Pagi harinya, selesai sarapan pagi, Alana bersiap untuk pergi ke kantor. Ia akan memimpin perusahaan peninggalan Papanya. Ia tak mungkin terus menerus membiarkan Arifin yang mengelolanya sendiri, walaupun di bantu oleh yang lain. Tapi tetap saja, dirinya yang merupakan anak dari pemilik perusahaan itu harus ikut turun tangan, agar tak terus menerus mengandalkan Arifin.
Dulu jika Andre ada, mungkin dialah yang bekerja, tapi sekarang Andre tak ada. Jadi, mau gak mau, suka tak suka. Ia akan bekerja sambil mengasuh Khanza, ia juga tak mau memakai babysitter, karena ia tak mau waktu bersama putrinya berkurang lagi.
"Mbok, siapkan bekal sekalian ya sama makan siangnya. Soalnya aku mau pergi ke kantor,"
"Apakah Adek Khanza, mau di bawa juga Non?" tanyanya.
"Iya, Bi,. Bagaimanapun aku gak mau juahan sama anakku,"
"Baik. Kalau gitu, Bibi akan menyiapkan bekalnya."