Tangan kekar dengan otot yang terukir di tangannya perlahan merambat menuju dadanya sendiri, merasakan debaran yang sangat kencang dan tidak menentu di sana. Bibirnya terbuka lebar, tersenyum bahagia.
Meski dia tahu betul bahwa Cyra menjawab atas dasar keterpaksaan, bukan dari hati terdalam, jantung Raefal sudah berdetak sangat kencang dan tak terkendali.
"Wow… gila… gini ya rasanya jatuh cinta sama cewek cuek." Gumam Raefal. Dia masih cengengesan tidak jelas seperti kuntilanak di malam hari. Bahkan, posisi duduknya kini sudah tidak mampu tegak lagi.
"Ya Allah, aku jatuh cinta!" tak nanggung-nanggung dalam merayakan kebahagiaan kecilnya, Raefal berteriak di dalam kamarnya sendiri. Ya, sejak dia menjual apartemen yang menjadi tempat tinggalnya dengan Aqilla dahulu kala, Raefal kini tinggal di rumah kedua orang tuanya. Setidaknya sampai dia mendapat jawaban mutlak dari Cyra tentang lamarannya.
"Ya Allah… gila… ini hati, jantung, tenggorokkan gak mau kerja sama. Deg-deg an sem—"
