Keesokan harinya, Alana meeting dengan keluarga besarnya, ia mengatakan jika dirinya dan sang suamilah yang akan turun langsung untuk memimpin perusahaan Papanya. Untungnya keluarga besarnya pun mendukungnya. Karena memang perusahaan itu di bangung oleh Papanya, tentu saat papanya meninggal maka otomatis semua kekayaannya akan jatuh ke anaknya.
Alana pun juga membicarakan tentang rumah orang tuanya yang akan ia jadikan rumah Tahfidz Al Qur an, dan lagi lagi mereka hanya bisa menyetujuinya. Malah mereka akan mendukung apapun keputusan Alana, karena mereka tau, Alanan pasti akan melakukan yang terbaik.
Alana bersyukur karena ia lahir di keluarga yang ngerti agama dan tidak di butakan oleh harta. Mungkin karena dari keluarga Alana sendiri, tak ada yang hidupnya kekurangan. Walaupun tidak kaya, setidaknya mereka tak sampai merasakan kelaparan dan bisa hidup sampai sekarang.