Chereads / Gadis Malang dan Calon Pewaris / Chapter 12 - Kenyataan Yang Dilihat Azka

Chapter 12 - Kenyataan Yang Dilihat Azka

Aska sedang berusaha mencari keberadaan Keisha. Ia mendatangi tempat dimana ia pernah menemukan Gadis itu duduk di sana. Aska tiba dan tebakannya benar bahwa gadis berkulit hitam itu ada di sana duduk sambil memeluk kedua lututnya. Namun kejadian yang sama kembali terulang, tiba-tiba Keisha berdiri dengan wajah ketakutan Ia pun berlari meninggalkan sungai menuju rumahnya.

Azka merasa penasaran dengan gadis tersebut. Ia pun memutuskan untuk mengikuti Keisha yang terus berlari. Aska yang berada di belakang gadis tersebut ikut berlari. Dari kejauhan, Aska melihat teman sebangkunya berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Di depan rumah itu tampak sebuah pamflet bertuliskan 'laundry Maulida'. Pemuda tampan itu ikut menghentikan langkahnya. Ia hanya mencoba menyaksikan apa yang dilakukan oleh Keisha disana.

Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya tampak keluar dari dalam rumah sederhana. Ia membawa seember air. Lalu, menumpahkan seluruh air ke tubuh Keisha. Aska terperanjat, terkejut menyaksikan apa yang terjadi di depan matanya.

"Dasar anak tidak tahu diri!" ucap wanita paruh baya kepada gadis yang sudah basah di depan matanya.

"Apakah kamu tidak mengerti apa yang aku katakan? Berani sekali kamu terus membantah!" Aska mendengar dan melihat dengan jelas apa yang terjadi. Tidak ada bantahan yang keluar dari lisan teman sebangkunya, lalu kenapa wanita itu justru memarahi dirinya. Ingin sekali pemuda tampan itu menghentikan adegan yang sedang terjadi. Tetapi ia merasa ragu lalu mengurungkan niatnya.

"Masuk!" perintah Maulida kepada anak tirinya. Gadis Malang itu mengikuti perintah sang ibu, ia masuk ke dalam rumah dalam keadaan tubuh yang sudah basah. Tidak ada air mata, tak ada penyesalan, Yang ada hanyalah luka dan beban yang tak terlukiskan. Pemuda tampan itu menatap semua kejadian dengan serbuan berbagai pertanyaan.

Saat Keisha masuk ke dalam rumah, Aska mencoba mencuri dengar dari sisi rumah. Ia mencari jalan agar bisa melihat dan mengetahui apa yang dilakukan wanita itu terhadap gadis berkulit hitam. Melihat gelagat dari wanita paruh baya, Aska curiga bahwa wanita itu akan melakukan penyiksaan kepada Keisha. Karena itu Aska ingin mengetahui kebenarannya.

Tiba-tiba terdengar suara pukulan dan rintihan. Aska berusaha mencari arah suara, ternyata berasal dari belakang rumah. Pemuda tampan itu naik ke atas tembok, yang ada di belakang. Meski tembok tersebut tidak begitu tinggi, tetapi sangat berbahaya karena di sekitarnya terdapat banyak sekali pecahan kaca. Namun, Azka tidak peduli. Ia bertekad harus mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dengan bersusah payah akhirnya ia pun berhasil melihat sedikit ke dalam ruangan.

Alangkah terkejutnya Aska, saat melihat wanita paruh baya yang menyiram tubuh Keisha kini memukulinya dengan tali pinggang yang ada di tangannya. Pukulan demi pukulan terus mendarat di tubuh gadis Malang tersebut. Tidak ada teriakan rasa sakit, tidak ada permohonan untuk menghentikan siksaan, Yang ada hanyalah jeritan tertahan dan air mata yang terus mengalir tanpa bisa dihentikan. Pemuda tampan itu melihat bagaimana derita yang dirasakan oleh teman sebangkunya. Ia pun mendapat jawaban dari pertanyaan yang sering muncul di benaknya. Tentang sikap duduknya yang tidak bersandar di kursi, itu karena punggungnya terasa sakit akibat pukulan dan penyiksaan yang dilakukan oleh wanita itu. Hari ini Aska melihat, Keisha merasakan sakit di kedua kakinya. Ia pun mulai menganalisa bahwa semua itu juga perbuatan dari wanita tersebut. Namun Aska tidak mengerti, siapakah wanita itu dan kenapa ia terus menyiksa gadis Malang yang sudah sangat lemah di hadapannya.

Pemuda tampan itu terus melihat penyiksaan yang diterima oleh gadis berkacamata. Pakaian yang ia kenakan kan telah berubah warna karena darah segar yang mengucur akibat siksaan yang ia terima. Tubuhnya yang lemah semakin tak berdaya, wajahnya yang berair mata berubah pucat. Tidak ada perlawanan, apalagi penolakan. Yang ada hanya kepasrahan dalam derita yang terdalam.

Aska tidak percaya dengan apa yang ia lihat, tiba-tiba ia merasa sangat ketakutan. Ia ingin sekali menyelamatkan gadis Malang itu dan menghentikan penyiksaan yang dilakukan oleh wanita paruh baya. Tetapi ia kembali ragu dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari sana.

Namun, saat ia menuruni tembok, kakinya tergelincir dan ia pun terjatuh. Kakinya mengenai pecahan kaca hingga berdarah. Seketika, Maulida menghentikan pukulannya saat mendengar ada suara yang berasal dari luar. Dengan cepat Maulida berlari untuk menemukan siapa yang sudah membuat sebuah suara. Tetapi saat Maulida tiba di sana ia sudah kehilangan jejak. Orang yang menimbulkan suara sudah menghilang. Wanita paruh baya mulai merasa khawatir jika ada orang lain yang mengetahui penyiksaan yang sudah ia lakukan. Ia berusaha mencari orang tersebut, tetapi sepertinya ia sudah terlambat karena Aska sudah menghilang.

Pak Burhan yang menunggu Aska sudah sangat cemas. Karena Setelah lama Aska pergi tetap belum juga kembali. Karena menunggu begitu lama, akhirnya Pak Burhan menyusul Tuan mudanya pergi ke pinggiran sungai. Pria paruh baya tidak menemukan Azka. Ia mulai panik, dan bertambah panik saat Ibu Ani armadi menghubungi Pak Burhan. Dengan perasaan bingung antara mengangkat telepon dari tuannya atau membiarkannya, Pak Burhan kehilangan kepercayaan diri. Panggilan dari Ibu Ani harmadi terus membuat dirinya terganggu.

"iya nyonya!" dalam kebimbangan, akhirnya Pak Burhan mengangkat panggilan dari tuannya.

"Bapak di mana?" tanya ibu Ani dengan penuh emosi.

"Saya, Saya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, nyonya!" ucap Pak Burhan terbata.

"Aska di mana?" pertanyaan selanjutnya kembali terlontar dari lisan Bu Ani. Pak Burhan tidak tahu harus menjawab dengan jawaban seperti apa. Sebab Aska tidak bersama dengan dirinya.

"Jawab!" perintah Bu Ani dengan penuh emosi. Di saat bersamaan, Azka tampak berlari dari kejauhan. Pak Burhan mulai merasa tenang.

"Tuan muda sedang bersama saya nyonya!" jawab pak Burhan kini dengan suara tegas tanpa ragu.

"Cepat kembali!" perintah ibu Ani harmadi.

"Baik nyonya!" jawab Pak Burhan sambil menundukkan kepalanya. Aska yang terlihat kelelahan langsung naik ke dalam mobil dan meminta Pak Burhan segera meninggalkan tempat itu.

"Ada apa Tuan muda? Sepertinya Anda merasa ketakutan?" Pak Burhan melihat Aska sangat merasa cemas dan juga ketakutan. Peluh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya. Wajahnya pucat menyimpan banyak pertanyaan.

"Tidak apa, aku baik-baik saja!" jawab Aska sambil membalikkan wajahnya menatap keluar jendela. Pemuda tampan itu berada dalam belenggu pertanyaan yang tidak mampu ia jawab bahkan tak mampu ia analisa. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia melihat dengan kedua matanya. Penyiksaan yang hanya ada di dunia dongeng kini telah nyata. Aska ingin bertanya, kenapa semua ini bisa terjadi? Kenapa gadis sepintar Keisha mengalami penderitaan yang luar biasa. Dia ingin bertanya kenapa Gadis itu hanya diam tanpa melakukan perlawanan. Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi pikiran Aska. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya.