"Dit ... udah mending sekarang kamu bawa Papa kamu pulang, kasihan tuh tidur di mobil," sahut Siska.
"Putri kamu sangat cantik, dan wajahmu akan selalu terbayang dalam benak ku," goda Aditya sambil berjalan ke mobil sembari tersenyum manis.
"Hih .. dasar tu anak ya lama-lama nyebelin juga, suka banget godain orang," cetus Putri, kemudian ia dan Siska masuk ke dalam rumahnya.
"Udah lah Put, jangan marah-marah terus, jadi keriputan kamu nanti," ledek Siska.
"Huumb iya deh, haduh rasanya capek banget Sis, badan ku masih sakit semua," ucapnya. setelah menutup gerbang nya, ia tidak langsung masuk, mereka duduk-duduk di teras sambil melihat kelap kelip lampu di taman halaman rumah Putri yang barusan ia hidupkan.
"Humb ... kalau sudah di hidupin lampunya bagus juga depan rumah kamu Put, tadi aja baru masuk serem banget, karna gelap gulita gitu," ujar Siska.
"Iya dong, kalau gelap memang gak ada bagus-bagus nya Sis,"
"Eh Sis, haduh ... Aku hampir lupa, kita kan ada tugas nih, besok harus persentasi di depan masing-masing," Putri mulai teringat dengan pekerjaan rumah yang di beri guru nya.
"Ya Allah iya Put, haduh ... buku ku di rumah lagi," jawab Siska.
"Yuk kita ambil, ini pakek motor nya Ayah aja," ajak Putri.
"Haduh ... tapi aku capek banget Put, besok subuh aja ya Aku ambilnya, sekarang Aku pengen rebahan dulu," jawab Siska yang sudah terlihat sangat lelah.
"Umb ... ya sudah, kamu istirahat ya, biar Aku kerjakan dulu tugas ku," mereka masuk ke rumah, dan Siska langsung tidur, sedangkan Putri, dia melakukan shalat isya terlebih dahulu kemudian mengerjakan tugasnya.
Setelah Putri melakukan solat ada suara bel rumah berbunyi, Putri melepas mukenahnya dan bergegas untuk membuka kan pintu gerbang.
"Siapa sih malam-malam gini bertamu" gumam nya.
"Hai Put," sapanya.
"Huumb ... kami lagi Dit, bukan nya salam malah Hai hai hai terus, kalau kamu orang muslim biasakan salam kalau bertamu," tegur Putri dengan judes.
"Hehe iya iya Put maaf, Assalamualaikum cantik," Aditya menggoda Putri.
"Nah gitu kan enak di dengar, waalaikumsalam," jawab nya. Namun Putri tetap tidak berubah, ia tetap menunduk kan pandangan nya.
Bukan Aditya namanya kalau gak bisa memikat hati seorang cewek, kali ini Aditya benar-benar ingin menunjukkan keseriusan cinta nya ke Putri.
"Put, Aku kesini selain mau balikin sepedah motor milik kamu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan ke kamu, dan walaupun mungkin ini masalah keluarga ku tapi gak tau kenapa Aku merasa nyaman menceritakan nya ke kamu," ucapnya.
"Maaf Dit, tapi ini udah malam, dan Aku di rumah sendiri, gak ada Ayah, jadi Aku takit nanti malah akan menjadi fitnah," jawab Putri.
"Put ... pleas! Aku butuh teman untuk curhat, dan Aku rasa kamu orang yang tepat, tolong dengarkan Aku sebentar saja Put," pinta Aditya memohon ke Putri.
Putri terdiam, ia tidak berani mengatakan apapun, ia takut menyinggung perasaan Aditya.
"Papa sama Mama ku mau cerai Put, mereka akan berpisah, Aku sedih, Aku hancur, Aku merasa di dunia ini sudah tidak ada lagi yang menyangiku, tidak ada lagi yang mau mengerti perasaan ku, Aku merasa capek hidup seperti ini Put, Aku kecewa dengan orang tua ku, tapi Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan menerima kenyataan yang ada meski hatiku sebenarnya sangatlah hancur," ucap Aditya sambil meneteskan air mata nya.
Putri mendengarkan curhatan Aditya sontak ia mengangkat pandangan nya dan memandang Aditya, rasa iba itu mulai ada, ia merasa kasihan dengan nasib Aditya.
"Put, apa memang hidup ku di takdirkan begini, apa ini karma atas perbuatan ku, Aku butuh teman yang bisa membuat ku menjadi lebih baik, karna Aku merasa orang tuaku telah gagal menjadi panutan bagi anaknya," lanjutnya.
Putri tidak tega mendengar curhatan dari Aditya, ia paham betul perasaan nya saat ini bagaimana, jauh dari orang tua itu juga menyakitkan baginya, apa lagi harus sampai ada perceraian,kemudian ia menariknya masuk ke dalam gerbang agar tidak di lihat tetangga.
"Dit, Ayuk masuk dulu, nggak enak kalau dengar tetangga, kali ini Aku akan mendengar kan apapun yang mau kamu katakan," ujar Putri. Dengan hati yang senang Aditya langsung masuk.
'Akhirnya aku berhasil mendapatkan simpatik dari Putri' batinya.
"Kita duduk di teras Dit, kalau kamu mau cerita." Putri berjalan di depan Aditya, dan mereka duduk di teras.
"Sebentar ya, Aku buatin teh hangat dulu," ucap Putri.
"Enggak usah Put, Aku ingin bicara aja sama Kamu, kamu mau dengar aja Aku udah seneng," jawabnya.
"Dit, sudah, ini sudah malam, dan kondisi tubuh kamu itu kurang baik saat ini, Aku bikinin wedang jahe dulu," ucap Putri.
'Yess ... yes ... yes .. akhirnya Putri mulai luluh juga, ini kemajuan yang baik' batin nya. Aditya sangat girang bisa di terima dengan baik oleh Putri, ia menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan iba lagi dari Putri.
Setelah lima menit Putri keluar dengan membawa gelas besar yang berisi wedang jahe.
"Ini Dit, di minum dulu, biar hangat badan kamu," putri meletak kan gelas nya di depan Aditya.
"Makasih ya Put, maaf kalau Aku malah ngrepotin Kamu," ucapnya. Kemudian ia mencicipi wedang jahe buatan Putri, dan meneruskan curhatan nya.
"Adit ... jujur Aku merasa prihatin sekali mendengarkan curhatan kamu, tapi apa kamu gak salah orang, Aku gak bisa bantu apa-apa, Aku hanya bisa mendengar kan curhatan kamu, apalagi kita tidak pernah saling mengenal kan," ucap Putri.
"Putri ... cukup Kamu mendengarkan nya itu saja Aku udah seneng banget rasanya, hati Aku lega Put bisa menceritakan masalah ini ke kamu,"
"Memang nya kenapa kok orang tua kamu bisa bercerai, Padahal mereka kan selau bersama," tanya Putri.
"Aku malu untuk mengatakan ini kepadamu Put, ini menurut ku sebuah aib yang pantas untuk aku bicarakan kepada siapa pun, Tapi jujur Aku sangat kecewa, Aku dari kecil selalu di tinggal keluar kota, Aku jadi ikut pindah dari kota satu ke kota yang lain sampai sekolah pun Aku harus ikut pindah, namun sekarang karna Aku sudah dewasa, Aku jadi jarang ikut mereka, dan mereka pulang-pulang memberi kabar tidak mengenm kan ini kepadaku, Aku sakit, Aku hancur, dan Aku kecewa Put, mungkin memang keputusan ku untuk bunuh diri itu sudah sangat tepat," curhatnya dengan berlinang air matanya.
"Adit ... Kamu tahu kan, kita hidup di dunia ini itu yang meAditnciptakan nya Allah, dan kamu jangan pernah merasa sendiri, merasa gak ada yang sayang atau apalah, Kamu punya Allah, Allah sayang sama kamu, kalau Allah tidak sayang sama kamu, gak mungkin Kamu ada di dunia ini sekarang, jadii lebih sering-sering bersyukur, lebih seringlah mengadu soal semua masalah mu kepada sang pencipta yaitu Allah," tegur Putri dengan halus.