Chereads / Takdir semesta / Chapter 12 - Pesona yang menjerat kedua manusia

Chapter 12 - Pesona yang menjerat kedua manusia

Matahari bersinar begitu terang, menjadi pusat cahaya yang mampu menyinari seisi dunia, Hardian kini duduk disalah satu kursi yang tersedia di pinggir lapangan.

"Ini untuk mu!" Ujar seorang wanita yang tak lain adalah Rachel. Tangan nya memberikan sebotol air mineral kepada Hardian.

"Terimakasih!" Cicit Hardian, ia langsung meneguk hingga habis air mineral yang diberikan Rachel.

"Wah sepertinya kau haus?" Tanya Rachel yang langsung dibalas anggukan oleh Hardian.

"Kau sendiri sedang apa disini?" Hardian beralih menatap wanita disampingnya.

"Aku ingin jogging! Dan kebetulan melihat mu disini!"

"Padahal sekarang jam 1 siang loh! Kau tidak berniat menghitamkan badanmu kan?" Tanya Hardian, ia mengerutkan keningnya.

"Em.. kau sendiri? Memang nya tidak takut hitam?"

"Kenapa harus takut hitam? Toh kulit orang Indonesia memang kebanyakan berwarna hitam!" Seru Hardian, matanya kembali menatap lapangan besar didepannya.

"Sudah keliling lapangan berapa kali?" Tanya Rachel.

"15 kali"

"Wah! masih ingin berkeliling lagi kah?" Tanya rachel lagi, kali ini hanya dibalas anggukan oleh Hardian.

"Aku ikut ya! Kita berkeliling bersama sama nanti!" Ujar Rachel dengan begitu antusias.

"Jika kau mampu mengimbangi ku! Jika tidak kau boleh istirahat lebih dulu nanti" jawab Hardian, pandangan nya masih tertuju pada lapangan didepannya.

"Kau meremehkan ku! Hmm kita lihat saja nanti! Aku akan lebih unggul darimu!" Seru Rachel, bibirnya telah terlebih dahulu mengembangkan senyuman.

Sudah terhitung 15 menit Rachel dan Hardian mengelilingi lapangan besar yang terletak ditengah taman kota. Keduanya beriringan seraya terus mengayunkan langkah kaki nya masing-masing.

"Huft sudah 30.." ujar Hardian dengan nafas terengah-engah.

"Aku baru 15 Hardian" sergah Rachel yang terus melangkah beriringan dengan Hardian.

"Kau lanjutkan saja! Aku lelah!" Celetuk Hardian, ia menghentikan langkahnya seraya terus mengatur nafas.

"Ah tidak seru! Lihatt aku lebih unggul darimu?" Cicit Rachel dengan raut wajah puas.

"Kau baru 15 Rachel, aku ini 30 loh!" Balas Hardian tak terima.

"Hehe!! Ya ya ya! Oh ya bagaimana jika hari ini kau berkunjung ke rumah ku!" Tawar Rachel, matanya menatap lekat wajah Hardian disampingnya.

"Ha? Tidak Rachel! Aku berkeringat sekarang, aku harus pulang dan membersihkan tubuh ku terlebih dahulu."

"Mandi saja dirumahku! Dan kau bisa kenakan baju kak Ricard!" Cetus Rachel, yang sontak saja membuat Hardian melotot kearah nya.

"Aish!! Ada ada saja kau ini! Pulanglah! Itu supir mu sudah menjemput, Aku juga mau pulang."

"Aku antar saja ya!"

"Tidak Rachel, aku tidak ingin merepotkan siapapun!" Ujar Hardian ia memutar langkah hendak pergi namun Rachel terlebih dahulu menarik lengan tangan Hardian.

"Ayolah! Aku antar saja!" Pinta Rachel, matanya menatap penuh harap kepada Hardian didepannya.

Hardian menghela nafas panjang meski berat, akhirnya ia mengiyakan tawaran Rachel.

Kini keduanya telah berada didalam mobil.

"Menurut mu kenapa perempuan beragama islam itu menggunakan hijab? Bukankah kecantikan mereka akan tertutupi?" Tanya Rachel, matanya kini beralih kepada Hardian disampingnya.

"Matahari tidak kehilangan cahayanya karena tertutupi awan, yang berarti wanita tidak akan kehilangan kecantikan nya meskipun tertutup hijab, e... Bukankah berlian akan lebih bersinar jika terus tertutupi didalam gelapnya kerang" jawab Hardian mantap.

Rachel mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.

"E... Hijab itu harus lah menutupi dada dan juga wanita muslim harus mengenakan pakaian longgar agar tidak memperlihatkan lekak lekuk tubuhnya, itu tertulis jelas didalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat ke 31" sambung Hardian.

"Apakah kau tahu apa isi yang terkandung dalam surah yang barusan kau sebutkan itu?" Rachel semakin penasaran.

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."

"Wah sepertinya kau menghafal semuanya dengan sangat baik ya!" Cetus Rachel seraya mengembangkan senyum diwajahnya.

"Tidak juga! Jika kau ingin tahu lebih lanjut tentang aurat perempuan! Sepertinya kau harus menemui kakak ku, namanya Hafsah"

"Kak Hafsah?" Rachel mengerutkan keningnya, ia merasa tak asing dengan nama yang baru saja disebutkan Hardian.

"Kak Ricard mengenal baik kakak ku, dan sudah beberapa kali berkunjung kerumah kami." Jelas Hardian

"Ah iya! Aku pernah melihat pesan dari kak Hafsah di layar ponsel kak Ricard sewaktu aku hendak membangun kan nya Tidur! Oh ternyata kak Hafsah itu kakakmu! Ish dasar curang kak Ricard!! Dia tidak pernah mengatakan apapun padaku!" Ujar Rachel ia mendengus kesal.

"Mungkin lupa!"

"Mana mungkin! Dia memang selalu begitu! Ish awas saja nanti!"

"Pak pak berhenti disini!!" Cetus Hardian ketika mobil yang membawa nya melewati sebuah lorong tempat tinggal nya.

"Kau berhenti disini?" Tanya Rachel yang hanya dibalas anggukan oleh Hardian.

"Dimana rumah mu? Aku boleh berkunjung kah?" Sambung Rachel lagi.

"E... Lain kali saja ya rachel! Lingkungan ku agak sensitif, aku tidak ingin kau mendengar sesuatu yang seharusnya tidak kau dengar! E.. tempat tinggal ku tepat di ujung lorong ini, terimakasih atas tumpangan nya ya!" Ujar Hardian, dirinya kembali melangkahkan kaki keluar dari mobil Rachel.

"Baiklah, see you next time Hardian!! Lain kali aku akan ke rumah mu bersama kak Ricard ya!" Rachel melambaikan tangan nya keluar dari jendela mobil.

Hardian hanya menganggukkan kepalanya, sebelum akhirnya ia kembali berjalan menyusuri lorong kecil menuju tempat tinggal nya.

*****

Hafsah melengkung kan senyum manis diwajahnya, langkah nya terkesan malu malu mendekat ke arah Ricard yang berdiri didepan kedai kopi tempat Hafsah bekerja.

"Duarrrr!!" Ujar Hafsah, dengan suara tiruan pistol yang diharapkan bisa membuat Ricard terkejut, namun tak seperti yang diduga. Ricard kini malah berbalik menghadap Hafsah, ia tersenyum sangat manis membuat jantung Hafsah berdetak begitu cepat.

"Tuan putri ku sudah disini ternyata!" Tutur Ricard, bibirnya masih menyuguhkan senyuman.

"Jangan tersenyum terus ihhh!!" Hafsah melipat kedua tangannya didepan dada, ia merasa kan detak jantung nya yang berdetak kencang seperti hendak meloncat keluar setiap kali Ricard tersenyum padanya.

"Yahhh tapi aku tidak bisa berhenti tersenyum nih, bagaimana tidak! wanita tercantik didunia, yang marahnya sekalipun tetap terlihat mempesona itu kini berdiri tepat didepanku"

"Aish gombal!!" Cetus Hafsah. Pipinya merona bersamaan dengan senyum yang merekah diwajahnya.

"Ehem..ehem...!!" Ujar Habib yang tiba tiba saja keluar dari kedai kopi miliknya. Ia berjalan mendekat ke arah Hafsah dan Ricard.

"Hafsah ayo pulang dengan ku!" Ujar Habib ia kini berdiri disamping Hafsah.

"E... Tapi.."Hafsah bingung, diri nya telah dijemput Ricard sekarang, namun tidak mungkin juga baginya menolak ajakan bos tempatnya bekerja.

"Hafsah pulang dengan ku!" Tutur Ricard, ia melirik sinis ke arah Habib.

"Hafsah itu karyawan ku bukan karyawan mu! Jadi dia harus pulang dengaku! Aku bisa menjamin keselamatan nya!" Cicit Habib tak mau kalah.

"Hafsah itu akan menjadi calon istri ku! Jadi aku sebagai calon suaminya lah yang lebih berhak mengantarkan Hafsah pulang, karena selama ini keselamatan Hafsah begitu terjamin jika bersamaku!"

Keduanya saling menatap sengit, Hafsah yang melihat itu dibuat pusing sendiri.

Ia bingung bagaimana memisahkan diri dari keduanya.

"Haha calon istri katamu!! Kau itu lebih pantas menjadi calon supir baginya!" Habib kembali menyela.

"Jaga bicaramu ya!! Hafsah juga tidak akan sudi pulang bersama bos gila seperti mu!"

"Apa katamu?? Bos gila!!" Pupil mata Habib membesar, ia melotot ke arah Ricard yang mengatai dirinya gila.

"Kalau iya kenapa ha? Kau tidak tuli kan!"

"Berani nya kau!!" Habib mengepalkan tangannya.

Dengan cepat Hafsah mengambil posisi ditengah tengah Ricard dan Habib. Ia merentangkan kedua tangannya, mencoba menghentikan pertikaian diantara keduanya.

"Pak boss!! Dan kau Ricard!!! Kalian bisa pulang sendiri sendiri!! Aku tidak ingin pulang dengan kalian berdua!!" Teriak Hafsah, sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Ricard dan Habib.

"Hafsah!! Aku lebih dulu menjemput mu!!" Teriak Ricard, matanya terus memandang punggung Hafsah yang kian menjauh.

"Hafsah!! Aku bos mu! Pulang lah bersama ku" teriak Habib tak mau kalah.

Hafsah menghela nafas panjang, ia bingung sekali dengan sikap Habib dan Ricard yang sangat kekanak-kanakan.

"Gila!!gilaa!! Keduanya pasti sudah gila!" Umpat Hafsah, ia mendengus kesal.

Dirinya kini sudah berada didalam sebuah taksi yang membawanya pergi menuju tempat tinggal nya. Hafsah merasa begitu lelah hari ini, ia tak sabar ingin segera merebahkan tubuhnya dikasur empuk milik nya setelah sampai dirumahnya nanti.