"Jadi maksudmu... karna perang naga laut dan Nocturnus beberapa tahun yg lalu, naga laut jadi membenci orang-orang diistana, selain itu mereka juga percaya bahwa Raja Daniel-lah yg menyimpan tubuh pangeran Nadish selama ini?" Ucap Riven.
Alecta mengangguk. "Itu sebabnya, jika naga laut melihat orang dari istana.. mereka akan mencoba utk menyakitinya atau kabur jika ketauan, dan itu sebabnya aku memakai pakaian biasa ini."
"Tapi mereka tetaplah jahat, aku dengar mereka menangkap manusia dan menjadikan mereka hidangan makan malam. Kau tidak pernah tau bahwa kedua temanmu mungkin berpura-pura untuk menggali informasi tentang kerajaan darimu, saat kau tidak dibutuhkan maka mereka akan menyingkirkanmu." Ketus Riven.
Alecta seketika langsung tertawa. "Itu tidak mungkin, kak Riven. Mereka tidak makan daging manusia, selain itu... temanku juga tidak pernah bertanya apapun soal kerajaan, sebaliknya.. justru aku yg selalu penasaran dan bertanya banyak hal tentang dunia naga laut."
Riven terlihat meragu utk mempercayai ucapan Alecta, tapi dia berpikir bahwa tidak mungkin anak kecil seperti Alecta akan berbohong banyak hal tentang semua itu. Dia juga pernah mendengar beberapa rumor tentang beberapa keluarga dari bangsa naga laut yg memilih utk menetap walaupun sudah diusir oleh putri Glacia dan raja Daniel. Alecta ada benarnya juga.
"Tapi Elina... aku adalah kapten pasukan Nocturnus, mengetahui tentang keberadaan naga laut dan tidak melakukan apapun membuatku seperti... pengkhianat." Ucapnya.
Alecta memegang kedua tangan Riven. "Aku mohon kak, mereka adalah temanku. Aku tidak punya teman lagi selain mereka. Kakak harus tau bahwa bangsa naga laut itu baik, mereka hanya memiliki dendam yg membuat mereka kesulitan dan hal itu disebabkan oleh Nocturnus, jika kita berada diposisi sebaliknya.. mungkin kita akan melakukan hal yg sama."
Riven terkekeh kecil dan mengelus kepala Alecta. "Sebenarnya umurmu ini berapa? Pintar sekali bicara..."
"Kakak hanya harus percaya." Lanjut Alecta. "Kumohon, jangan katakan apapun pada putri Glacia dan ibuku."
"Baiklah, tidak ada salahnya mencoba." Jawab Riven. Alecta sumringah dan memeluk pria tersebut. "Tapi, ada satu hal yg ingin kakak tanyakan..."
"Apa itu?"
"Kakak sudah menjaga dan bersama Raja sejak lama, mendiang ayahku juga tidak mengatakan apapun tentang tubuh pangeran Nadish yg berubah menjadi giok. Raja Daniel tidak menyimpan benda itu, tak ada satupun orang di istana yg menemukan giok pangeran Nadish dihari mereka ditemukan ditepi danau Prospera. Apa bangsa naga laut tau hal ini?"
Alecta menggeleng ragu.
"Oh tentu saja, itu sebabnya mereka masih menuduh orang istana. Bisakah kau beri tau kedua temanmu soal ini? Setidaknya, mereka tau bahwa giok itu tidak ada pada kita dan berhenti menyerang kita, mungkin." Lanjutnya.
"Ehm... sebenarnya..." Alecta menunduk, terdengar ragu-ragu utk mengatakan sesuatu.
"Bukan Raja Daniel yg menyimpannya, tapi putri Glacia." Sahut seseorang dari balik karang.
Riven langsung mengeluarkan pedangnya dan mengarahkannya pada Nicholas yg tiba-tiba muncul dari permukaan.
"Tidak! Jangan sakiti temanku kak..." Teriak Alecta. Nicholas menurunkan alisnya dan menatap tajam ke arah Riven.
"Kami sudah lama mencurigai putri Glacia, dan ternyata benar... putri Glacia lah yg mencuri giok pangeran kami dan membuatnya menjadi kalung. Ini sebuah penghinaan bagi seorang pangeran naga air yg terhormat!" Protes Nicholas.
"Apa yg kau bicarakan?!" Bantah Alecta. "Kak, jangan dengarkan di-"
"Apa maksudmu dengan kalung?" Lanjut Riven, ia memasukkan pedangnya dan mulai mendengarkan dgn seksama.
"Dihari putri Alecta dan pangeran Nadish ditemukan meninggal, putri Glacia diam-diam mengambil giok biru jelmaan tubuh pangeran kami dan memasukkannya ke dalam liontin. Dia menjadikan giok itu sebagai kalung dan memakainya tanpa harus dicurigai." Jelas Nicholas.
Alecta yg mulai khawatir Riven akan melakukan sesuatu pada sahabatnya itu melirik Nicholas dan mengisyaratkannya utk pergi. Namun pria kecil itu enggan mendengarkan Alecta.
Riven terdiam mendengar ucapan Nicholas, ia berpikir sejenak dan menanyakan hal lain. "Jadi.. apa kalian yg sudah mengganti kalung putri Glacia dgn yg palsu?"
Nicholas melirik Alecta, namun dia tau bahwa ini akan menjadi masalah baginya. "Ya, salah satu ksatria naga air dikirim ke darat utk menyelidiki putri Glacia, dia menemukan giok pangeran Nadish dan segera mengambil tindakan. Sekarang giok itu sudah ada ditangan kami dan kami menempatkan tubuh pangeran kami itu ditempat yg layak."
Riven menunduk dan mengelus tengkuknya. "Ini membuatku pusing... tapi. aku minta maaf atas nama putri Glacia. Aku benar-benar tidak tau bahwa dia akan.. se-jahat ini."
"Aku tidak mempercayaimu tapi kurasa.. aku harus mengambil langkah pertama." Nicholas mengulurkan tangannya. "Maukah kau berteman dgn kami?"
Riven melirik Alecta, dia juga tidak percaya. Tapi melihat Alecta begitu mempercayai pria kecil ini membuatnya ingin mengikutinya. Riven meraih uluran tangan tersebut. "Aku akan mencoba."
Namun tepat saat itu, sebuah anak panah hampir mengenai Nicholas namun berhasil menggores lengannya. Nicholas meringis dan memegangi luka ditangannya, darah yg mengalir dari luka anak itu mulai membuat air disekitarnya berubah menjadi merah.
"Hentikan! Apa yg kau lakukan?!" Teriak Riven pada beberapa prajurit yg menyerang Nicholas.
"Kau tidak apa-apa, kapten? Kita harus membunuh naga laut itu!" Sahut salah satu prajurit.
"Oh tidak, Nicholas.. lukamu parah..." Ucap Alecta panik.
"A-aku.. aku baik-baik saja." Ringis Nicholas.
Semakin banyak orang di sekitar pantai yg berkumpul karna melihat beberapa prajurit, Riven sibuk berdebat dgn prajurit itu dan menahan serangan.
Alecta masuk ke dalam air, merobek pakaiannya dan mengikatkannya dilengan Nicholas, ia meraba tas naga laut itu dan meraih botol ramuan ungu.
"Alecta, apa yg kau lakukan? Ini bukan saat yg tepat utk-"
"Sssttt. Aku ingin membantumu." Gadis itu langsung meminum ramuan tersebut dan berubah menjadi naga laut. Ia membopong Nicholas dan menyelam ke bawah air.
"Tidak ada. Dia hanya anak naga laut, tidak berbahaya." Tegas Riven.
"Ada apa kalian berkumpul disini?" Sahut salah satu penduduk.
"Ini urusan kerajaan, yg tidak berkepentingan diharap utk tidak ikut campur." Ucap Riven. Semua nelayan dan warga di sekitar pantai yg berkumpul mulai bubar sembari mengumpat.
"Kapten, putri Glacia memerintahkan kita utk menghabisi naga laut yg masih berani tinggal di Nocturnus. Jelas dia adalah naga laut, jika dia anak-anak.. keluarganya pasti disekitar sini, kita harus menangkapnya dan-"
"Hentikan! Putri Glacia tidak bilang utk membunuh anak naga laut juga kan? Dia hanya bilang naga laut."
"Tapi-"
"Kalo begitu aku yg memerintahkan kalian utk tidak membunuh naga laut yg masih kecil. Setidaknya kalian harus mendengarkan perintah kapten kalian, aku yg akan menanggungnya jika putri Glacia marah. Jadi itu sebabnya untuk.. menutup mulut kalian." Tekan Riven.
Prajurt-prajurit itu terdiam dgn kepala yg tertunduk.
"Kami tidak mungkin membiarkan kapten dihukum oleh putri Glacia, kami mengerti dan akan mematuhi perintahmu. Kau adalah kapten terbaik kami."
Riven menghela nafas berat dan tersenyum simpul, ia menepuk bahu salah satu prajurit itu. "Terima kasih banyak. Kalian boleh melanjutkan tugas kalian.. aku akan mengurus.."
Ia tersentak saat menoleh ke arah bebatuan karang tempat Alecta berada tadi, mereka berdua menghilang. Riven berbalik dan menyuruh prajuritnya utk pergi.
Pria itu menghampiri bebatuan tersebut dan menemukan pakaian Alecta yg ditutupi oleh jubah usang, diatas lipatan pakaiannya ada sebuah gelang transparan yg cantik. Sekarang dia tau teman laki-laki yg dibicarakan Alecta waktu itu adalah Nicholas. Ia menoleh ke air yg masih meninggalkan genangan merah. Dia merasa bersalah pada anak itu, tapi apa boleh buat, semuanya terjadi secara tiba-tiba.
Riven tersenyum simpul dan merapikan pakaian gadis itu, dia mengerti bahwa Alecta mungkin telah meminum ramuan yg mereka bicarakan tadi dan berubah menjadi naga laut utk membantu sahabatnya.
"Elina dan teman naga lautnya... aku tidak percaya dgn apa yg sudah dilakukan gadis kecil ini. Tapi, aku akan mencoba utk mempercayai hal yg dia yakini dan melihat... apakah bangsa naga laut benar-benar baik? Dan apakah putri Glacia memang se-jahat itu?" Gumamnya dan pergi dari tempat itu.
***
"Hahh.. Liliana.. aku lelah sekali..." Keluh Glacia yg langsung tepar dikasur empuknya.
Liliana melepaskan sepatu gadis itu sembari tersenyum simpul. "Ini memang hari yg melelahkan, aku akan menyiapkan air panas dan bunga kesukaanmu.."
"Aku masih belum menemukan kalungku, aku akan tanyakan pada Riven." Ia hendak berdiri tapi dicegat oleh pelayan pribadinya.
"Putri, biar aku yg akan menanyakannya nanti. Sekarang anda harus beristirahat yg cukup, besok kita masih punya jadwal yg sibuk."
Glacia kembali duduk dikasurnya dan menghela nafas. "Baiklah, sisa 5 hari lagi sampai mereka semua pulang ke istana mereka masing-masing. Ck.. rasanya bibirku pegal karna terus tersenyum di depan mereka."
"Setelah putri mandi, aku akan membuat masker wajah dan bibir. Putri tenang saja, aku permisi dulu utk menyiapkan persediaan mandimu." ucapnya menunduk dan keluar dari kamar putri Glacia.
Liliana menghela nafas berat setelah menutup pintu. Ia mengelap keringat tipis di dahinya. "Baiklah, setelah ini aku akan beristirahat. Bertahanlah Liliana..." Ucapnya utk menyemangati dirinya sendiri.
Ia berusaha memastikan setiap rencananya berjalan mulus dan membuat Glacia se-sibuk mungkin, yg benar-benar kelelahan adalah Liliana. Tapi dia harus bersikap tenang dan tidak boleh mengeluh, semuanya ini demi putrinya, Alecta.
***
"Dimana Maui?" Tanya Alecta.
"Aku menyuruhnya pulang ke rumahnya. Aku tidak mau melibatkan Maui terlalu banyak." Jawab Nicholas yg masih meringis.
"Ehm.. kita harus ke rumah kakekmu untuk mengobati luka ini, baru ke rumahmu. Karna kau tinggal di dalam air, ini akan semakin parah kalo tidak diobati."
"Yahh.. aku akan menunjukkan jalannya."
Alecta mengangguk dan membantu Nicholas berenang ke rumah kakeknya. Tentu saja beberapa naga laut yg melihat mereka bertanya dan terlihat khawatir, tapi Nicholas hanya terkekeh dan menjawab bahwa ini hanya sebuah kecelakaan saat bermain.
Beberapa menit menyusuri dasar laut, akhirnya mereka melihat bangunan batu yg lumayan besar, berada ditengah-tengah padang tanaman rumput laut. Seperti pintu digua dan rumah-rumah naga laut lainnya, pintu rumah batu kakeknya Nicholas juga terbuat dari batu yg memiliki lambang naga laut ditengahnya.
"Biar aku saja..." Ucap Alecta. Dia ingin mencoba membukanya sekali. Nicholas terkekeh dan mempersilahkan gadis itu.
Ia fokus dan menyentuh batu itu, menyebutkan kata 'buka' dibenaknya berkali-kali. Lambang yg sama dilengannya mulai bercahaya dan mengalir ke batu tersebut, saking kerasnya ia berusaha, Alecta sampai mengeryitkan dahinya. Lambang itu hampir terisi penuh oleh cahaya yg mengalir dari lengan Alecta, tapi cahaya itu putus dan menghilang, membuat Nicholas tertawa.
"Kau masih harus belajar. Jangan melakukannya secara agresif dan buru-buru, kau harus tenang dan menyebutkan kata buka dgn pelan. Seperti ini..." Pria itu mulai mempraktekannya dgn tangan satunya lagi dan pintu batu itu terbuka dgn sendirinya.
Alecta hanya memutar bola matanya dan kembali membopong Nicholas utk masuk.
"Selamat datang, apa keluhan-Eh??" Kakeknya tersentak saat melihat Alecta dan Nicholas yg memegangi tangannya yg diikat oleh robekan pakaian Alecta tadi. "Apa yg terjadi nak?"
"Kecelakaan kecil saat bermain, ehm.. Maui tidak sengaja mendorongku dan aku terkena batu karang runcing. Ini Elina, kek. Dia teman baru kami, Maui langsung pulang karna dipanggil Ibunya dan Elina yg membantuku kesini." Jelas Nicholas.
Alecta mengangguk ragu dan tersenyum rengkuh. Ia memandangi penampilan kakeknya dari bawah sampai atas. Beliau memiliki jenggot putih yg dikepang dan rambut putih panjang yg diikat sederhana, lengkap dgn aksesoris kepala yg terbuat dari akar tanaman liar dan mutiara biru. Dia juga memakai selendang tipis yg disilangkan di tubuhnya dan beberapa tas kecil disekeliling pinggangnya. Walaupun sudah berusia lanjut, namun Alecta masih bisa melihat bahwa dia adalah pria yg sangat tampan dulunya.
"Gadis yg cantik. Terima kasih sudah membantu cucuku, tapi aku tidak pernah melihatmu disekitar sini..." Ucap kakek itu.
"A-aku baru pindah kesini. Aku da-dari wilayah lain..." Jawab Alecta terbatah.
"Ya, itu tidak penting kek. Sekarang tanganku sakit sekali.." Ucap Nicholas mengalihkan pembicaraan.
Kakeknya masih menatap Alecta sedikit curiga dan langsung menarik Nicholas utk duduk diatas kerang raksasa. Ya, bagian dalam kerang itu sangat empuk seperti bantal, itu kerang yg mati dan naga laut menggunakannya sebagai kursi atau tempat tidur. Alecta sendiri bahkan meraba dan melihat-lihat seisi rumah kakeknya. Ada banyak barang aneh dan botol-botol berisi benda dan hewan unik. Ada banyak tanaman gantung yg mengambang di dekat rak obat-obatan.
"Oh, apa itu ramuan naga laut?" Tunjuk Alecta. Ia melihat banyak sekali botol kaca berisi cairan ungu yg sama dipajang disebuah rak.
Kakek Nicholas terkekeh. "Obat humespera maksudmu?"
Alecta melirik Nicholas yg memberi isyarat pada kakeknya utk mengangguk. "Eeh.. y-ya... itu maksudku."
"Yahh, tidak banyak orang yg mengalami kelainan karna tidak bisa berubah menjadi manusia saat sudah berumur 18 tahun. Itu sebabnya obat itu masih banyak... jarang pembeli." Ucap kakek tersebut sembari sibuk merawat lukanya Nicholas.
"Memangnya kenapa mereka bisa mendapatkan.. ke-kelainan itu?" Tanya Alecta.
"Sebabnya bisa beragam, ada yg disebabkan karna trauma dan rasa takut, ada juga karna mereka tidak pernah pergi ke permukaan. Tapi yg paling sering sih... karna mereka selalu berada di air dan tak pernah menyentuh daratan." Jelas kakeknya.
Alecta ber-o-ria.
"Oh iya, kakek jg pernah mencoba ramuan ini pada hewan darat seperti burung dan ternyata mereka berubah menjadi belut laut." Lanjut kakeknya.
"Be-belut laut?" Ucap Alecta tersentak. Nicholas hanya terkekeh.
"Dan.. apa.. kakek pernah coba ke manusia?" Tanyanya.
Kakek itu menggeleng. "Belum, tidak pernah punya kesempatan. Lagipula, kita tidak boleh asal bereksperimen terhadap manusia ataupun naga laut, nak." Ucap kakeknya.
Alecta mempoutkan mulut dan menurunkan alisnya pada Nicholas. Anak itu malah menaikkan bahunya.
"Ada apa?" Kekeh kakek tersebut.
"Ti-tidak ada." Jawab Alecta.
Selang beberapa menit kemudian, kakek Nicholas selesai mengurus lukanya. Ia mengganti robekan baju tadi dgn kain yg biasa dipakai oleh naga laut karna robekan baju itu terlalu mencolok. "Selesai. Luka itu akan sembuh dalam 1 minggu, jangan lupa utk mengoleskan krim ini setiap hari dan mengganti kainnya setiap 2 hari." Ucap kakeknya dan memberikan setoples krim berwarna hijau, bau krim ini sangat harum seperti bunga mawar.
"Terima kasih kek." Ucap Nicholas.
Kakek itu mengangguk. Namun dia kembali menatap Alecta dan tampak memikirkan sesuatu. "Hey nak, apa kakek boleh memeriksamu sebentar?" Ucapnya.
Alecta tersenyum rengkuh. "Te-tentu..."
Kakek tersebut meraih sesuatu ditas kecil dipinggangnya dan mengecek mata Alecta dgn sebuah alat yg mirip dgn kaca pembesar. "Hm... ada yg aneh..." Gumamnya.
"Eeh.. kek.. kami harus segera pulang. Ini sudah hampir sore..." Ucap Nicholas.
"Tunggu sebentar nak." Ucap kakek itu. Beliau tiba-tiba membuat gerakan melingkar kecil dgn kedua tangannya dan jadilah sebuah bola air yg mengambang disertai dgn gelembung di sekitarnya. Alecta bahkan takjub melihat keindahannya. Nicholas yg mulai mengetahui tujuan kakeknya menarik tangan Alecta.
"Bola air yg bagus kek. Ayo kita pulang Elina..." Ucap Nicholas terkekeh palsu. Namun ia dicegat oleh kakeknya.
"Elina, coba sentuh bola ini..." Ucapnya.
"Untuk apa melakukan ini kek? Kita semua naga air dan kita bisa me-"
"Nicholas, kakek hanya ingin mengetes sesuatu.. kalau kau terus bicara kakek mulai curiga bahwa kau menyembunyikan sesuatu." Tegasnya. Nicholas terdiam dan menunduk.
"Me-mengetes apa.. kek?" Ucap Alecta ragu.
Kakek itu tersenyum simpul dan mengarahkan bola airnya pada Alecta. "Bukan apa-apa. Coba sentuh, ini bola yg indah, bukan?"
Alecta melirik Nicholas, pria itu menggeleng agar Alecta tidak menyentuhnya.
"Sentuh!" Tegas kakeknya.
Apa boleh buat, Nicholas menepuk dahinya dan menunduk pasrah. Alecta perlahan menyentuh bola air itu.
Boop~
Bola air itu pecah dan gelembung disekitarnya menghilang.
Tepat saat itu Alecta bisa melihat mata kakek berkedut karna menyadari sesuatu, beliau terdiam sejenak lalu mengusap kasar wajahnya.
"Demi dewa laut.. sekarang aku mengerti." Ketus kakeknya.
"Kek, aku bisa jelaskan..." Sela Nicholas.
"Dari semua tempat yg di datangi manusia dari kerajaan... Kenapa harus kerajaan naga air?! Nak, apa kau tau bahwa Raja kami akan menghabisi manusia yg menyusup ke bawah laut.. apa yg kau lakukan disini?!" Ucap kakeknya.
Alecta tersentak dan tak bisa berkata apa-apa.
"Kakek.. kami yg meminta Elina utk bermain ke bawah laut. Elina sangat tertarik dgn negeri naga laut jadi kami ingin mengabulkan keinginannya." Ucapnya.
"Iya kek.. a-aku.. aku sangat menyukai naga air..." Lanjut Alecta.
"Kami? Kau dan Maui maksudmu?" Nicholas dan Alecta hanya menunduk. "Sudah kuduga, awalnya ku kira seseorang mencuri ramuan humespera-ku utk dijual lagi. Tapi setelah kupikir-kupir, ramuanku hilang semenjak kau dan Maui berkunjung ke rumahku."
"Maaf kek.. aku baru mengambil 10 botol kok." Ucap Nicholas.
"10 botol katamu?!" Beliau hanya bisa menepuk dahinya. "Kau bahkan mencobanya pada manusia? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada gadis kecil ini.. apa kau mau tanggung jawab, hah?!"
Alecta hanya bisa menunduk dan memainkan ekornya, ia tak menduga bahwa dia bisa ketauan dgn mudah oleh kakeknya Nicholas.
"Sebenarnya.. aku sudah pernah mencoba ramuan ini pada manusia dewasa. Dia berada diperahu sedang memancing, aku tidak suka saat ia membuang sampah ke laut jadi aku mencampurkan ramuan ini ke minumannya. Awalnya aku kira dia akan berubah menjadi belut dan aku akan menjadikannya mainan, aku tak menyangka kalau dia malah menjadi naga laut..." Jelas Nicholas. Sekarang semuanya sudah terjawab.
"Dasar anak nakal..!" Kakeknya menjewer telinga Nicholas, membuat Alecta terkekeh kecil. "Lalu apa yg terjadi padanya?"
"Tentu saja dia panik dan pingsan melihat dirinya sendiri... aku kebingungan dan tidak tau harus apa, aku sempat berpikir utk membawanya ke bawah laut tapi karna dia dulunya manusia jadi aku mengurungkan niatku... Aku naik ke atas perahu dan duduk dipinggirnya sembari mengamati beberapa barang-barangnya, selang beberapa jam dia kembali berubah menjadi manusia dan sadar... Karna melihatku dia terkejut dan pingsan lagi.. lalu aku memilih utk mengambil beberapa barangnya dan kembali ke laut." Jelas Nicholas dgn santainya.
"Berapa lama tepatnya dia berubah menjadi manusia?"
"Sekitar 3 jam..." Ucap Nicholas.
"Aku harus menambahkan ini ke catatanku. Lain kali, jangan berekresperimen tanpa izinku... mengerti?"
Nicholas hanya mengangguk.