Chereads / Mencintaimu Salahkah Aku / Chapter 12 - Terlalu Sakit

Chapter 12 - Terlalu Sakit

Come on guys kerja kalau sudah nyaman dan cinta banget itu kalau di suruh pindah kerja pasti akan sedih, nangis, sudah enggak mood banget buat kerja di tempat yang baru. 

Mungkin ini hanya perasaan Lisa saja karena dirinya belum pernah mencoba, tetapi mau gimana lagi dirinya sudah nyaman kerja di tempat Abangnya. Bukan karena Abangnya yang punya kantor melainkan karena teman satu kubikel memang bisa membuat dirinya nyaman dan dia juga bisa jadi diri sendiri tanpa ada embel-embel bahwa dia Adik pemilik kantor desain ini. 

Lisa berbeda dengan perempuan yang lain di saat anak seumurannya memamerkan harta keluarganya tetapi kalau Lisa berbeda, dia enggak mau di anggap sebagai parasit karena masih bergantung dengan orang rumah.

Lisa dan kedua Abangnya sudah di didik dari kecil untuk mandiri. Kalau mau pengin beli barang yang di inginkan harus nabung dari uang jajan, enggak boleh minta sama orang tuanya. 

Uang jajan dari orang tua gunanya untuk membeli apa yang mereka inginkan jadi kalau pengin beli apa-apa harus dari uang jajan sendiri.

"Bang, kok bisa dapet tempat yang di lantai dua sih?" tanya Lisa penasaran. Iya Lisa sangat ingin tahu kok bisa Abangnya dapat tempat di lantai dua padahal dia dan Abangnya juga baru sampai di sini. Ada orang yang mau makan di sini harus pulang dengan rasa kecewa karena tempatnya sudah penuh, padahal orang itu sesudah Lisa. 

Dito tertawa lebar. Dia lupa bilang sama Lisa siapa sebenarnya pemilik cafe ini. 

"Adek, masih ada rasa sama Ali?" Lisa diam di tempat. Nama yang sudah berusaha dia lupakan dan kenapa Abangnya malah menanyakan hal ini.

"Kenapa tiba-tiba, Abang menanyakan hal ini?" jawab Lisa kaget. Lisa jadi teringat akan masa lalunya yang penuh banyak kenangan.

***

Flashback 

Lisa sangat menunggu kedatangan Aisyah sahabat saat awal pertama kuliah dan masih bertahan saat ini. 

Yaps! Sekarang Lisa dan Aisyah sedang mengambil mata kuliah yang terakhir yaitu skripsi. Dimana perjuangan seorang mahasiswa di tentukan dalam mata kuliah ini. 

Lisa memang bukan orang yang memiliki otak yang cerdas, otak yang dia miliki hanya pas-pas 'an. 

Allah itu memang sangat adil di saat dirinya hanya memiliki otak yang pas-pas 'an tapi tenang karena Asiyah memiliki otak yang lumayan cerdas. Beruntungnya lagi karena Aisyah mengajak dirinya untuk mengerjakan skripsi di rumah,  ini artinya Lisa bisa ketemu dengan laki-laki pujaan hatinya.

Sebuah senyum terbit di wajah Lisa. Sungguh indahnya hari ini. 

Lisa merogoh ponsel yang ada di saku gamisnya lalu menekan nomor telepon Aisyah. Alhamdulillah dering pertama langsung di angkat sama dia. "Assalamualaikum Sya, aku udah sampai di depan rumah kamu." ucap Lisa tersenyum bahagia.

"Waalaikumsalam Lis, eh iya tunggu sebentar ya." Aisyah mematikan panggilan itu. 

Aisyah berlarian kecil menuju pagar rumahnya. 

"Sini masuk aja, Lis, maaf ya tadi aku lagi di dapur bikin makanan buat Ali." Aisyah mengajak Lisa untuk masuk ke dalam rumah. 

Jangan pada kaget kalau Aisyah hanya memanggil kembaran dengan sebutan nama itu karena Aisyah beranggapan "Aku sama Ali lahir bersamaan jadi enggak ada istilah Abang dan Adek." 

Eits... tunggu dulu panggilan itu hanya berlaku saat Aisyah sedang bersama teman-temannya tetapi kalau sudah bersama dengan kedua orangtuanya Aisyah akan memanggil Ali dengan sebutan "Abang". Karena dulu pernah Aisyah keceplosan panggil Ali hanya dengan nama di depan orangtua mereka dan saat ini juga dapat teguran dari orangtuanya.

Lisa sangat suka dengan keakraban saudara kembar ini, yang satunya cerewet banget tetapi yang satunya diem. Sudah bisa menebak kan siapa yang cerewet, yaps tentu saja Aisyah dan yang diem adalam Ali. Namun herannya kembar ini sama-sama punya kapasitas otak yang cerdas. 

***

Rumah milik orangtua Aisyah sangatlah luas dan tertata dengan rapi. Ini semua berkat keahlian tangan ajaib dari Ibunya Aisyah yang sangat menjaga kebersihan serta kerapian. 

Rumah ini bernuansa abu-abu, sangat berbeda dengan rumah lainnya. Saat Lisa bertanya kenapa rumah mereka bernuansa abu-abu dengan entengnya Aisya menjawab "Mungkin karena Mamah dan Papah kulitnya abu-abu." Memang ini anak beneran selalu punya jawaban yang aneh-aneh. 

"Sya, dia ada di rumah ya?" tanya Lisa. Aisyah menepuk pundak Lisa pelan. "Iya, Bang Ali ada di rumah. Udah kamu tenang aja, Sya, dia enggak bakal gangguin kita kok."

Lisa mengangguk paham. "Oke... syukurlah kalau gitu, Sya." 

Sejujurnya Lisa sangat menyayangkan hal ini karena niatnya untuk ketemu Ali terkabul tetapi jika Aisya sudah mengatakan "Ali enggak akan ganggu" maka saat Lisa datang ke rumah mereka, dia sangat menepati janjinya untuk tidak menunjukkan batang hidungnya sedikitpun, kalaupun terpaksa harus lewat taman belakang Ali akan mengenakan topi dan kacamata.

Ya sudahlah Lisa memang sepertinya harus lebih memilih untuk meluruskan niatnya, yang terpenting sekarang Lisa harus bisa lulus dan wisuda tahun ini biar enggak jadi beban untuk kedua orangtuanya.

"Jangan bengong mulu, Lis, tenang aja dia enggak bakalan ke taman belakang kok." ucap Aisyah menyakinkan. "Makasih ya, Sya." ucap Lisa tulus.

***

Asiyah mengajak Lisa ke taman belakang. Mereka pernah sekali kumpul di kamar Aisyah tetapi yang ada kamar Aisyah sangat berantakan, dan Lisa dengan terang-terangan menolak untuk ke kamar Aisyah. Jadi kalau Lisa main ke rumah mereka yang di tuju untuk pertama kali ya langsung ke taman belakang.

"Assalamualaikum, Mah, ini Lisa sudah datang nih." teriak Aisyah. 

Suara Aisyah ini lumayan bisa bikin telinga orang yang ada di sampingnya harus menutup telinganya. Padahal Lisa dan keluarga sudah berkali-kali mengingatkan sama Aisyah kalau bicara jangan teriak kasihan orang yang ada di sampingnya.

"Kamu ini, Sya kalau bicara jangan teriak, sakit nih telingaku." bisik Lisa. "Katanya sahabatnya alim tahu agama kok enggak bisa nasihati kembaran gue." sindir Ali. 

Yaps! Ali dengan mulut pedasnya selalu bisa bikin hati Lisa semakin sakit. Lisa kalau sudah bertemu dengan Ali pasti ada aja ngomongan pedas yang keluar dari mulut gantengnya Ali. 

Lisa enggak tahu, Ali kenapa begitu membenci dirinya, padahal Ali tahu kalau Lisa sangat mencintai dirinya. Lisa sampai mengingat masa lalu apa pernah dia melakukan kesalahan terhadap Ali sehingga Ali sangat membenci dirinya. 

Sakit memang saat orang yang kita cintai ternyata membenci kita setengah mati. Namun walaupun begitu, Lisa masih saja mencintai Ali dengan tulus.

"Abang, ini kalau bicara suka seenaknya sendiri. Sudah sana jangan deket-deket sama kami." usir Aisyah secara terang-terangan.