagai istrinya. Ia tak mau Andre menyesal di kemudian hari, untuk itu sebagai seorang ibu, ia tak akan bosan-bosannya untuk menasehati putranya.

"Iya, Ma. InsyaAllah aku akan menjaga dan melindungi Zahra. Menyayangi dan mencintainya. Aku juga gak menyia-nyiakan Zahra lagi. Doain aku agar aku bisa menjadi suami, imam, dan kepala rumah tangga yang baik buat Zahra," ujar Andre sambil memeluk mamanya.

"Pasti sayang. Mama akan selalu mendoakan kamu." Balas Ayu membalas pelukan putranya.

"Pa, aku pulang dulu," ujar Zahra sambil mencium tangan papa mertuanya.

"Iya, Nak. Hati-hati ya. Jika Andre menyakitimu, bilang sama papa ya. Papa akan selalu mendukungmu dan selalu ada buat kamu. Jangan sungkan untuk membicarakan masalah rumah tangga kalian. Jika Andre menyakitimu lagi, papa orang pertama yang akan mendukungmu untuk bercerai dengannya," ucap Agus membuat Andre tercengang. Ia tak menyangka papanya tega berkata seperti itu.

"Pa, jangan gitu dong. Gak enak banget dengernya," ujar Andre tak suka. Ia menggenggam tangan Zahra erat.

"Makanya jangan sok sok an nyatikin Zahra, kalau kamu sudah mulai ada rasa," sindir Agus membuat Andre merenggut tak suka.

Setelah itu, Andre dan Zahra pun pergi setelah menciun tangan mereka.

"Kita langsung ke rumah Abah sama Umi?" tanya Andre saat mereka dalam perjalanan menuju rumah Ahmad dan Hilda.

"Iya, tapi aku telfon dulu ya, takutnya Abah dan Umi gak ada di rumah." Zahra pun mengambil Hp nya di dalam tas kecilnya lalu menelfon Hilda.

"Assalamualaikum, Umi," sapa Zahra setelah Hilda mengangkat telfonnya.

"Waalaikumsalam, Neng. Tumben nelfon Umi, biasanya juga Umi yang nelfon dulu,"

"Hehe iya. Oh ya Umi ada di mana sekarang?" tanya Zahra.

"Ada di rumah Bukde Nur, ada apa?" tanya balik Hilda.

"Oh, aku fikir Umi ada di rumah. Umi sama Abah ke sana?" tanya Zahra.

"Iya, Neng. Rencana besok sore mau pulang."

"Oh gitu, iya udah gak papa Umi. Neng tutup dulu telfonnya."

"Loh bentar, Neng nelfon Umi itu ada apa?" tanya Hilda penasaran.

"Sebenarnya Neng sama Mas Andre mau ke rumah Umi. Cuma ya karena Umi gak ada di rumah, mungkin lain kali aja Neng ke sana," jawab Zahra.

"Oh gitu, kamu sih gak bilang. Tau gitu kan Umi sama Abah gak ke mana-mana. Iya sudah lain kali aja kalau ke rumah Umi."

"Iya, Umi. Neng tutup dulu ya telfonnya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah itu Zahra pun menaruh Hp nya lagi ke dalam tas.

"Mas, kita gak jadi ke rumah Umi. Umi sama Abah gak ada di rumah, kita pulang aja ya," ucap Zahra sambil menoleh ke suaminya.

"Ngapain pulang, kita jalan-jalan aja dulu. Lagian sejak nikah kan kita gak pernah jalan bareng."

"Iya udah, terserah Mas Andre aja." Sahut Zahra.

"Kamu pengen ke mana?" tanya Andre.

"Aku bingung, aku nurut aja mau di bawa ke mana," Balas Zahra yang memang tak tau harus pergi ke mana karena ini terlalu dadakan.

"Ke kafe aja yuk, kita makan di sana," ajak Andre.

"Iya."

Lalu Andre pun mencari kafe yang romantis, yang biasanya suka di datangi sama anak-anak muda yang lagi pacaran. Kafe yang biasanya di hias sedemikian rupa, bahkan kadang ada juga yang ke sana hanya untuk foto doang untuk di pamerkan ke sosial media terutama di Instagram.

Setelah menemukan tempatnya, barulah Andre mencari tempat parkir.

"Ayo." Andre menggandeng tangan Zahra setelah mereka turun dari mobil dan berjalan menuju kafe. Zahra pun tak menolaknya saat tangannya di genggam oleh Andre. Mereka jalan bersama layaknya pasangan yang romantis. Semua orang yang melihat akan mengira mereka suami istri yang sangat cocok dan saling mencintai satu sama lain.

Andre mencari tempat yang dekat jendela, kebetulan kosong sehingga mereka bisa melihat pemandangan yang ada di luar jendela.

"Kamu mau makan apa?" tanya Andre saat melihat ada buku menu di atas meja.

"Chicken Fingers," jawab Zahra. Makanan Chicken Fingers adalah potongan daging ayam yang di potong panjang-panjang seperti stick yang sangat lezat.

"Minumannya?" tanya Andre.

"Strawberry Milk Shake," Sahut Zahra.

Lalu Andre pun menandai Chicken Fingers, Roti Bakar Keju, Latte Machiato dan Strawberry Milk Shake.

Setelah itu, ia mengangkat tangan kanannya, tak lama kemudian pelayan datang. Andre pun memberikan buku menu tersebut sehingga pelayan tak perlu banyak tanya, karena pastinya ia sudah tau apa yang di pilih oleh pelanggannya.

"Baik, silahkan tunggu 15 menit lagi." Setelah itu, pelayan pun pergi. Membuat suasana kembali canggung.

"Za, jangan diem aja dong," ujar Andre.

"Aku bingung Mas, mau ngomong apa," tutur Zahra jujur.

"Ya, mungkin kamu masih agak risih sama aku. Apalagi ini pertama kalinya aku ngajak kamu makan bareng di kafe. Maaf atas sikap aku selama ini," ucap Andre menyesal.

"Sudahlah, Mas. Jangan di ungkat-ungkit lagi Aku sudah maafin Mas Andre," seru Zahra.

"Kamu emang baik. Aku harap hubungan kita ke depannya baik-baik aja dan semakin harmonis,"

"Aamiin."

"Za, gimana kalau kita bulan madu?" tanya Andre sambil memegang tangan kanan Zahra yang ada di atas meja.

"Bulan madu?" ulang Zahra tak percaya.

"Ya, kamu mau kan?" tanya Andre.

"Aku sih mau aja, tapi aku tak mungkin minta izin dalam waktu dekat karena pekerjaanku banyak."

"Baiklah, aku mengerti. Gak papa, mungkin bukan waktunya kita bisa bulan madu sekarang. Oh ya mulai nanti malam, kamu pindah ke kamarku ya," pinta Andre membuat Zahra terkejut. Pasalnya ia takut Andre akan meminta hak nya sedangkan dirinya belum siap.

"Iya, Mas," sahut Zahra walau sejujurnya ia merasa sangat keberatan. Tapi sebagai seorang istri ia tak mungkin menolak keinginan suaminya.

Padahal ia lebih senang jika pisah kamar, ia takut, jika tidur sekamar dengan Andre membuat Andre khilaf. Bukannya ia gak mau melayani suaminya, tapi ia benar-benar takut, bagaimana jika setelah ia menyerahkan dirinya, tiba-tiba ia hamil sedangkan setelah itu Andre pergi meninggalkan dirinya. Lalu bagaimana nasib anaknya nanti. Bukannya ia gak mau berfikir positif hanya saja ia kadang merasa ketakutan. Apalagi sampai detik ini, hati kecilnya mengatakan jika ada yang di sembunyikan okeh suaminya namun ia tak tau apa itu.