"Vena tumben ikut," ujar Harsa, "Mau ketemu Aa Harsa ya?"
"Nggak juga sih," jawab Vena santai, "Emang udah niat aja mau morotin duitnya Kava,"
"Bajingan,"
"Kava tolong ya lo harus menjaga kata kata lo di depan cewek polos kaya gue. Lo jangan bikin otak gue yang masih suci ini teracuni atas kata kata lo yang nggak etis itu," Vena mengangkat kedua tangannya seraya memejamkan mata, "Gue mau sate telur puyuh sama nasi kucing dong. Tiga ya. Sama kopi susunya satu,"
"Oke mbak,"
"Jendra lo kenapa? Muka lo kenapa terlihat kecut seperti kaos kaki basah yang terpaksa di pakai saat musim hujan?" tanya Vena.
"Putus nih Ven. Lo nggak mau gitu jadi pacar gue biar gue nggak jomblo di malam minggu yang indah ini?" jawab Jendra nelangsa.
"Maaf Jen bukannya gue nggak mau tapi selera gue bukan yang modelan seperti elo. Jadi maaf aja ya gue nggak mau," Vena mengedikkan bahunya, menyantap sate telur puyuhnya dengan santai tanpa menatap wajah Jendra yang kian memelas mendengar jawaban gadis itu.