"Ifrit? Kalau tak salah, dia adalah pria aneh yang waktu itu kita temui bukan?"
"Tepat, aku tak bisa membunuhnya..karena bagaimanapun dia adalah teman pertamaku, sehingga dengan cerobohnya aku malah memaafkannya." Ignis duduk di sofa yang berada di tempat itu, ia menatap monitor yang menunjukkan gambar seorang pria dengan surai merah yang berdiri dengan senyuman menjijikkannya. "Bukan, aku bukan memaafkannya, lebih tepatnya aku malah melepaskannya." Ignis berdiri dan berniat pergi dari ruangan itu, "Kau mau kemana?"
"Aku harus menemuinya dan membunuhnya."
"Kontrakmu sudah hilang, Ignis, aku dan pengawalku juga sudah tak memiliki kontrak sehingga aku sudah tak bisa mengendalikannya lagi, begitupula dengan kamu dan Ifrit, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah dengan membunuhnya dengan tenaga kita sendiri, bukan dengan kekuatanmu yang sudah tak ada artinya dimata Ifrit."