"Entahlah, mungkin satu botol?" gadis itu menjawab tidak yakin.
Arjun mendengus, kembali menunduk untuk menatap Juwita, "Dasar bodoh,"
"Wah siapa kau? Kenapa kau tampan sekali? Ah kenapa wajahmu sama seperti tunangan bodohku itu hik," racau Juwita.
Arjun kembali mendengus, "Berdirilah, kita kembali,"
"Aku tidak bisa. Aku tidak bisa merasakan kakiku. Dan oh tuhan kepalaku terbang," pekiknya dengan kedua tangan memegangi kepala.
"Merepotkan," Arjun berdecak, membawa Juwita masuk ke dalam gendongannya lalu segera melangkah pergi setelah berujar, "Siapapun yang menyentuhnya akan berurusan denganku,"
***
Pukul 1 malam di pinggiran Kota Nero
Anggin malam berhembus, menyelimuti siapapun yang di lewatinya dengan kedinginan. Dedaunan yang berterbangan membawa nasib manusia yang tidak ada habisnya. Berputar seperti roda sepeda yang berjalan.