Anak laki-laki itu mengangkat kepalanya. Saat hendak memanggil Sheng Tianci, ia pun melihat Su Jiu dan perhatiannya pun langsung teralihkan.
'Siapa dia?'
Seorang pembantu mengejar anak laki-laki itu di belakangnya sambil membawa segelas susu. Pembantu itu pun berseru, "Tuan Kecil Zhiyan, tolong jangan lari-lari, ayo minum susu dulu."
Melihat Sheng Tianci, pembantu itu pun segera mengangguk sambil menyapa, "Tuan Muda Tianci, Anda sudah pulang."
"Hmm," Sheng Tianci menjawab sambil sibuk mengulurkan satu tangannya untuk mengelus kepala anak laki-laki itu dengan sedikit kuat, "Sarapan saja tidak bisa diam. Dasar kamu ini! Kenapa kamu nakal sekali, sih?"
Pembantu pun ikut berkata, "Iya, 'kan? Aku sudah mengejar-ngejarnya dari belakang sejak tadi. Memang dasar anak laki-laki... susah diatur."
Nyonya Besar Sheng memiliki tiga orang putra. Selain anak bungsu mereka, Sheng Tianci, yang belum menikah, yang lainnya sudah menikah dan punya anak.
Sheng Tianci dan Su Shengjing sama-sama anak urutan ketiga. Keduanya bertemu saat mereka masih kecil. Usia yang hampir sama membuat keduanya segera cocok dan lama-lama menjadi sahabat.
Kakak pertama Sheng Tianci memiliki dua orang putra, begitu juga dengan kakak keduanya. Benar-benar generasi tanpa wanita!
Sudah beberapa generasi tidak memiliki anak perempuan, Tuan Besar dan Nyonya Besar pun berharap bisa mendapatkan cucu perempuan. Namun, mereka tetap mendapatkan hasil yang mengecewakan.
Anak laki-laki di depan Sheng Tianci dan Su Jiu itu adalah anak bungsu kakak kedua Sheng Tianci, Sheng Zhiyan. Ia masih berusia lima tahun, anak paling kecil di rumah itu. Ia juga anak yang paling dimanjakan sehingga tumbuh menjadi yang paling nakal. Tidak ada seorang pun yang bisa mengendalikannya.
Sheng Zhiyan tidak peduli dengan pembantu yang sudah susah payah mengejarnya dan memintanya minum susu. Anak laki-laki itu hanya terdiam, menengadahkan kepalanya untuk mengamati Su Jiu yang berada di pelukan Sheng Tianci.
Su Jiu mengenakan gaun putih kecil, rambutnya dikuncir dua, wajahnya halus dan putih seperti tahu, membuat orang yang melihatnya ingin menyentuhnya.
Sheng Zhiyan bertanya dengan wajah serius seperti orang dewasa, "Kamu siapa?"
Sheng Tianci pun merasa tidak senang. "Hei, tidak sopan... Kamu, coba bicara yang baik sama adik. Kalau tidak, nanti aku akan memberikanmu pelajaran."
"Huh! Aku tidak takut kepadamu! Nanti aku akan meminta Kakek untuk memberimu pelajaran."
Melihat sikap anak di hadapannya itu, Su Jiu pun langsung tahu bahwa ia adalah anak yang dimanjakan oleh keluarga.
Mengetahui Sheng Zhiyan bahkan tidak takut dengan Sheng Tianci, Su Jiu mengambil kesimpulan bahwa ia tidak dengan orang yang galak. Maka, ia pun ingin mencoba cara yang halus.
Su Jiu mengatakan kepada Sheng Tianci bahwa ia ingin turun. Setelah itu, ia pun berjalan ke depan Sheng Zhiyan, bersikap patuh dan lemah lembut, dengan malu-malu memperkenalkan diri.
"Selamat pagi kak, namaku Su Jiu, kamu bisa memanggilku Xiaojiu."
Sheng Zhiyan merasakan temperamen Su Jiu yang tidak membahayakan. Gadis kecil itu juga bagaikan seekor kelinci yang halus dan jinak. Seketika, rasa angkuh Sheng Zhiyan pun sepertinya berkurang sedikit.
"Apa hubunganmu dengan Pamanku? Lalu, kenapa kamu bisa ke rumahku?"
"Papaku dan Paman adalah sahabat. Papaku tidak memiliki waktu untuk menjagaku. Jadi, Paman membawa aku ke sini." Su Jiu mengatakan itu dengan nada bayinya yang imut. Kemudian, dengan malu-malu ia bertanya, "Kakak, Xiaojiu, hmm... apakah Xiaojiu boleh bermain bersamamu?"
Sheng Tianci memandang Su Jiu yang tampak polos, rasa kebapakannya pun langsung muncul. Di dalam hatinya, pria itu menjerit, 'Main bersama dia! Kamu harus bermain bersama dia! Aku akan menghantammu jika kamu menolak!'
Berdasarkan sifat Sheng Zhiyan yang sombong, biasanya ia akan mengatakannya, 'Aku tidak mau bermain dengan anak perempuan! Aku paling tidak suka dengan anak perempuan!'
Namun, kali ini berbeda. Sheng Zhiyan melihat tatapan Su Jiu yang menatap lurus kepadanya. Sepasang mata bulat dengan bulu mata yang padat dan panjang itu seperti anggur hitam yang segar, sangat cantik.
Di bawah tatapan itu, hati Sheng Zhiyan pun menjadi tidak tega, ingin menjawab dengan jahat pun pun ia tidak sanggup.
Sheng Zhiyan menolehkan tatapannya ke arah lain, lalu dengan canggung ia berkata, "Bolehlah!"
"Terima kasih kak, kakak baik sekali!" Su Jiu tersenyum manis kepada Sheng Zhiyan. Senyumannya itu manis bagaikan permen gula, kedua pipinya menunjukkan lesung pipi yang membuatnya semakin terlihat cantik.