"Enggak, Kak Eza nggak mungkin kan ninggalin Sarah sendirian? Kak Eza cuma ngerjain Sarah kan kak?" kata Sarah semakin meracau.
Dunia gadis itu seakan runtuh saat ia melihat kakak yang sangat menyayangi dan memanjakan dirinya itu terbujur kaku ditutupi kain putih di atas brankar di kamar mayat. Kakak yang selama ini selalu menjaganya, menemaninya kini membiru dan tak bernafas.
"Kak Eza, bangun!" teriak Sarah menguncang jenazah kakaknya, berharap laki-laki tampan yang sudah tak bernyawa itu hidup kembali dan mengusap air matanya. "Kak Eza," lirih Sarah memeluk jenazah kakaknya itu.
"Sayang," lirih ibu Sarah.
Sarah menoleh lalu memeluk ibunya. "Ma, Kakak Ma ...," adu Sarah. "Kenapa kakak bisa kaya gini, Ma?" tanya Sarah sembari memeluk kakaknya erat.
Sang ibu hanya bisa menggigit bibirnya, ia terlalu sakit untuk menceritakan lagi apa yang terjadi pada anak laki-laki satu-satunya itu.