215.
Sebuah taxi melaju cukup kencang menuju kota yang berbeda. Menuju kota tempatnya bekerja, tempatnya menetap dengan alasan ingin menjauh dari orang tuanya yang begitu rumit.
Duduk di kursi penumpang, yang dia lakukan hanya menatap jalanan kota pada malam hari. Dimana lampu-lampu gedung memenuhi jalanan, bagai bintang di tengah kegelapan semesta.
Berjam-jam perjalanan dia tempuh tanpa perasaan. Hatinya kosong, dan pikirannya kacau. Saking kacaunya, dia tidak mengerti apa yang sebenarnya tengah dia pikirkan.
Kepalanya yang bersandar pada jok mobil terus saja berdengung. Memikirkan banyak hal yang teramat rumit dan tidak bisa terkira.
Hingga akhirnya, semua kebisingan yang dia dengar terhenti kala taksi yang ditumpanginya sampai di tujuan. Dia membayar sesuai harga, kemudian turun dari taksi tersebut.