Arjun menghela napas berat. Menatap layar monitor yang masih menampakkan video dari memori ingatannya. Yang di susun bagai film yang runtut dan jelas. Namun, sedikit membingungkan.
"Gue bener bener nggak habis pikir. Profesor Alan kayanya cuma jadiin kita percobaan nggak sih," Mark menghela napas berat. Mengusap ramburnya dengab kasar.
Bima mengangguk mengiyakan, tentu saja ia setuju. Mister Alan jelas mempunyai sebuah rencana besat di balik semua ini, "Kita harus cari tau rencana dia sebenarnya,"
"Kita punya relasi sama negara lain tenang aja," jawab Keynan tenang, "Tapi kita tetep harus waspada,"
"Jelas gue tau banget bokap gue bukan orang yang ngambil semua di awal. Ini baru permulaan. Perang sesungguhnya masih jauh," jawab Arjun seraya menatap lurus ke depan. Menerawang jauh atas angan angannya.
"Makanya. Kita juga harus persiapin djri semateng mungkin buat hal itu," sahut Yeri.
"Bener,"
***