Senja mengekori Terbit masuk ke dalam unit apartemen cewek itu.
Tampak sekali wajah lelah Terbit, dan Senja dapat menangkap gurat khawatir dalam sorot mata pacarnya.
"Jangan di pikirin oke," Senja menarik Terbit ke dalam pelukannya, "Ada gue, gue nggak bakalan biarin dia bawa lo pergi,"
Terbit mengangguk dalam pelukan Senja, "Gue takut,"
"Ada gue oke," cowok itu mengusap surai pacarnya, mencoba memberi ketenangan, "Jangan di pikirin,"
"Iya,"
"Malem ini gue nginep,"
"Tidur di sofa nggak papa?"
"Biasanya juga di sofa kan?" Senja terkekeh kecil, "Mandi dulu sana,"
"Lo duluan, ntar kalo belakangan nggak mandi ujung-ujungnya," sinis Terbit.
"Tau aja," cowok itu melemparkan cengirannya.
"Buruan mandi, gue siapin makan," Terbit mendorong pacarnya, melepaskan pelukan mereka secara paksa, "Keburu malem, buruan,"
"Iya ini baru mau mandi," jawab Senja segera menuju kamar Terbit.
"Baju lo di lemari yang coklat, bukan yang pink," teriak Terbit.
