"Mah, aku ....!" lirih Nila pada Santi.
Santi mengelus kepala dan memegang ke dua wajahnya dengan penuh kasih sayang.
"Mama nggak mau kamu seperti Mama, Romi pria yang baik. Mama yakin dia pasti bisa buat kamu bahagia!" Santi sangat tahu apa yang ingin diungkapkan oleh Nila meski dia tidak menyelesaikan bicaranya.
Nila mengangkat wajahnya dengan mata yang berkaca-kaca, Santi mengusap air matanya dan melanjutkan nasihatnya.
"Lupakan dan jauhi Ule, wajah tampan itu hanyalah obsesi yang hanya akan menguras pikiran,"
"Lihat Mama, sekuat apa Mama menginginkan Papamu pada akhirnya dia kembali lagi pada keluarganya meski sudah jatuh miskin. Apakah kekayaan yang sudah kita miiliki ini berarti ketika seseorang yang kita cintai sudah tidak ada di samping kita?"
Nila terus merenung apa yang dinasihatkan oleh Santi, hati dan pikirannya mempertimbangkan antara Ule dan Romi.