Steve langsung membelalakkan matanya dan menghampiri Sonia yang sedang berada di area kebun paman Nick Leonardo itu. "Ada apa?" tanya nya panik.
"Itu, buah mangga nya ada di sini!" senyuman Sonia tersungging sangat lebar melihat dua mangga yang menggelayut di pohon kecil milik paman Nick.
"Astaga aku kira apa, sudah ku bilang paman ku punya pohon mangga nya!" jelas Steve, ia juga bahagia melihat Sonia mendapatkan apa yang ia inginkan.
Ia meminta izin lagi pada paman Nick untuk memetiknya, perempuan itu sangat bersemangat ingin memetiknya sendiri.
"Paman, terimakasih sudah mengizinkan aku memetiknya!" ujar Sonia.
Paman Nick mengangguk ia ikut bahagia juga karena itu untuk calon cucunya.
Steve dan Sonia kemudian pamit, gadis itu bahkan tak membiarkan siapapun memegang dua mangga nya dan terus mendekap nya bahkan di mobil. "Ah, wangi nya benar-benar menggiurkan!" ujar Sonia, ia mencium bau mangga muda itu dan terlihat begitu segar di matanya.
Mereka kembali ke rumah, Sonia bahkan mengupas sendiri mangga nya dan langsung memakan nya. Padahal itu mangga yang mentah menurut Steve, tetapi ia bahkan memakan nya tanpa terlihat keasaman sedikitpun. "Apakah enak?" tanya Steve.
Sonia mengangguk,"Ya, sangat segar!"
Steve tersenyum senang. "Bagus, sekarang makan nasi dan yang lainnya jangan lupa janjimu!" Sonia mengangguk paham mendengar ujaran Steve.
Edward terpikirkan istrinya yang menginginkan mangga, tapi ia ingat ini adalah jadwal untuk memeriksa kan dirinya ke Dokter setelah operasi. Edward pun pergi ke rumah sakit. Dokter kembali meneliti dan menanyakan kendala. Dengan pasti Edward menjawab semuanya baik-baik saja, bahkan ia mengatakan istrinya kini sudah hamil, mendengar itu Dokter sebenarnya agak kaget, karena Edward baru saja melakukan operasi! Tetapi memang tidak menutup kemungkinan jika itu terjadi.
"Ah, selamat pak untuk kehamilan istrinya semoga sehat selalu ibu dan calon bayinya!" ujar Dokter.
Steve mengangguk senang dengan ucapan Dokternya itu. Tetapi Dokter memberikan obat untuk Edward lagi agar lebih sehat. "Apa ini obat yang berbeda Dok?" tanya nya melihat kemasan yang tidak seperti biasanya.
"Ya, ini adalah obat yang di kembangkan di Belanda oleh Steve Leonardo! Sangat bagus dan banyak ulasan yang berhasil dengan obat ini serta sudah di akui dunia!"
Edward tertawa, ia tak menyangka bahwa obat yang di kembangkan kakaknya itu akan ia konsumsi. Namun Edward tak membahas siapa Steve di depan Dokternya itu.
Ia selesai dengan urusannya di rumah sakit, kemudian ia terpikirkan kembali untuk mencari mangga muda untuk Sonia. Edward berkeliling kota New York, namun ini bukan musim nya. Jika pun iya, jarang masyarakat menanam pohon mangga di depan rumahnya karena daunnya akan banyak berjatuhan ketika musim hujan.
"Dimana aku akan mencari buah mangga muda untuk bayi ku yang ingin makan!" Edward tertawa begitu mengatakan itu, ia sangat bahagia begitu memikirkan Sonia dan bayinya.
"Sayang, bagaimana bisa bayi yang belum terbentuk sudah ingin makan mangga! jika kamu lahir Daddy akan memberikanmu perkebunan mangga kalau begitu, aku sudah tidak sabar bermain basket denganmu, tapi jika kamu perempuan mungkin kamu harus bermain balet dengan mami mu!" celotehan Edward benar-benar membuatnya senang walau ia berbicara sendiri di dalam mobilnya.
Sudah hampir sore Edward berpikir untuk langsung pulang saja, karena ia tak menemukan mangga itu. Padahal bisa saja ia membeli di supermarket tapi untuk hal kecil seperti ini saja ia tak mau menghianati Sonia. Ia memegang teguh prinsip kepercayaan dan kejujuran.
Tiba-tiba setelah makan mangga itu, Sonia merasa perutnya sakit ia izin pada Steve untuk pergi ke kamar mandi sebentar. Selang beberapa saat Sonia berteriak, "Aaah!" suara teriakan itu terdengar sampai ke ruang tengah dimana Steve duduk dan langsung membuatnya berlari menghampiri perempuan itu.
"Sonia, apa yang terjadi?" Steve tampak terlihat sangat khawatir melihat Sonia memegangi perutnya. Tanpa aba-aba ia menggendong nya ke mobil untuk di bawa ke rumah sakit.
"Ayo kita ke rumah sakit sekarang."
Sonia hanya terdiam dan memegangi perutnya.
Dua puluh menit kemudian mereka tiba di rumah sakit besar, kini Sonia bisa berjalan sendiri walau di papah oleh Steve. Mereka tidak menunggu lama dan langsung masuk ke ruang pemeriksaan. Seorang Dokter muda SpOG, langsung menanyakan keluhan dan menyuruh Sonia berbaring setelah mendengar pernyataannya.
Dia melakukan USG pada perut Sonia setelah mengoleskan krim ayang terasa dingin di perutnya. "Kondisi janin nya baik dan keluhan yang ibu sebutkan tadi itu normal ya, hanya kram biasa saat awal trimester pertama pada kehamilan!" jelas Dokter.
Meski umum terjadi, kram perut saat hamil tetap perlu diwaspadai karena bisa menjadi pertanda adanya gangguan serius. Selama kehamilan, rahim akan terus berkembang sehingga menyebabkan ligamen dan otot yang menopang rahim menjadi menegang. Hal inilah yang dapat menimbulkan kram perut saat hamil muda.
"Tapi Dok, saya kesulitan makan bahkan selalu mual ketika makan makanan yang saya sukai!"
Dokter berdehem,"Itu normal, tidak masalah! Makan lah sedikit namun sering, jangan makan terlalu banyak tapi jarang karena itu bisa membuat frekuensi mual menjadi meninggi!"
Sonia mengangguk mengerti, ia juga merasa kewalahan karena rasa mual yang di deritanya.
"Tetapi tidak perlu khawatir, semuanya baik-baik saja, usia kehamilannya 9 Minggu ya!" Lanjut Dokter.
Steve yang mendengar itu langsung menatap Sonia. "Sembilan minggu Dok?" tanya Steve memastikan.
Dokter mengangguk. "Ya benar, dua bulan lewat sedikit, nyonya harus banyak istirahat karena saya lihat asupan minuman tidak terpenuhi dan sepertinya mengalami stres hebat sehingga kemungkinan kram akan sering terjadi, perhatikan kesehatan anda agar bayi nya sehat juga,"
Steve mengusap wajahnya, ia ingin memastikan apa yang di dengarnya itu.
Mereka pulang setelah menebus obat, Sonia tak berhenti menatap kertas hasil USG yang memperlihatkan titik kecil yaitu gambar bayinya.
"Son, apakah kamu sangat senang akan memiliki bayi?" tanya Steve.
Sonia mengangguk pasti,"Tentu saja, aku sangat menginginkannya dari dulu!" jawab Sonia.
"Apakah kamu sadar, bagaimana kamu akan menjelaskan ini padaku?" Steve mengerem mobilnya dan berhenti di pinggir trotoar membuat Sonia menatapnya dalam diam.
"Ada apa, apa maksudmu?"
"Son, kandungan mu 9 Minggu itu berarti ketika kita melakukannya, sementara dua bulan lalu Edward berada di Australia! Bagaimana menurutmu?"
Mendengar itu Sonia panik, ia tak menyangka Steve mengingat tanggalnya. Mulutnya tak bisa berkata-kata, hanya derai air mata yang mulai keluar dari mata gadis cantik itu. Ia tak mampu menjelaskan, bibirnya kaku dan sangat ketakutan. Tapi wajah dan penasaran Steve membuatnya semakin merasa bersalah mengingat ia akan menikah juga.