Setelah tujuh hari kepergian Valentine, Clara dan keluarga Retore baru tiba di Indonesia dan saat ini mereka sedang mengunjungi pemakaman Valentine.
Dengan berlinang air mata Marsha terus mengusap batu nisan yang bertuliskan nama sang putri.
" aunty.... aunty yang sabar yah, Valentine udah tenang disana " bujuk Clara sambil mengelus pundak Marsha
" kenapa Valentine harus meninggalkan aunty secepat ini " gumam Marsha
Retore tak dapat mengeluarkan satu katapun, dirinya hanya menatap lurus pada batu nisan namun sesekali ia menghapus airmatanya yang ikut jatuh tanpa permisi.
" apa yang akan kita lakukan untuk masa depan anak kalian? " tanya Retore
Saat ini, mereka sudah berkumpul di ruang keluarga di kediaman Yesaya.
" bayi yang dilahirkan oleh Valentine bukan anak dari cucu saya!!!! jadi kami tidak memiliki kewajiban untuk merawat bayi itu " ucap Maryam
" apa maksud anda nyonya Maryam??? jelas-jelas kita tahu bahwa Yesaya adalah suami dari Valentine dan pasti itu adalah anak mereka " bantah Marsha, Maryam hanya tersenyum mengejek kearah Retore dan Marsha.
" ya.... memang Yesaya dan Valentine menikah, tapi bayi itu ternyata bukan darah daging Yesaya.... Yesaya hanya di jadikan kambing hitam oleh Valentine!!!! Yesaya dan Valentine tidak pernah melakukan hubungan suami istri, itu hanya akal-akalan Valentine agar dia bisa menikah dengan Yesaya.... sedangkan Valentine sudah tidur dengan pemuda lain " ucap Maryam dengan lantang
" cukup nyonya Maryam.... jangan menjelekkan putri kami " balas Retore yang mulai emosi
Yesaya, Morgan, Clara, Bella beserta Anthony hanya bisa diam mendengar perseteruan antara Maryam dan Retore beserta istrinya,
" saya bicara fakta!!! bahkan laki-laki yang menghamili putri kalian juga ikut menjadi korban tabrak lari itu "
" berhenti bicara omong kosong " Retore beranjak dari duduknya dan sudah mengepalkan kedua tangannya
" apa yang dikatakan Oma saya benar uncle, bahkan saya sendiri jadi saksinya... saya mendengar semua apa yang dikatakan oleh Valentine dan laki-laki itu " ujar Morgan, bola mata Retore terbelalak
" ini semua hanya rencana kamu saja kan anak muda, kamu ingin Valentine di cap sebagai wanita buruk di mata Yesaya dan keluarga nya karena memang dari awal hanya kamu yang tidak menyukai kehadiran Valentine " bantah Retore yang sudah mencengkeram kerah kemeja yang dipakai Morgan
Bukannya takut, Morgan hanya tersenyum sinis menatap kedua bola mata laki-laki paruh baya itu yang mulai memerah.
" Uncle.... apa yang dikatakan mereka semua benar " kali ini Clara mengeluarkan suaranya
" Clara... apa maksud kamu " Marsha menatap Clara dengan penuh penuntutan
" bayi itu bukan anak Yesaya aunty.... tapi anak Mananta " ucap Clara lagi setelah mengumpulkan semua keberanian nya untuk mengungkapkan kebenaran
Baik Retore, Marsha pun terkejut mendengar ucapan keponakan nya itu, bahkan Marsha merasa bahwa dunia nya sudah berhenti air matanya kembali menetes tanpa permisi
" Ma-nan-ta ? " tanya Retore dengan terbata, Clara mengangguk pelan. Retore kembali menghempaskan tubuhnya ke atas sofa setelah melepas cengkeraman nya pada Morgan, ia mengusap wajahnya dengan kasar
" aku berani bersumpah uncle, kalau bayi itu bukan anak Yesaya tapi Mananta... bahkan aku sendiri yang menyarankan agar Valentine mengakui bahwa anak itu adalah anak Yesaya... tak ada pilihan lain, karena saat itu Valentine sudah menikah dengan Yesaya ditambah lagi, Valentine juga yang sudah menjebak Yesaya malam itu..... semua ini nggak akan pernah terjadi kalau saja aku tidak mendukung rencana jahat Valentine untuk menghancurkan Shea.... semuanya memang berdasarkan kesalahan yang di buat aku dan Valentine... maafkan kami Yesaya " ucap Clara, Yesaya tak bergeming ia hanya menatap tajam kepada wanita itu.
" sekarang semuanya sudah jelas... jadi tak ada kewajiban bagi kami untuk merawat bayi yang merupakan bukan dari keturunan darah Wijaya " ujar Maryam dengan tegas
" kalian bisa mengambil bayi itu " ucap Maryam lagi sebelum dia meninggal kan ruangan itu.
*******
Disisi lain, Shea sudah berada di samping Alvarez yang masih di rawat di ruang ICU dan tak lupa juga buket bunga mawar putih yang selalu ia ganti setiap harinya untuk menemani laki-laki itu.
" hai.... aku datang lagi " Shea mengusap lembut wajah pucat Alvarez dengan matanya yang masih terpejam
" maaf kalo beberapa hari ini aku nggak datang kesini, karena jam mata kuliah ku padat banget belum lagi tugas-tugas dari dosen killer " Shea menghela nafas lelah, namun tetap mencoba untuk tersenyum
" kamu tahu, aku bawa bunga kesukaan kamu supaya bisa selalu nemenin kamu disini selagi aku nggak ada di samping kamu... Rez, apa kamu nggak mau buka mata kamu? apa kamu nggak kangen sama aku? ayo dong buka mata kamu..... " air mata Shea kembali menetes tanpa permisi
" aku akan selalu setia nunggu kamu, karena nggak ada alasan untuk aku pergi ninggalin kamu... kamu boleh marah sama aku, dan kamu boleh bilang kalau aku keras kepala saat kamu sadar nanti, tapi semua itu nggak akan buat aku pergi dari kamu.... " Shea menghapus airmatanya
Janet dan Gilang hanya memperhatikan Shea dari balik kaca ruang ICU, bahkan mereka juga mampu mendengar sedikit percakapan Shea pada Alvarez yang masih mengarungi alam mimpinya.
" huhhhhhhhh " Janet menghela nafas berat
" kenapa Lo ? " tanya Gilang dengan bingung
" kisah cinta Shea rumit banget " jawab Janet tanpa mengalihkan pandangannya
" tapi dari kisah mereka, kita bisa belajar bagaimana caranya untuk saling menerima agar bisa tetap bertahan dalam satu hubungan "
" maksud Lo? "
" coba Lo liat, setelah Shea tahu apa yang terjadi pada Alvarez, dia tetap terus ingin bertahan tanpa membalas permintaan Alvarez untuk mengakhiri hubungan mereka bahkan Shea semakin mencintai Alvarez, cowok muka datar seperti tembok yang selalu menjadi semboyan Shea kalo kesel sama Alvarez " Gilang tersenyum miris kala mengingat perdebatan kocak antara Shea dan Alvarez.
*********
" anaknya Valentine akan dibawa sama orang tuanya ke Toronto " ucap Janet setelah menyeruput minumannya
Saat ini Shea, Janet, dan Gilang sudah berada di kantin rumah sakit
" tau dari mana Lo? "
" Daniel!!!! "
" ternyata anak itu, bukan anaknya Yesaya tapi Mananta yang juga menjadi korban kecelakaan beberapa hari lalu... " Shea tak bergeming mendengar penuturan dari sahabatnya
" dan itu juga menjadi pukulan terberat untuk keluarga Wijaya dan Retore " ucap Janet lagi
" Mananta? " bola mata Gilang membulat
" iya Mananta, kenapa Lo kenal? " tanya Janet, Shea menatap Gilang dengan raut wajah bingung
" gue cuma pernah dengar namanya aja, lebih tepatnya yang kenal Mananta itu Alvarez dan Lukas " jawab Gilang
" ya udah lah, ngapain juga kita bahas orang yang sudah meninggal... " ujar Janet lalu kembali menyeruput minumannya
" kan Lo sendiri yang bahas... " bala Gilang, Janet hanya cengengesan sedang kan Shea masih setia dengan bungkam nya.
********
Hari mulai malam, Shea baru saja sampai di rumah nya dengan langkah kaki tergontai-gontai Shea menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sesampainya dikamar Shea langsung merebahkan tubuhnya keatas ranjang, dia merasa hari ini adalah hari yang sangat berat untuk nya.
flashback
Saat hendak kembali menghampiri ruang rawat Alvarez, Shea dan Janet melihat Haidar dan Lukas memasuki ruang kerja Lukas
" bagaimana Lukas, apa sudah ada pendonor untuk Alvarez? " Haidar sudah berada di ruangan Lukas, saat ini Lukas kembali di pindah tugaskan oleh Haidar untuk merawat Alvarez
" belum Om.... " jawab Lukas dengan raut wajah yang merasa bersalah, Haidar hanya tersenyum getir lalu mengusap wajahnya yang sudah sedikit keriput
Shea yang mendengar percakapan antara kedua orang itu dari balik pintu hanya diam terpaku, Janet hanya bisa mengelus pundak Shea agar dirinya harus bisa kuat dan tegar dengan segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.
" tapi kami akan terus berusaha mencarikan pendonor yang cocok untuk Alvarez " ucap Lukas, meskipun dirinya sendiri juga merasa tak yakin.
" setiap hari om selalu dihantui rasa takut... " ucap Haidar dengan lirih
" karena segala kemungkinan akan terjadi, kalau Alvarez tidak cepat mendapatkan pendonor... kenapa semua harus terjadi pada Alvarez, setelah dia kembali bertemu dengan gadis masa kecilnya, kenapa Tuhan harus kembali memisahkan mereka.... andai semua bisa di ubah, om saja yang menggantikan posisi Alvarez " sambung Haidar
" Om.... tak ada yang tak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak... " Lukas mengelus pundak laki-laki paruh baya itu
Shea hanya bisa menahan sesak didalam dadanya, berkali-kali ia mencoba menahan agar air matanya tidak tumpah namun tetap saja gagal.
Flashback off
Shea beranjak dari ranjang nya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya agar kembali segar, beberapa saat kemudian Shea menjalankan kewajiban nya sebagai seorang muslim.
" ya Allah... tak ada tempat hamba memohon selain kepadaMu tak ada tempat hamba minta pertolongan selain kepadaMu.... sesungguhnya hidup dan mati kami telah engkau tentukan, namun salah kah jika kami meminta kesempatan untuk hidup lebih lama lagi.... Engkau Maha akan Segalanya, berilah kami mukjizat serta karunia-Mu ya Allah " Air mata Shea kembali menetes di sela-sela doa nya, untuk meminta keselamatan hidup Alvarez.
" Berikanlah Alvarez kesempatan untuk hidup lebih lama lagi ya Allah.... berikanlah dirinya kesembuhan, karena tak ada obat di dunia ini yang bisa menandingi kuasa Mu... Aamiin " Shea mengusap wajahnya dengan lembut lalu memandang bunga mawar putih di atas nakas
********
Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya, baru saja tiba di kampus, Shea dikejutkan oleh kehadiran Clara dan Yesaya di depan gerbang. Masih dengan keadaan hening, belum ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara, sampai waitress datang membawa baki berisikan minuman pesanan mereka, saat ini mereka sudah berada di cafe tepatnya di depan kampus Shea.
" apa kabar Shea.....? " tanya Clara yang memulai percakapan
" gue baik..... " jawabnya singkat
" Shea, gue minta maaf untuk segala masalah yang menyeret nama Lo, dan untuk Vale- "
" kita nggak usah bahas masalah yang sudah berlalu, Valentine udah tenang disana... " cela Shea
" tapi- "
" semuanya juga bukan salah Valentine, kalo aja orang itu bisa menerima kehadiran Valentine semuanya nggak akan terjadi kayak gini " ucap Shea, Yesaya yang merasa dirinya disindir langsung melempar pandangan nya
" Valentine hanya terobsesi akan cinta dan dia juga berharap untuk bisa dicintai tapi caranya salah " balas Yesaya
" kalo kamu sudah tahu, kenapa kamu nggak kasih dia kesempatan sedikit aja, dia nggak minta lebih " ujar Shea
" meskipun aku nggak jawab, kamu pasti juga sudah tahu jawabannya "
" semuanya juga udah terlambat... Valentine udah nggak ada... " lirih Clara " kita emang nggak bisa maksain seseorang, untuk bisa membalas cinta kita.... Yesaya bener She, caranya Valentine emang salah " sambungnya sambil mengusap air matanya yang baru saja menetes
" Uncle Retore dan aunty Marsha akan bawa baby Elle ke Toronto " ucap Clara lagi
" baby Elle? "
" iya She..... namanya Elle " Clara tersenyum dengan mata berbinar
" kedua orang tua kandung baby Elle sudah meninggal, disini baby Elle nggak punya siapa-siapa... Oma Maryam nggak bisa menerima kehadirannya" ucap Clara
" tapikan masih ada Tante Bella, aku yakin Tante Bella pasti bisa menerima kehadiran baby Elle " ujar Shea, Clara sedikit melirik kearah Yesaya yang tak bergeming
" walau bagaimanapun, kamu tetap suami sah dari mendiang Valentine dan seharusnya, kamu yang merawat dan membesarkan nya meskipun kalian tidak memiliki ikatan darah sekalipun... Ternyata disini, bukan Valentine yang buruk tapi kamu dan keluarga kamu!!! " ucap Shea dengan sarkas pada Yesaya
" bahkan di saat-saat terakhir nya, Valentine sudah mengucapkan kata maaf... dimana hati nurani kalian.... " bentak Shea dengan keras
" jangan lampiaskan kemarahan kalian akan kesalahan yang sudah dilakukan oleh Valentine, pada bayi yang nggak berdosa " ucap Shea lagi.