Ricard masih sibuk berkutat dengan beberapa tumpukan berkas di meja nya, karena kemarin dirinya tidak berangkat kerja dan lebih memilih untuk berkunjung seharian dirumah Hafsah. Untung lah usaha nya tidak terbuang sia sia, dirinya berhasil meluluhkan hati seorang Hafsah, meskipun ia tidak berhasil menjadikan Hafsah resmi sebagai pacarnya, karena Hafsah sangat berpegang teguh pada komitmen dirinya sendiri bahwasannya ia tidak akan mengambil jalan pacaran sebelum menikah.
"Maaf mbak! Tapi mbak tidak bisa masuk begitu saja!" Ujar Reina dari luar ruangan Ricard. Ia terus menghalangi langkah wanita yang mencoba menerobos masuk ruangan Ricard.
"Aku dan Ricard itu saling kenal! Jadi Jangan menghalangi ku!" Teriak wanita itu. Tangan nya mencoba menyingkirkan Reina yang terus menghalangi pintu masuk ruangan Ricard.
"Kenal tidak nya mbak dengan pak Ricard. Tetap saja mbak tidak bisa masuk seenaknya ke ruangan pak Ricard."
"Minggir!!!" Teriak wanita itu. Dirinya mendorong kuat tubuh Reina hingga terjatuh kelantai.
Merasa memiliki kesempatan, wanita itu dengan cepat menerobos masuk kedalam ruangan kerja Ricard.
"Ah wanita itu menyebalkan sekali! Aku ingin kau segera memecatnya Ricard!"
Ricard menghentikan jemari tangan nya yang sibuk menandatangi tumpukan berkas. Ia terdiam sesaat. Suara wanita yang kini berdiri didepannya sangatlah tidak asing ditelinga nya. Ricard mengalihkan pandangannya kepada sosok wanita berkulit kuning Langsat dengan tinggi 155 cm didepannya, wanita itu mengenakan pakaian sangat terbuka, baju putih dengan lengan sejari yang panjang nya 5 jari diatas lutut.
"Serena?" Ujar Ricard sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangannya kepada tumpukan berkas didepannya.
Serena maulida adalah anak kedua dari teman akrab ibunya Ricard. ayah Serena adalah salah satu pemilik saham terbesar keluarga Ricard, dan juga merupakan pimpinan dari salah satu perusahaan yang bergerak di bidang elektronik. Ricard 4 tahun lebih tua daripada Serena, Sejak kecil Serena didekat kan dengan Ricard hingga keduanya selalu di tempat kan disekolah yang sama. Namun setelah lulus Sekolah menengah atas, orang tua Serena memilih untuk melanjutkan studi nya Serena ke luar negeri agar bisa setara dengan kakaknya Serena yang juga lulusan dari luar negeri.
"Apa kau tidak kaget dengan kehadiran ku Ricard?" Tanya wanita yang bernama Serena, dirinya kini duduk tepat didepan Ricard.
"Aku terlalu sibuk dan tak ada waktu untuk bereaksi kaget ketika melihat mu!" Cetus Ricard dingin.
"Kau tidak rindu padaku?"
"Tidak." Jawab Ricard singkat.
"Ricard! Kau harusnya memeluk ku! Kita sudah 5 tahun tidak bertemu."
"Ya aku tau kita memang sudah 5 tahun tidak bertemu." Ujar Ricard matanya masih terus menatap lekat kertas kertas didepannya.
"Pak maaf pak! Wanita ini mendorong saya dan akhirnya berhasil menerobos masuk ruangan bapak! Saya sudah memperingatkan nya berkali-kali pak tapi dia begitu antusias mengatakan bahwa bapak mengenalnya." Jelas Reina dari ambang pintu ruangan nya.
"Baiklah. Biarkan saja! Wanita ini semakin kau larang maka dia akan semakin menggila! Jadi tidak perlu menghentikan nya, kembali lah bekerja!" Seru Ricard tanpa mengalihkan pandangan nya.
"Baik pak!" Reina memundurkan langkahnya dan kembali menutup pintu ruangan Ricard.
"Apa katamu? Barusan kau mengatakan aku gila Ricard?" Teriak Serena, ia begitu merasa kesal dengan penuturan Ricard.
"Ku rasa pendengaran mu cukup bagus sehingga aku tidak perlu mengulangi perkataan ku!" Ujar Ricard, matanya menatap sekilas sosok Serena didepannya.
"Wah benar benar tak bisa ku percaya! Aku sengaja menyempatkan waktu untuk bertemu mu Ricard! Dan ini balasan mu padaku!"
"Aku tidak meminta mu kemari Serena!"
"Kau sangat menyebalkan Ricard!" Umpat Serena, matanya memanas menatap Ricard yang masih sibuk dengan lembaran kertas dimeja nya.
"Dari dulu aku memang menyebalkan! Kau lebih mengetahui itu!" Seru Ricard, matanya kini beralih ke Serena.
Serena yang tidak terima dengan perlakuan Ricard, segera berjalan meninggalkan ruangan tempat Ricard bekerja.
"Dasar laki laki berhati dingin! Ia sama sekali tidak berubah bahkan setelah 5 tahun." Umpat Serena. Kaki nya terus mempercepat langkahnya meninggalkan perusahaan besar milik Ricard.
******
Hafsah menyandarkan dirinya pada sebuah kursi yang berada diruangan karyawan, ia sedikit lelah setelah melayani beberapa pesanan dari para pelanggan di kedai kopi tempatnya bekerja.
"Hafsah!" Ririn berjalan menghampiri Hafsah, ditangan nya terdapat 1 Bungkus nasi kotak.
"Dari pak bos! Katanya jangan lupa makan dan jangan lupa shalat!" Seru Ririn seraya menaik turunkan alisnya didepan Hafsah.
"Aish! Ini apalagi Rin! Aku tidak bisa terus menerima pemberian pak bos!" Cicit Hafsah, dirinya merasa begitu tidak nyaman dengan perlakuan Habib padanya.
"Makan saja Hafsah!" Ririn mencubit kedua pipi Hafsah yang chubby.
"Sini berikan!"
Hafsah mengambil 1 bungkus nasi kotak dari Ririn, ia berencana untuk mengembalikan nya langsung kepada Habib. dirinya sudah cukup menahan diri untuk tidak menanyakan langsung alasan Habib begitu over protective padanya setelah kejadian Ricard yang mencoba menerobos masuk ruangan khusus karyawan saat itu.
"Assalamualaikum!" Ujar Hafsah yang kini berdiri tepat didepan pintu ruangan Habib.
"Wa'alaikumussalam, Masuklah!" Balas Habib.
Hafsah mendorong pelan pintu didepannya, ia berjalan memasuki ruangan Habib.
Tampak Habib masih duduk di kursi nya, namun matanya sudah terlebih dahulu memperhatikan Hafsah yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Ada yang bisa aku bantu? Kau membutuhkan sesuatu Hafsah?" Tanya Habib, bibirnya sudah melengkungkan senyuman.
"Maaf pak! Tapi saya tidak bisa menerima ini!" Seru Hafsah, tangannya meletakkan satu bungkus nasi kotak di meja Habib.
"Apa aku melakukan kesalahan?" Habib menaikkan satu alisnya, ia menatap penuh tanya kepada Hafsah yang berdiri menghadap nya.
"Bapak tidak melakukan kesalahan apapun, Tapi sepertinya ini sudah berlebihan pak! Saya merasa kurang nyaman atas perlakuan bapak ke saya, terlebih lagi didepan semua karyawan kedai ini."
"Baiklah! Apakah kamu ingin aku sendiri yang memberikan makanan untuk mu setiap harinya? Ayolah Hafsah! Aku hanya mencoba peduli pada karyawan ku! Itu saja."
"Bukan itu maksud saya pak! Bapak hanya memberikan makanan untuk saya sendiri, bapak juga hanya menawarkan tumpangan pada saya! Dan menurut saya itu sudah tidak wajar lagi pak."
Habib menatap intents mimik wajah Hafsah yang terlihat begitu tidak nyaman. Habib sudah menduga bahwa Hafsah akan bereaksi seperti ini padanya, meski begitu Habib tidak ingin terlalu cepat mengutarakan perasaannya kepada Hafsah. Ia merasa bahwa dirinya harus melakukan segala cara untuk melunakkan hati wanita didepannya.
"Apakah aku harus memberikan tumpangan kepada semua karyawan?" Tanya Habib.
"Makhsud saya bukan itu pak! Saya hanya ingin tahu alasannya, kenapa bapak melakukan semua itu khusus kepada saya?" Tanya Hafsah. Ia sedikit kesal melihat semua reaksi yang ditujukan Habib padanya.
"Khusus? Aku rasa itu bukan kata yang tepat Hafsah. Karena aku juga melakukan nya pada semua karyawan! Em.. seperti memberi kan makan siang dan sarapan padamu juga pada semua karyawan. Aku hanya ingin bersikap sebagai bos yang baik! Itu saja."
Hafsah mengerutkan keningnya, ia tidak tahu bahwa semua karyawan kedai juga mendapatkan sarapan dan makan siang seperti nya. Selama ini ia berfikir bahwa Habib hanya melakukan semua itu kepadanya.
"Kalau soal tumpangan, aku memberi nya padamu karena aku fikir, kau sedang membutuhkan nya Hafsah! Dan tidak memungkinkan untuk ku mengantar pulang semua karyawan kedai satu persatu kan?" Sambung Habib.
"Maaf Hafsah, aku tidak ingin perasaan ku terbaca jelas olehmu." Batin Habib
Hafsah terdiam, ia bingung harus mengatakan apalagi, Dirinya sudah salah sangka selama ini.
"Baik pak! Maaf atas segala tuduhan tak mendasar saya! Kalau begitu saya pamit keluar." Hafsah membalikkan tubuhnya, ia dengan cepat keluar dari ruangan Habib.
"Aish kau bodoh Hafsah!! Kenapa kau harus mempermalukan dirimu sendiri! Harusnya kau cari tahu terlebih dahulu!!" Umpat dirinya dalam hati, Hafsah benar benar merasa malu sekarang.