Kejadian di rumah membuatku menjaga jarak dengannya, beberapa hari ini pun aku tidak tertidur nyenyak akibat buku yang terus menariku untuk dibaca.
Aku hanya akan diam selama Melora tidak menjelaskan apa-apa kepadaku.
"Lebih baik aku mencari udara segar," sudah lama aku tidak keluar dari kamar kecuali makan dan ada perlu lain. Melora terus-terusan mengunjungiku sekedar menanya kabar, itupun nenek yang memberitahu.
Ditempat aku berdiri, sebuah jembatan kecil tak jauh dari rumah nenek. Aku merenung memikirkan hal-hal aneh yang terjadi belakangan ini. Dimulai dari kedatangan melora, mortis beserta entah siapa yang Melora sebut sebagai yang mulia. Semua terhubung oleh Melora.
"Maaf anda salah, yang mulia." suara itu tiba-tiba datang dari bawah air.
"Anda sendiri yang menghubungkannya," terusnya. Makhluk apa lagi ini, apa dia membaca pikiranku?
"Ya saya bisa membaca pikiran anda, dan anda terlihat sangat mudah, yang mulia." seringainya.
"Siapa kau?" aku berangsur mundur, tubuhku merasakan sebuah getaran tanda bahaya.
"rupanya anda memang sangat lemah untuk mengetahui siapa musuh anda sebenarnya,"
"membosankan," lanjutnya kemudian pergi dengan ekor di kakinya.
"Mermaid?" tanpa sadar mulutku menganga menyaksikan pemandangan pertama kali itu.
-
"Dunia immortal?" aku masih diam tak bisa berkata-kata. Melora menemukanku yang hampir pingsan dijembatan itu.
"ya, kau baru saja membuka portalnya." ucapnya
"aku tidak melakukan apapun," jelasku. Melora memberikanku sebuah gelang mutiara.
"Masalahnya pikiranmu yang membuat mereka terpanggil dan berubah wujud, itu sudah bagian dari membuka portal." Melora memasangkannya di tangan kiriku.
"Apapun yang terjadi gelang ini akan terhubung denganku," Melora menatapku dengan serius.
"Apakah makhluk tadi berbahaya? Dia seperti menariku," aku menimang-nimang kejadian baru saja terjadi.
"Mereka menyukai energimu, kau istimewa. Mereka juga yang akan terus membayangimu dan bagian mimpi burukmu,"
"Apakah mereka musuhku?" tanyaku masih terngiang ucapan terakhir duyung itu. kenapa juga aku harus mempunyai musuh.
"Mereka siren, dan jelas itu musuh kita."
"Siren?" tanyaku kebingungan.
"Di dunia ini selalu ada yang jahat dan baik, tidak semua jahat. tapi, mereka yang kau temui.."
"ingin aku mati?" lanjutku menimpali. Ya, dari segala jenis buku yang ku baca diantara buku fantasi, akan berakhir tragis.
"ya dan tidak," jawab Melora.
"Siapa sebenarnya aku dan juga kau Melora?" tanyaku dengan tegas.
"Mermaid?"
"Kau tidak main-main kan? selama ini aku mandi dan terkena air tidak berubah menjadi mermaid," elaku melora pasti bercanda.
"Bodoh, manusia memang hanya termakan film yang jauh sekali dari kenyataan." sindir melora.
"Kau juga manusia," aku memutar bola mata. Dia pikir dirinya beneran mermaid setelah aku benar-benar melihat makhluk fantasi itu. Melora hanya menghela nafas.
"Coba saja buktikan ucapanmu kalau kau memang seorang mermaid," tantangku.
"tidak bisa kan?" aku tersenyum menang saat air muka melora berubah. pembohong dan sangat lucu sekali.
Tiba-tiba saja melora menariku dan membawaku kesebuah gua karang. Disana terdapat kolam yang mengalir jernih air laut.
"Aku akan membuktikannya," ucapnya penuh keyakinan.
"Jangan lari dan pingsan." peringatnya dengan nada mengejek, dia menantang balik rupanya.
Melora melompat kedalam kolam itu. aku menunggu dirinya berubah atau tidak. lama sekali ia tidak memunculkan kepalanya.
"Melora kau bisa berenang kan?" tanyaku khawatir. Masih belum ada jawaban didalam sana.
"Aku akan melompat kalau kau tidak bisa berenang!" teriakku semakin panik. Persetan dengan tubuh menggigil nantinya.
Aku melompat kedalam air dan menemukan cahaya berwarna biru di dalam sana. Ini kolamnya sangat dalam bagaimana pun aku tidak bisa bertahan sampai sana. aku harus kembali, melora nanti aku cari ide untuk mencarinya.
Tiba-tiba wangi yang menenangkan tercium kedalam hidungku, wangi apa ini? aku yang sudah tidak tahan lagi untuk mencari oksigen. Namun, sebuah tarikan membuatku semakin panik untuk cepat-cepat naik keatas.
Sebuah tangan memegang pinggangku dan menariku menuju permukaan air, sepertinya melora.
Aku terbatuk-batuk sampai diatas, ikatan itu belum lepas sampai mataku terbelalak, menyaksikan pemandangan disebelahku.
Seorang pria dengan ekor berwarna biru muda yang mengkilap dan eksotis. badannya yang terlihat atletis juga wajahnya yang sangat tampan.
"mermaid?" tanyaku gagap, tiba-tiba saja pandangaku kabur dan menjadi gelap.