Chapter 18 - Tertindih Part 1

Dikisahkan sebelumnya Hasan memutuskan tidak jadi pulang karena sudah larut malam, tidak tahan letih dia pergi ke kamar tidur dan kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang dipenuhi gambar kartun Ipin dan Upin, baru saja terlelap tiba-tiba dia meresakan tubuhnya tidak bisa digerakkan, dia berusaha berteriak sekencang-kencangnya tetapi tidak ada orang yang mendengarnya. Dan kisah berlanjut.

Hampir 5 menit dia merasakan itu, semakin dia gerakkan semakin kuat pula cengkramannya, setelah dia sadar, barulah dia duduk-duduk di ranjang sambil memikirkan semua itu sambil berkata di dalam hatinya, "Ya Allah! Apa ini? mengapa tubuhku tidak bisa digerakkan sama sekali? Dan padahal saya berteriak sekuat saya tetapi tidak ada yang mendengarnya, sungguh aneh."

Lama Hasan duduk termenung sambil memikirkan itu, rasa kantuk yang sangat membuatnya tidak tahan untuk duduk lagi, dia mencoba membaringkan tubuhnya lagi di atas ranjang, kejadianpun terulang kembali kini Hasan merasakan tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali, dia memanggil-manggil Ayah dan Ibunya tetapi tidak satupun dari mereka datang, Hasanpun sadar bahwa semakin dia bergerak semakin kuat pula cengkramannya, dia mencoba melemaskan tubuhnya dan benar seketika itu dia tidak terlalu merasakan tubuhnya kaku tidak bisa digerakkan.

Saat terbangun dia semakin ketakutan dia berusaha tidak tidur lagi, duduk termenung lagi sesekali dia berjalan kesana dan kesini agar hilang rasa kantuknya. Dia mencoba keluar kamar untuk membuat kopi, gula dituangkan, bubuk dituangkan, air panas dituangkan dan dia membawanya ke kamar, saat berjalan menuju kamar Ayahnya melihat cepat-cepat menghampirinya seraya bertanya.

"Hasan! kamu tidak tidur? sudah malam banget ini, apa itu?" tanya Ayahnya sambil mengucek salah satu matanya.

"Ini buat kopi Yah! untuk menghilangkan rasa kantuk," jawab Hasan yang terlihat menundukkan kepalanya.

"Ada sesuatu kah? Sampai Hasan minum kopi," tanya Ayahnya lagi sambil memegang bahunya Hasan.

Hasan diam tidak berani bercerita, "Tidak ada apa-apa kok Yah! hanya ingin begadang," jawabnya dengan tetap dalam posisi menundukkan kepalanya.

Ibunya yang mendengar percakapan mereka berdua bergegas menghampiri yang terlihat membenarkan tali baju tidurnya seraya berkata, "Ada apa ini? sudah malam ini, Hasan kamu belum tidur."

Tidak sengaja dia mengatakan "Tidak bisa tidur ops! maksud saya ingin bergadang di rumah Kakek."

"Ya udah jangan malam-malam begadangnya, lihat itu sudah jam berapa 12.43 wib kan!," ujar Ibunya yang sambil menarik tangan suaminya seraya berkata, "Udah biarkan, kita tidur lagi sudah tidak tahan kantuknya."

"Yah, tadi dengar tidak suara teriak-teriak gitu?" tanya Hasan pada Ayahnya yang terlihat diterik tangannya oleh istrinya untuk diajak tidur kembali.

Mendengar pertanyaan itu mereka berdua berhenti dan menengok ke arah Hasan seraya berkata, "Suara apa? saya tidak dengar sama sekali." "Ibu juga tidak dengar tuh Hasan! memang suara teriak apa? terlihat mereka penasaran tentang suara teriakan apa itu.

"Tidak, berati saya saja yang terlalu serius mendengar cerita Kakek tadi, ya udah Hasan ke kamar tidur dulu," ungkapnya sambil melangkahkan kakinya ke arah kamar tidurnya.

"Yau dah Dek, mari tidur lagi sudah tidak tahan rasa kantuk ini,"

Hasan mulai membuka pintu kamarnya dan menuju ranjang yang penuh hiasan gambar-gambar kartun, duduk menghadap kearah tembok dan mulailah dia menyruput kopinya perlahan hingga berkuranglah rasa kantuknya, Android yang berada di dekatnya dia ambil lalu membuka galeri foto-foto masa-masa smp, tak sengaja dia melihat foto wanita yang dulu pernah menjadi idamannya, ya Aurel namanya dengan rambut terurai panjangnya membuatnya semakin menambah mempesonanya dan senyumannya yang manis membuat Hasan tersenyum-senyum sendiri, sesekali dia menciumnya dan memandangnya seraya berkata.

"Neng, mengapa semua ini harus terjadi, maafkan akang jika membuat luka hati eneng, lama dia memandang-mandang wajah yang elok itu sehingga tidak sadar dia terbaring di ranjang dan Androidnya menempel di dadanya."

Dalam tidurnya dia didatangi wanita cantik jelita rambut terurai panjang, jika tersenyum terlihat pula lesung pipinya, dia mendekatinya seraya berkata, "Mas, mari ikut aku." ajaknya dengan menarik tangan Hasan pergi ke suatu tempat.

Hasan yang tidak bisa berbicara sama sekali dan terpesona oleh kecantikan wanita itu dia hanya pasrah dan mengikuti kemauwannya.

Tak lama mereka berada disuatu tempat yang mana Hasan belum pernah menjumpainya wanita itu menunjuk suatu tempat dan berkata, "Kamu lihat gunung itu Mas! Di atas sana jika kamu naik di sana kamu akan menemukan kebahagian yang kamu idam-idamkan, tetapi kamu harus bisa mendaki gunung itu dan melewati banyak rintangan, atau kamu memilih saya wanita cantik yang mempesona ini, tapi lihat di dekatku banyak jurang yang curam siap menelan kita sewaktu-waktu ketika kita lengah.

Bagaimana Mas? tak bosan-bosan dia menggoda Hasan dengan senyuman manisnya, Hasan yang tidak tahan oleh rayuan wanita itu dia mulai mendekatinya, tangannya mulai memegang bahunya juga pandangan patanya yang tajam terlihat bernafsu untuk menikmati tubuhnya.

Wanita itu terlihat semakin mempesona seakan mampu membangkitkan gairah keperkasaan Hasan, saat Hasan mulai mencium bibirnya tiba-tiba ada suara petir menggelegar.

Dier ...

Seketika dia terbanguan dan kemudian duduk diatas ranjang sambil berfikir, "Apa maksud mimpi aku ya? Saya rasa hari-hariku banyak kejanggalan ada apa kiranya? Apa saya harus cepat pergi kepesantren ya?"

Terlihat jam sudah menunjukkan pukul 03.45 wib Hasan pun pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat supaya hatinya menjadi tenang.

Hingga fajar datang mulai menampakkan cahayanya dan suara Adzan berkumandang di mana-mana Ayahnya pergi ke kamar Hasan untuk mengajaknya ke masjid untuk sholat shubuh berjamaah.

"Hasan ... mari ke masjid sudah shubuh nih," ajak Ayahnya sambil memberikan sajadah kepadanya.

"Iya Yah, sebentar Hasan siap-siap dulu," jawabnya yang terlihat matanya merah karena kurang tidur.

Ayah yang melihat itu sontak bertanya, "Kamu semalem tidak tidur Hasan? kedua matamu terlihat merah seperti kurang tidur."

"Ya tidur lah Yah, cuman hanya sekejab," jawabnya.

"Ya udah cepat ambil wudlu sana! Ayah tunggu di depan rumah," ajak Ayahnya.

"Iya Yah, Ayah duluan aja nanti Hasan menyusul," tuturnya.

Suara burung-burung mulai terdengar bernyanyi-nyanyi, cahaya mentari mulai menghangatkan badan, udara terhirup segar, Hasan dan kedua orang tuanya berpamitan untuk pulang.

Ayahnya yang melihat kondisi Hasan seperti itu dia tidak mengizinkan untuk menyetirnya, dia khawatir terjadi apa-apa.

"Hasan! biar Ayah saja yang menyetir mobilnya, Hasan duduk dibelakang saja menemani Ibumu," minta Ayahnya sambil meminta kunci mobil pada Hasan.

"Nih, kuncinya," sahutnya.

Setelah sampai di rumah Hasan pergi ke kamar dan meneruskan tidurnya yang semalam kurang nyenyak.

Karena masih merasa kantuk jadi mudah untuk Hasan terlelap, baru saja terlelap kejadian terulang kembali.

Nah Bagaimana kisah selanjutnya?

Apa sebenarnya yang terjadi pada Hasan?

Ikuti kisah kelanjutannya hanya ada di sini.