Liburan semester pun tiba, tak terkecuali untuk Adita yang akan berlibur ke tempat sang nenek. Suasana angin pantai yang menyejukan hatinya, teringat akan masa kecilnya yang penuh dengan canda tawa disekitar bibir pantai. Ia sangat rindu neneknya.
"Adita cucu nenek," ucap nenek sambil merentangkan tangannya. Aku tersenyum dengan lucu kearahnya sambil berlari menerjang tubuh nenek yang sudah lama sekali aku rindukan.
"nek, aku merindukanmu," ucapku. nenek mengusap wajahku sambil mencium pipi kanan dan kiriku bergantian.
"Ayo nenek masak makanan yang banyak," ia membawaku menuju rumah yang bergaya kayu seperti rumah ditepian pantai pada umumnya.
"Kakek kemana nek?" tanyaku. Entalah Kakek memang seorang konsultan kelautan, sekarang sudah pensiun dan sedang menikmati hari tuanya seperti seorang nelayan.
"AKU BAWA IKAN!" tiba-tiba dari arah pintu belakang kakek berteriak. Jiwa mudanya memang tidak pernah hilang.
"Taruh di meja, lihatlah cucu mu datang. Jangan hanya ikan yang terus kau urusi," sindir nenek membuatku menahan tawa. Kakek dan nenek ku memang seperti itu selalu saja bertengkar.
"ooh cucu cantik ku Adita," kakek memeluk ku dengan erat meskipun bajunya terlihat basah lengkap dengan bau air garam laut.
"Lihat baju mu bau, sana pergi ganti baju lalu makan bersama," nenek memarahi kakek lagi. Kakek hanya memberengut sambil menepuk kedua pipiku. Lucu sekali mereka.
Sore harinya, aku hanya bersantai setelah membereskan koper besarku. Menikmati dari lantai dua pemandangan menakjubkan saat matahari tenggelam oleh laut luas.
Aku jadi berpikir di dalam lautan sana apakah selain kita juga ada kehidupan lain, pastinya iya kan tapi mungkinkah dari segelintiran ikan-ikan ada sebuah makhluk yang hampir mirip dengan manusia namun berbeda tapi sama. ah, tentunya dengan ekor untuk bertahan. Semasa kecil aku sangat-sangat penasaran dan rasa penasaran itu semakin dalam ketika aku mengambil jurusan kelautan.
Bahkan nenek dan kakek tak pernah menyangkal adanya kehidupan lain, haruskan aku cari kebenaran. tapi untuk apa sebenarnya aku peduli. Namun, rasa penasaran itu terus menggerogotiku.
"Laut, apakah dalammu menyimpan sebuah misteri?"
Entahlah, hari ini rasanya Adita hanya ingin tidur esok ia akan bermain menuju pantai.
Pagi hari, Adita disambut oleh kakek dan neneknya bersama seorang perempuan terlihat seperti seumurannya di meja makan.
"ayo makan nak," ujar nenek. Aku duduk mengernyit kening karna belum pernah melihat orang tersebut.
"Aku Melora," rupanya ia berbicara sambil tersenyum kaku mengarahkan tangannya kepadaku.
"ah, aku Adita," aku dengan kikuk menjabat tangannya.
"salam kenal Adita." aku menarik tanganku, ini aneh rasanya tangan beserta badanku seakan tertarik. Apa yang dia lakukan?
"Adita pasti bingung ya kenapa bisa ada Melora dirumah ini?" nenek berujar sambil meletakan makanan ke piringku.
"Melora ini sudah kakek anggap cucu juga," kakek menimpali. Aku diam saja masih tak paham kondisi.
"Melora sudah hapal tempat ini. jadi, nenek putuskan dia sebagai pemandu kamu selama disini, dia bertanggung jawab," nenek nampaknya tidak menyadari keanehan yang ditujukan oleh Melora. Aku rasa ini benar-benar aneh, dimana selama nenek memperkenalkan Melora. Ia mendengar suara bisikan-bisikan yang tidak ia pahami. Perasaanku menujukan itu berasal dari Melora. Apa dia mencoba membuatku seperti disihir?
"Adita!" panggil nenek. Aku tersadar kemudian menatapnya.
"ya?"
"Are you ok? ini ketiga kalinya nenek memanggilmu," nenek tampak khawatir.
"maaf, nek. aku tidak apa-apa hanya sedikit berpikir," nenek terlihat menghela mafas lega. Bisa gawat jika hari ini aku tidak bermain-main dipantai, kenapa juga harus ditemani orang aneh ini. Sepertinya ia akan sedikit merepotkan neneknya.