Chereads / Menulis Ulang Takdir / Chapter 35 - MEMBERIKAN KEHANGATAN KEPADA RONG SI (2)

Chapter 35 - MEMBERIKAN KEHANGATAN KEPADA RONG SI (2)

Setelah mengobati Rong Si, Su Jiu dan Sheng Tianci pun akhirnya bersiap untuk pergi.

Rong Si tidak segera pulang ke rumahnya, ia mengikuti Su Jiu dan Sheng Tianci ke bawah. Setelah melihat sosok Su Jiu dan Sheng Tianci menghilang dari gang kecil, barulah ia membalikkan badan dan berjalan pulang.

Sheng Tianci berjalan keluar gang sambil menggendong Su Jiu menuju mobilnya yang parkir di tepi jalan. Ia kemudian membukakan pintu belakang mobil dan mendudukkan Su Jiu di tempat duduk bayi yang sudah dipersiapkan olehnya terlebih dahulu, lalu memasangkan sabuk pengaman di tubuh gadis kecil itu.

"Xiaojiu, kamu harus duduk yang manis dan jangan banyak bergerak, oke?"

Su Jiu menganggukkan kepalanya. "Ya, aku akan duduk manis."

Segala gerakan Su Jiu terlihat begitu manis dan imut di dalam mata Sheng Tianci. Ia benar-benar ingin membawa gadis kecil itu pergi begitu saja, tidak mau mengembalikannya kepada Su Shengjing.

***

Rong Si sampai di rumahnya. Begitu membuka pintu, ia langsung mencium aroma dinding yang lembab dan berjamur, bercampur dengan bau perabot rumah yang busuk. Orang lain mungkin tidak akan tahan menghirup udara di dalam rumah itu.

Rong Si tinggal di lantai tiga, rumahnya menghadap ke utara sehingga cahaya matahari sama sekali tidak bisa masuk ke sana. Selain itu, jarak bangunan demi bangunan yang terlalu dekat membuat sebagian besar cahaya matahari terhalang. Hal itu membuat rumah terlihat gelap hampir sepanjang waktu, seperti sore hari ketika matahari mulai terbenam.

Rong Si menghidupkan lampu rumah, tanpa mengatakan apapun, ia pun masuk ke dalam rumah, ia masuk ke dalam kamar sambil membawa kedua kantong mainan dan makanan yang dikasih Su Jiu dan meletakkannya di atas meja.

Begitu masuk rumah, Rong Si membuat gerakannya yang sangat ringan, berusaha tidak mengeluarkan suara. Kemudian, ia pun menolehkan kepalanya ke arah wanita muda yang sedang berbaring di tempat tidur.

Wanita itu sangat cantik. Hanya saja, wajahnya tampak sangat pucat karena sakit dan badannya terlalu kurus karena kekurangan gizi. Hanya tersisa tulang dan kulit saja pada tubuh wanita itu.

Secara perlahan, Rong Si memeriksa apakah wanita itu masih bernapas atau tidak. Hasilnya membuat anak laki-laki itu melepaskan napas lega.

Rong Si terdiam sejenak. Melihat wanita di hadapannya itu terlelap, ia sedikit ragu. Sesaat kemudian, ia mengambil sebuah cokelat dari kantong makanan yang diberikan Su Jiu dan membuka bungkusannya.

Melihat cokelat yang sangat menggiurkan, Rong Si pun menelan air liurnya, berusaha menekan keinginannya. Ia duduk di samping tempat tidur dan mendorong wanita itu sambil berkata, "Mama, ayo bangun dan makan sesuatu."

Bulu mata wanita itu bergetar sejenak dan ia pun membuka matanya. Melihat coklat yang ada di tangan Rong Si, lalu melihat wajah anaknya itu terluka, ia pun segera betanya, "Kamu dapat cokelat dari mana, kamu tidak melakukan sesuatu yang tidak baik, 'kan?"

Rong Si menggelengkan kepalanya. "Tidak, Ma. Aku mendapatkan cokelat ini dari seorang adik yang tinggal di atas."

Mengingat wajah Su Jiu yang putih, halus, dan imut, Rong Si pun menundukkan kepalanya sambil menambahkan, "Dia sangat baik."

Mengetahui cokelat itu adalah pemberian anak kecil, ibu Rong Si pun menghelakan napas lega. Sesaat kemudian, ia mengulurkan tangannya dan menyentuh luka Rong Si dengan lembut. Ada rasa sakit yang muncul di matanya.

"Lalu, ada apa dengan wajahmu ini? Kamu berkelahi lagi?"

Rong Si tidak menjawab, seolah mengiyakan pertanyaan itu dalam diam.

Wanita muda itu pun merasa lebih sakit hati lagi, ia mengelus kepala Rong Si dan berkata, "Kedepannya, kalau bertemu mereka lagi, kamu cari jalan lain saja, jangan berhadapan langsung dengan mereka, ya?"

"A Si, maafkan Mama, ini semua karena Mama yang tak berguna, Mama tidak dapat menjaga dan melindungimu… Sebaliknya, malah A Si yang harus menjaga Mama… Padahal, kamu seharusnya sedang sekolah, tetapi karena Mama, kamu tidak bisa menikmati masa kecil…"

Rong Si berkata dengan serius, "Mama, aku tidak menyalahkanmu."

Kalau memang mau menyalahkan seseorang, maka Rong Si akan menyalahkan pria yang meninggalkan ibunya.

Rong Si tidak akan melupakan malam itu, malam saat hujan deras ketika ia dan ibunya diusir dari rumah. Pria itu juga tidak pernah memedulikan mereka berdua lagi sejak itu. Saat ibunya sakit dan membutuhkan banyak uang, ia pergi mencari pria itu. Namun, ia malah diusir.

Ekspresi dan tatapan mata dari pria yang begitu dingin dan tak berperasaan itu terasa begitu kuat, membuat Rong Si tidak akan pernah bisa dan tidak akan mau melupakannya seumur hidup.

Wanita muda ingin mengganti topik pembicaraan, ia pun menghapus air matanya yang tertahan dan bertanya, "Oh iya, adik itu tinggal di lantai berapa? Apakah kamu sudah berterima kasih?"