Chereads / Love Of The Water Dragon / Chapter 15 - Chapter 15: Pengkhianat?

Chapter 15 - Chapter 15: Pengkhianat?

Teriakan dari putri Glacia yg sibuk memerintahkan pelayannya membuat suasana pagi menjadi ramai. Semua kurator dan pelayan kiriman Raja Cloude telah tiba di Nocturnus dgn banyaknya buah tangan dari kerajaan calon suaminya tersebut. Mereka bergotong royong menaruh barang-barang bawaan ke gudang dan tempat lainnya, sisanya membantu membersihkan ladang dan mulai menanam.

"Tidak! Bukan disitu, taruh guci-gucinya di dalam dan pajang ditempat yg sering dilewati tamu!" Teriak Glacia.

Para pelayan baru kiriman raja Cloude tersebut terlihat panik dan langsung membawa guci indah dan mahal tersebut ke dalam istana.

Putri Glacia memijat pelipisnya dan menghela nafas panjang. Kegiatan yg lebih sibuk dari biasanya ini membuat dia harus bangun subuh seperti pelayan lainnya, hal ini tidak biasa baginya tapi apa boleh buat, Glacia bahkan tidak sempat sarapan pagi.

Tiba-tiba Liliana datang dengan raut wajah panik. "Putri, ayahmu memanggilmu." Ucapnya. Nada bicaranya tenang tapi tidak sesuai dgn ekspresinya.

"Ada apa dgn ayah?" Jawab Glacia.

"Dia tau tentang sayambara itu dan soal kerajaan Nocturnus yg sekarat." Ucap Liliana.

Seketika Glacia terbelalak, tangannya gemetar dan ia terlihat cemas. "Bagaimana dia bisa tau? Aku sudah menyusun rencana sebaik mungkin agar ayah tidak mengetahuinya."

"Aku juga tidak tau putri. Mungkin seseorang telah memberitau beliau secara diam-diam." Jawab Liliana.

"Kurang ajar. Ada pengkhianat di istana ini. Aku ingin kau segera menyelidikinya, Liliana." Umpat Glacia.

Liliana mengangguk. "Baik putri, aku akan menyelidikinya nanti. Tapi sekarang Yg Mulia memanggilmu utk meminta penjelasan, saran dariku putri... katakan yg sebenarnya. Tidak ada gunanya lagi berbohong, kita sudah ketauan."

Glacia menggigit bibir bawahnya, tampak memikirkan sesuatu. "Apa kau yakin? Apa kau tidak punya rencana lain?" Tanyanya cemas.

Liliana menggeleng. "Kurasa kita tidak punya banyak waktu utk memikirkan kebohongan lain utk menutupi kebohongan yg ini. Mau bagaimanapun dia ayahmu, tidak baik membohonginya terlalu lama apalagi dikondisinya yg seperti ini."

Glacia menunduk dan mengangguk. "Baiklah, tidak ada pilihan lain."

Liliana memegang bahu Glacia dan tersenyum simpul. "Jangan khawatir, apapun yg terjadi... aku pasti akan membantumu. Soal kiriman dari raja Cloude ini, biar aku yg urus. Cepatlah pergi ke kamar Yg Mulia."

Glacia mengangguk dan balas tersenyum tipis. Dengan langkah ragu-ragu ia berjalan menuju istana.

***

Sesampainya di depan pintu, Glacia tersentak saat melihat Riven di dalam. Ia berdiri di samping raja sembari menuangkan teh hangat untuk raja. Putri Glacia meneguk salivanya dan menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menginjakan kaki di kamar Yg Mulia.

"Sa-salam ayahanda, bagaimana keadaanmu sekarang?" Sapa Glacia dgn senyum rengkuh.

Ia melirik Riven yg perlahan menggelengkan kepalanya. Hal itu tambah membuat Glacia cemas. Sedangkan raja hanya diam dgn alis yg diturunkan.

"Ehmm... ke-kenapa ayah memanggilku?" Lanjut Glacia.

Raja mengeluarkan beberapa lembar surat dan melemparkannya ke arah Glacia. "Banyak sekali keluhan rakyat dan surat penyitaan karna utang istana yg belum dibayar, ditambah lagi dgn surat sayambara yg kutemukan diselipan salah satu laporan. Apa maksudmu semua itu??"

Glacia tercengang dan membungkuk utk meraih surat-surat itu dibawah kakinya. Dia menyadari bahwa surat ini sudah lama ia simpan dilemarinya dan tak pernah ia keluarkan, separuhnya bahkan disimpan oleh Riven. Lalu kenapa semua surat dan dokumen ini bisa sampai ditangan raja? Pikir Glacia dibenaknya.

"Kau selalu bilang Nocturnus baik-baik saja, semuanya aman terkendali. Rakyat hidup makmur dan berkecukupan. Lalu apa maksud semua surat keluhan rakyat tersebut dan kenapa kau mengadakan sayambara tanpa persetujuan dari ayahmu, apa kau tidak menganggap ayahmu masih hidup?!" Bentak Raja.

"Bu-bukan begitu ayah.."

"Riven bilang sayambara sudah selesai dan pemenangnya adalah pangeran Loius, anak dari raja Cloude. Kenapa kau mengirim undangan ke kerajaan sombong itu?! Ayah sudah pernah bilang bahwa keluarga mereka bukanlah keluarga baik-baik!"

"Itu... ehh.. karna mereka sangat makmur. Saat ini hanya kerajaan mereka yg memiliki makanan dan harta yg berlimpah ruah. Aku pikir tidak ada salahnya utk mengirim undangan ke mereka. A-aku.. tidak pernah mengira bahwa mereka akan menang." Jawab Glacia.

"Kenapa? Kenapa kau mengadakan sayambara? Apa kau mencoba utk memanfaatkan hal ini utk mendapatkan buah tangan mewah dan mahal dari berbagai kerajaan hah?!"

"Aku tidak punya pilihan lain, ayah. Semakin hari Nocturnus semakin terpuruk. Satu-persatu pegawai kerajaan berhenti dan rakyat mulai pindah, jika aku tidak melakukan sesuatu.. maka Nocturnus benar-benar akan lenyap dan menjadi kota mati."

"Itu semua karna ulahmu sendiri! Harusnya dari awal ayah tidak mempercayaimu. Kau memasang pajak yg besar dan mengatur urusan istana sesukamu, tidak mau mendengarkan perintah dan nasihat dari pada menteri dan pengurus lainnya, bahkan berfoyah-foyah setiap hari. Ucapanmu bahkan tak bisa dikontrol sampai menyakiti hati banyak orang, tak heran mereka kesal dan memilih utk berhenti. Kau membuai apa yg kau tabur, Glacia!" Saking kesalnya, wajah Raja memerah disertai dgn urat kekesalan yg keluar saat membentak Glacia.

"Yg Mulia, tenanglah. Kondisimu belum stabil." Ucap Riven mengingatkan, ia membantu raja utk bersandar dibantalnya lagi.

"Ini bukan salahku. Ini salah kalian yg selalu membanding-bandingkan aku dgn kak Alecta dari kecil. Aku tak pernah diberi perhatian lebih dan melakukan apa yg kusuka. Kalian selalu memaksaku ini dan itu, memaksaku utk jadi seperti kakak. Kalian tidak pernah mendengarkan apa mauku!" Jawab Glacia dgn mata yg mulai berkaca-kaca.

"Tutup mulutmu, Glacia! Ini bukan waktunya utk membahas masa lalu, jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Selalu saja. Ayah tidak pernah mendengarkanku. Aku akui ini memang salahku, tapi aku sudah berusaha sekeras tenaga utk mengembalikan keadaan Nocturnus."

"Dengan kebohongan? Lebih baik tidak usah, Glacia. Sekarang, ayah ingin kau mengembalikan semua bantuan yg diberikan Raja Cloude dan mengirim surat pembatalan sayambara, ayah tidak mau kau menikah dgn pangeran Loius hanya demi harta." Jawab Raja.

Glacia tersentak. "Ayah pikir semuanya semudah itu? Raja Cloude bisa murka. Lagipula, mereka sudah banyak membantu Nocturnus. Sedikit lagi kerajaan kita akan kembali normal, aku tidak mau."

"Kita bisa pikirkan cara lain, tapi tidak dgn memoroti harta mereka dan memainkan keperayaan mereka. Lebih baik kau katakan semua kebenaran pada raja Cloude dan pangeran Loius. Jika mereka meminta uang, maka berikan saja semuanya. Mumpung belum terlambat, putriku."

"Jadi maksud ayah.. semua yg kulakukan sia-sia? Jika aku lakukan itu, Nocturnus akan hancur jauh lebih cepat dan kerajaan Cloude bisa marah karna merasa dipermainkan. Ayah mau itu terjadi?"

"Aku lebih baik menjadi rakyat biasa dan menjalani hidup yg bahagia, asalkan putriku tidak menjadi korban dan menikah dgn orang yg tidak ia cintai." Jawab raja dengan nada yg lebih lembut.

"Tapi aku tidak mau! Aku ingin jadi putri raja dan hidup mewah selamanya. Kalian mungkin bisa mengatakan itu karna kalian sdh mengalami kebahagiaan yg lama, sedangkan aku? Dari kecil.. bahkan setelah kematian kakak.. aku masih tidak bahagia. Ini tidak adil!"

"Berhentilah menyalahkan kakakmu terus, sadarlah Glacia!"

"Pokoknya, aku akan terus menjalankan rencanaku. Tidak masalah aku akan menikah dgn siapa, asalkan aku bisa hidup mewah dan menjadi ratu dari Nocturnus, selamanya. Ayah tidak bisa menghalangiku!"

"Glacia, tunggu..!" Uhuk... uhuk...

"Yg Mulia, hati-hati. Anda masih belum bisa menggerakan kaki anda." Cegat Riven saat raja hendak bangkit utk menghentikan Glacia yg langsung pergi dari kamarnya.

Raja Daniel menatap sayu pintu kamarnya dan menghela nafas. "Nak Riven, satu-satunya harapanku sekarang adalah kau."

"Maaf yg mulia, apa maksudmu..?" Ucap Riven tersenyum rengkuh.

"Tolong.. hentikan pernikahan glacia dgn kerajaan cloude. Mereka bukan keluarga baik-baik. Aku mohon padamu, tolong jaga putriku dan hentikan semua kejahatan yg dilakukannya." Bujuk raja.

Riven menghela nafas. "Yg mulia, selama ini aku sudah berusaha menghentikannya. Tapi putri tidak mau mendengarkanku. Jangan khawatir, aku akan berusaha utk melindungi putri Glacia, anda bisa mengandalkan saya."

Raja mengangguk. "Oh iya... sebenarnya... Glacia mempunyai ad-"

"Ya? Putri punya apa, yg mulia?" Ucap Riven yg masih menunggu ucapan raja.

Beliau tersentak menatap bunga mawar segar di vas berukuran sedang dimejanya. Mawar itu selalu diganti oleh Liliana saat sudah mulai layu dan baunya sudah hilang. Ia ingin mengatakan sesuatu yg penting tapi mengingat bahwa dia tidak memiliki ikatan yg sah dgn Liliana membuatnya ragu dan malu. Raja memilih utk menunda utk mengatakan hal itu pada Riven.

"Ah tidak ada. Te-terima kasih Riven, kau bisa kembali bertugas." Geleng Raja.

Riven sempat menatap bingung namun memilih utk mengabaikannya. Ia menarik selimut raja dan membantu beliau utk berbaring. "Kali ini... Pelayan pribadi putri Glacia akan membangunkan anda utk makan malam dan minum obat."

Raja tersentak. "Apa katamu? Liliana?"

"I-iya.. ada apa, yg mulia?" Ucap Riven bingung.

"Kenapa Liliana yg melakukan tugas ini, biarkan pelayan lain yg melakukannya. Memangnya pelayan yg biasa kemana?"

"Dia izin padaku tadi pagi utk cuti 2 hari karna sakit. Aku sendiri sudah melihat wajah pucatnya saat menemuiku, aku tidak tega memaksanya tetap bekerja dan mengizinkannya. Maaf jika aku tidak bertanya pada raja terlebih dahulu." Jawab Riven membungkuk.

"Ooh.. be-begitu. Tapi.. bukankah Liliana juga sibuk mengurus istana dan Glacia? Sebaiknya biarkan pelayan lain."

"Liliana sendiri yg menawarkan diri, selain itu dia juga tau jadwal dan obat-obatan yg harus Yg Mulia konsumsi. Pelayan lainnya sudah dibagi tugas semua, lebih baik biarkan Liliana yg merawat Raja."

"Dia menawarkan diri?" Ucap raja. Riven mengangguk. Raja sakit tersebut menghela nafas dan menunduk, pasti ada sesuatu yg ingin dikatakan wanita itu padanya. Biasanya, dia enggan utk sekedar menatap raja. "Baiklah." Ucapnya diakhir.

Riven mohon izin utk keluar dan melanjutkan tugasnya. Pria itu berniat utk menghampiri Glacia yg tadi pergi dgn air mata yg berucucuran. Riven tidak ingin gadis itu lupa bahwa dia tidak sendirian dan tidak melakukan hal bodoh.