Chereads / Sejarah Kesuksesan Pendidikan Hasan Di Pesantren / Chapter 15 - Penghormatan Terakhir Part 1

Chapter 15 - Penghormatan Terakhir Part 1

Sebelumnya dikisahkan bahwa Hasan dan keluarganya yang dikabarkan bahwa Kakeknya yang beberapa hari kemarin di kunjungi baru saja meninggal dunia, mereka sekeluarga berencana pergi kesana. dan kisah berlanjut.

Waktu menunjukkan pukul 03.45 wib, matahari masih terasa menyengat kulit, Hasan, Ayah dan Ibunya. bergegas masuk mobil terlihat Hasan duduk di depan sebelah kanan kedua tangannya memegang setir dan selanjutnya mobil melaju perlahan keluar dari pagar rumah mereka.

Di dalam perjalanan Hasan bercerita banyak kepada Ayah dan Ibunya kejadian-kejadian yang baru saja terjadi saat di pantai Blimbingsari, Ayahnya yang mendengarkan cerita seperti, sontak kaget bukan main terlihat khwatir terjadi apa-apa pada Hasan. Sambil mengelus bahu Hasan Ayahnya berkata. "Hasan nanti setelah ini bisa persiapan berangkat ke pesantren ya."

Senyum manis terlihat dari kedua bibirnya.

"Iya Ayah, Hasan rasanya sudah ingin berangkat ke pesantren, kira-kira hari apa Yah?" tanya Hasan pada ayahnya sambil melajukan mobilnya dan membelokkannya ke kiri masuk jalan perumahan.

Lama mengendarahi mobil melewati jalan-jalan raya dan perumahan tibalah Hasan, Ayah dan Ibunya di rumah Kakeknya, Dari luar rumah terdengar tangisan tersedu-sedu, terlihat orang-orang berkerumun di depan rumah, di samping rumah juga di dalam rumah, ada yang membuat keranda, juga ada yang membersihkan tempat yang habis di gunakan memandikan jenazah.

Hasan, Ayah dan Ibunya keluar dari mobilnya, Hasan yang melihat pemandangan yang seperti itu terlihat kedua matanya mulai berkaca-kaca, selain itu dia juga merasakan sebak di hatinya, karena mendengar tangisan yang begitu histeris diapun tak sadar meneteskan air matanya, ini adalah bukti rasa sayang pada Kakeknya.

Ibunya yang melihat kondisi Hasan menjadi tidak tega, inginnya menjerit dan menangis tetapi dia tahan, Hasan yang tidak tahan menahan perasaan hatinya diapun mendekati Ibunya seraya berkata, "Ibu ... Kakek Bu!" sambil menghapus air matanya, "Ibu padahal baru kemaren kita menjenguk Kakek, Hasan senang diberi banyak nasihat, masukan-masukan yang mendorong Hasan untuk meneruskan pendidikan di pesantren meneruakan perjuangan Ayah, kini Kakek meninggalkan kita dulu, saya sebenarnya berkeinginan juga berharap bahwa Kakek menyaksikan saya berangkat ke pesantren." imbuhnya sambil merangkul Ibunya.

"Hasan! Itulah kehidupan di dunia, dalam menjalani hidup pasti semuanya mengalami yang namanya kematian termasuk Kakek juga Ibuk dan Ayahmu juga Hasan, ada pepatah mengatakan "Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, setiap ada kehidupan juga pasti ada kematian" Itu sudah kodratnya hidup, hanya saja kita tidak tahu kapan akan datangnya waktu kematian itu datang pada kita," tutur Ibunya yang terlihat memeluk Hasan dan mencium keninya kemudian melepaskannya.

"Tapi Bu, kayak tidak mungkin gitu Kakekkan kemaren terlihat sehat," ujar Hasan yang terlihat belum bisa menerima keadaan kalau Kakeknya sudah meninggal.

Ayahnya yang mendengar pembicaraan itu, juga ikut berbicara sambil memegang bahu Hasan dan menepuk-nepuknya seraya berkata, "Hasan, Benar apa yang dikatakan Ibumu itu, semuanya akan mengalami yang namanya kematian, mungkin nanti kalau Hasan pergi belajar di pesantren baru faham di mana di dalam pesantren akan diajari tentang pemahaman Al-Qur'an Al-Karim lewat Tafsir Jalalain di situ akan di jelaskan bahwa "Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian, walaupun dia lari dan bersembunyi di lubang semut yang kira-kira orang tidak bisa menemukannya karena takut mati, pasti kematian menghampirinya" itulah hidup.

"Iya Ayah, Hasan akan mencoba mengikhlaskannya," ujar Hasan sambil mengusab air mata yang menetes di pipinya.

"Kita hanya bisa berdo'a semoga Kakeh di sana bisa tenang, mendapatkan Rahmat dari Allah SWT, juga amal-amal baiknya bisa diterima Allah dan amal-amal jeleknya bisa di ampuniNya," ungkap Ayahnya sambil mengajak melanjutkan jalannya menuju rumah Kakeknya.

Orang-orang yang berkerumun di halam rumah Kakeknya melihat kedatangan mereka berbondong-bondong menghampirinya untuk berjabat tangan dan mengucapkan rasa bela sungkawa sedalam dalamnya atas meninggalnya kerabatnya selain itu juga memberi ungkapan "semoga keluarga selalu diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allah SWT, Hasan, Ayah dan Ibunya menerima itu dari masyarakat setempat dengan baik.

Terlihat dari dalam rumah dua orang keluar bergegas menghampiri mereka, kemudian berjabat tangan dan mempersilahkan masuk kerumahnya, ya ke dua orang tersebut adalah orang-orang yang selama ini merawatnya. terlihat kedua orang tersebut habis menangis karena kedua matanya terlihat memerah.

Hasan, Ibu dan Ayahnya menerima sambutan itu dengan baik, mereka langsung masuk rumah dan mendekati jenazah kakeknya, Hasan yang tidak tahan langsung menangis dan merangkul jenazah Kakeknya tapi apalah artinya Kakeknya sudah terbaring kaku hanya, sudah tidak bisa lagi memberi nasihat pada Hasan, seraya berkata, "Kakek! mengapa kakek meninggal dulu? mengapa tidak menunggu saya pergi ke pesantren? Kakek! jika saya rindu Kakek bagaimanan?"

Ayah dan Ibunya yang melihat pemandangan itu hanya bisa memeluk dan menciumi anaknya yang lagi sedih, terlihat juga raut wajah mereka sedih yang mendalam akan tetapi mereka sembunyikan rasa itu di dalam hatinya dalam-dalam.

Salah satu orang laki-laki yang berpakaian putih, memakai songkok putih berjalan menghampirinya sambil memegang bahunya kemudian mengelus-ngelus kepalanya Hasan seraya berkata, "Sudah lah Nak, ikhlaskan saya Kakekmu pergi memenuhi panggilan Tuhannya Allah SWT, memang sudah waktunya Kakekmu pergi, jika Kakekmu terus-terus di tangisi dia pergi tidak tenang, yang do'akan saja, semoga mendapat ridoNya, rahmatNya, diampuni segala dosanya dan diterima amal baiknya."

Beberapa saat setelah itu Hasan sudah bisa mengendalikan dirinya mulailah sholat jenazah dilakuakan orang-orang mengangkat jenazah itu untuk dibawa ke serambi masjid yang berada didekat rumahnya dan kemudian disholati, terlihat warga masyarakat ikut antusias melaksanakan penghormatan terakhir pada Kakeknya Hasan, serambi masjid yang terlihat besar dipenuhi masyarakat yang ingin melaksanakan sholat jenazah, lantunan-lantunan kalimat tauhid menggema memenuhi ruangan masjid, kira-kira 100 orang yang mengikutinya pertanda bahwa Kakeknya adalah orang yang sholeh.

Setelah sholat jenazah selesai barulah jenazah diangkat dan dibawa keluar untuk diberangkatkan sebelum diberangkatkan, terlihat berdiri di serambi masjid seseorang yang berpakaian serba putih dan mengenalan serban ya Kyai masjid tersebut memberikan nasihat-nasihat apa yang bisa diambil pelajaran untuk masyarakat atas perihal kejadian ini yaitu kematian Kakeknya Hasan.

Tak lama berfatwa dia yang terakhir kalinya berkata, "Wahai Masyarakat setempat mari kita menyaksika bahwa jenazah ini adalah orang baik, mayid yang disaksikan bahwa dia orang baik maka mendapat jaminan surga," tutur Kyai itu sambil menoleh ke kanan dan kekiri memandang masyarakat setempat.

Kyai itu melanjutkan pertanyaan kepada masyarakat dengan bertanya, "Mayit ini baik atau baik."

Masyarakat pun menjawabnya, "Baik," terdengar suara gemuruh orang banyak mengucap kata baik.

Ini di ulang sebanyak kali, setelah selesai akhirnya jenazah diberangkatkan di pemakaman umum, suara tauhit Laa ilaa haillallah muhammadarasulallah menggema mengiringi kepergianya.

Bagaimana kelanjutan kisahnya

Bagaimana prosesi pemakamannya? Bagaimana keadaan Hasan selanjutnya?

Mari ikuti kisahnya hanya di sini.