Banyak hal manis yang aku tunggu hari ini, banyak cerita berkesan yang rencananya akan aku buat hari ini, bahkan keputusan dan keberanian ku sudah ku matangkan untuk 1 hari ini saja, namun sesuatu di ponselku membuat duniaku terasa runtuh, air mataku luruh tanpa ku perintah aku sengaja bangun lebih pagi untuk mempersiapkan penampilan terbaikku di hari bahagia sahabatku untuk harapan harapan besar setelah hari ini berlalu, namun rasa sesak semakin mendesak di dalam rongga dadaku, air mata tanpa suara itu sudah berubah menjadi isakkan yang berat, teramat sakit.
Areta yang masih setengah sadar menyadari bahwa aku tengah menangis ia menyingkap selimutnya, menepuk pundak ku untuk memastikan bahwa tangisan itu berasal dariku.
"Kak... Kak Rara nangis? "
Ia mengucek matanya berulang ulang ia semakin mendekat mengecek ulang bahwa yang ia dengar bukan di alam bawah sadarnya.