Di rumah keluarga Betran.
Usai menyelesaikan pekerjaannya. Betran sudah mulai memainkan ponselnya. Dia berniat untuk menelepon Bianka, tapi diurungkannya karena menurutnya sekarang sudah siang dan takutnya mengganggu istrinya itu beristirahat. Padahal Betran tidak tau kalau Bianka sedari tadi menunggunya. Berdecak kesal dengan sesekali mengumpat dan menggeliatkan badannya, dengan terus memperhatikan ponsel yang sudah di genggamnya.
"Pastinya Bianka tidur sekarang, secara kan habis acara pastinya capek, ya sudah deh aku gak menelepon dulu, mending aku beberes untuk kepulanganku besok agar tak ada yang tertinggal, rasanya aku sungguh tidak sabaran untuk bertemu dengan Bianka itu, pastinya bebas kan sudah halal," celetuk Betran yang berbicara sendirian.
Dia lalu bangkit dari duduknya. Berjalan ke arah lemarinya, mengecek baju-baju dan persiapan lainnya. Kali ini pasti dia akan mondar-mandir terus menerus. Tanpa rasa letih, karena memang Betran sungguh ingin cepat-cepat pulang.
"Sayaaaang, bentar lagi kita bertemu yeaaaay. Pastinya akan seru karena aku akan menciptakan hal yang baru, misalnya belah duren dan lain sebagainya, hmmmm surga dunia." Lagi dan lagi, Betran terus berceloteh.
Ia sangat kegirangan dan sangat bersemangat, apalagi membahas tentang belah duren yang secara tiba-tiba itu dengan sendirinya, makanya hasratnya kian memuncak sekarang. Bayangannya sudah ke mana-mana dengan terkikik geli. Rasa malu pasti ada hingga wajahnya memerah karena malu, tapi benar-benar membuatnya tidak sabar seraya frustasi.
Betran yang kini sudah sibuk memasukkan baju-baju ke kopernya, terjingkat ketika teleponnya berdering dan bergetar dengan keras. Bibirnya itu tersenyum saat matanya sudah melirik ke arah ponselnya. Telepon yang didapat dari Bianka. Sepertinya Bianka sangat tidak sabar menunggu Betran menghubunginya, maka dari itu Bianka sudah menghubungi Betran duluan.
Dengan cepat, Betran pun meraih ponsel tersebut, setelah itu ia menggeser tombol hijaunya. Tanpa menunggu dering nada untuk yang kedua kalinya. "Halo, Istriku?" sapa Betran terlebih dahulu dengan genitnya. Dia mendahului ucapan Bianka dengan menyergahnya.
"Halo juga! Masih ingat aku siapa?" balas Bianka dengan sewotnya. Mencoba menguji Betran karena baginya, suaminya itu keterlaluan sekali. Tak menghubunginya sedari tadi, masak bekerja saja lama sekali. Pikir Bianka.
"Ehhh jelas ingat lah, Sayangku. Kamu kan istri tercantikku. Masak aku melupakanmu, lagian kita kan gak berkomunikasi hanya beberapa jam saja haha. Maafkan aku, karena aku kira kamu tidur dan lagian juga aku sedang sibuk beberes untuk kepulanganku satu minggu lagi itu, Sayang," terang Betran. Membuat Bianka seketika tersenyum dan berdehem-dehem. Sungguh itu adalah ucapan yang luar biasa dan yang indah karena bentar lagi dia akan bertemu dengan suaminya dan berduaan bersama.
"Kamu beberes? Benarkah? Tapi kenapa secepat ini beberesnya? Apa enggak ada pembantu? Atau kamu sungguh sangat bersemangat dan tak sabaran, yang pasti itu adalah hal yang sangat wajar, Sayang, terimakasih atas kepulanganmu."
Bianka benar-benar sangat bersyukur akan hal itu, apalagi bagi Bianka itu adalah bukti cinta Betran kepadanya, demi dia meskipun sulit untuk pulang tetap dijalani dan diserang oleh Betran. Jadi demi apapun Betran pastinya akan tetap pulang, meskipun kedua orang tuanya tak setuju dan menghalanginya karena situasi yang sekarang belum memungkinkan itu, tapi Betran tetap dengan pendirian dan keinginannya. Bahkan sudah di stempel wajib olehnya.
"Apa kamu tidak percaya denganku, Sayang? Jadinya kamu masih tanya lagi? Ya sudah nanti kamu lihat saja pastinya aku akan tiba-tiba hadir ke dalam pelukanmu."
Ucapan Betran itu semakin membuat Bianka bahagia, bahkan dia tak bisa berkata-kata lagi. Dan hanya bisa sesenggukan karena terharu akan ketulusan Betran terhadapnya.
"Baiklah, aku tunggu kehadiranmu, Sayang, hiks, hiks, aku sungguh sangat terharu akan ketulusanmu, terimakasih Sayang, aku sungguh mencintaimu, love you full forever dear."
Biasanya Bianka tak pernah berucap kata romantis Inggris atau yang lainnya, hanya berucap tentang Indonesia saja, tapi sekarang berbicara seperti itu, membuat Betran tersenyum saja, merasa aneh sekaligus bangga terhadap istrinya itu.
"Oke, Sayangku siap. Kamu tunggu saja oke! Aku sudahi yaaaa, karena aku melanjutkan lagi beberesnya," balas Betran yang langsung menutup teleponnya tanpa berbicara apapun lagi. Jadinya Bianka tersenyum senang seraya geleng-geleng kepala saja gara-gara ulah suaminya yang selalu begitu apabila sedang berkomunikasi dengannya. Kadang karena mendadak banyak pekerjaan, kadang banyak tamu dan lain sebagainya.
Namun, kali ini Betran benar-benar sangat bersemangat, bahkan dia membereskan semuanya dengan cepat. Tanpa ada yang tertinggal rasanya. Memang dia tak membawa semua bajunya, tapi dia hanya membawa sebagian bajunya dan yang penting-penting saja. Tapi kalau tidak dengan teliti jelasnya akan banyak yang tertinggal. Makanya Betran harus benar-benar teliti sekarang agar tak ada yang tertinggal lagi. Bahkan Betran sesekali mengeceknya terus. Mengecek koper besar yang sudah berisi barang-barangnya itu.
Dia yang sudah sangat capek membereskan itu semua, akhirnya membaringkan dirinya di atas ranjang empuknya. Tanpa disadari Betran pun sudah memejamkan mata dengan sendirinya, tertidur dengan pulasnya. Sampai-sampai dia tak mendengar papa dan mamanya mencarinya. Memanggil terus namanya. Dan saat tak ada sahutan dari Betran, papa Antonio pun seketika langsung memegangi gagang pintunya. Beruntung pintu itu tak dikunci makanya ketika papa Antonio memegangi itu semua dan menggerakkan gagang pintunya, akhirnya terbukalah pintu itu.
"Ehhh anak nakal ini ternyata tidur, Ma, benar-benar ya dia ini, membuat semua orang khawatir saja, aku kira tak ada di kamarnya dia, tapi ternyata pulas sekali, ini persis mencontohmu, Ma, kalau gak ada suaranya pasti tidur," seru Antonio yang memang ada kepentingan dengan Betran, makanya dia mencarinya. Juga ucapannya sedikit memberi candaan. Membuat mama Alexi tersenyum tipis dan memukul bahu suaminya pelan.
"Ahhh, Papa bisa saja hehe."
Kalau mama Alexi, dia mencari Betran karena memang ingin melihatnya. Sebentar lagi kan Betran pulang ke Indonesia pastinya akan sangat lama untuk kembali ke pelukan mereka lagi, makanya beliau ingin memperhatikan anaknya. Ingin bersama dengannya, dengan begitu akan mengobati rasa rindunya kelak. Padahal Betran juga sudah mengajak papa dan mamanya untuk pulang ke Indonesia. Sesekali biar tidak sepi dan beristirahat dalam pekerjaannya, alih-alih liburan. Tapi ternyata papanya itu menolaknya dengan cepat, katanya lebih baik di sini dan memang papanya itu gila bekerja. Makanya mama Alexi menuruti saja apa yang diucapkan oleh papa Antonio. Meskipun papa Antonio ke ujung dunia sekalipun, pastinya mama Alexi akan setia. Begitu cocok rasanya untuk slogan papa dan mamanya.
"Pa, apa kita tidak ikut saja apa yaaa ke Indonesia? Kok Mama rasanya punya firasat yang tidak enak, ragu ketika Betran pulang sendirian, bagaimana menurut, Papa?" ucap Alexi secara mendadak ketika sudah berada didekat Betran dengan sesekali mengelus-elus puncak kepalanya.
"Dia sudah besar, Ma, ngapain kita harus mengawalnya, lagian Papa tidak tega meninggalkan kantor, Ma, kalau Mama mau ikut gak apa-apa, Papa di sini saja sendiri!"
Memang ucapan Antonio seperti itu, tidak apa-apa, tapi dalam kalimat itu yang didengar oleh Alexi semacam kata menyakitkan dan Alexy tidak akan tega untuk meninggalkannya. Akhirnya Alexi pun menunduk pasrah saja dan sesuai dengan keputusan awal.