Jay, Hafiz, Jung hoo dan Min Jae masih berada di depan kampus.
"Sahabat kalian itu licik tau, dia bayar dua orang buat ngaku-ngaku jadi ayah dan anak. Terus fitnah Jay, gue kenal Jay dari kecil. Gue gak yakin kalau Jay ngelakuin hal keji seperti yang di tuduh sahabat kalian. Dia mah nusuk dari belakang, jangan di temani pria seperti ini. Takutnya makin menjadi, hadeh.." jelas Min Jae menatap santai Jung hoo.
Jung hoo mencengkram baju Min Jae, "apa mau Lo? Bukannya Lo benci sama kakak Lo? Tapi kenapa Lo belain dia?!" Teriak Jung hoo.
Min Jae menepis tangan Jung hoo hingga tubuh pria itu tersungkur. "Gue gak belain dia kok, gue cuma menyebutkan fakta. Bukan hoax, ini rekaman pembicaraan kalian waktu malam itu. Gue udah rekam kok," ujar Min Jae memutar video tersebut.
Hafiz terkejut bukan main, ternyata dia dibohongi oleh Jung hoo. Ia percaya pada Jung hoo, tapi pria itu malah mengkhianati dirinya. Jay hanya diam karena dia sudah tau, kalau dia di jebak.
"Dia suka sama perempuan tadi, tapi mau dapetinnya pakai cara murahan. Gak level mah, kaya bocah.." lanjut Min Jae yang langsung masuk ke dalam mobil, menjauh dari kampus tersebut.
Min Jae merasa urusannya sudah selesai, dan saatnya ia pergi dari kampus yang menurutnya kurang nyaman itu. Hafiz menatap Jung hoo dengan tatapan tajam. "Jangan pernah datang ke rumah tempat aku tinggal. Aku akan mengembalikan uang kamu, dan jangan pernah mendekati adikku. Kamu sangat berbahaya jika berada di samping, Humairah.." jelas Hafiz yang langsung pergi dari kampus menyusul adiknya yang entah kemana.
Jay menatap Hafiz dan menatap Jung hoo yang masih berdiri sambil mengepal kedua tangannya.
"Sudah puas kamu memfitnah, lihatlah kamu yang malu 'kan? Tuhan itu maha adil, securang-curangnya kamu Tuhan akan menunjuk kebusukanmu. Sekali lagi kamu memfitnah ku yang tidak-tidak, aku pastikan kamu akan menyesal. Demi apapun, aku kecewa dengan kamu Jung hoo, aku kira kamu sahabat yang baik, ternyata tidak sesuai dengan penilaian ku.." tegas Jay yang langsung mendorong Jung hoo hingga terjatuh.
Pria itu langsung menyusul Hafiz yang mencari keberadaan, Humairah. Di sisi lain, Min Jae tengah menyetir mobil dan mencengkram stir tersebut.
"Aish, kenapa aku berada di pihak dia sih? Harusnya aku bahagia, namanya jelek. Aish, aku tidak boleh melakukan itu lagi, nanti dia kira aku pria lemah lagi. Min Jae dia bukan kakak kamu lagi, anggap kakak kamu sudah mati. Jangan membela dia, karena dia hanya orang asing bagimu. Dia Jay, bukan Min Hyun..." Gumam Min Jae.
"Dia bukan kakak mu," ujar Min Jae sambil mencengkram kuat stir mobil yang ia bawa.
Ia memilih untuk kembali ke apartemen miliknya. Ia berkuliah di Seoul, karena itu keinginan sang ayah. Dia akan kembali ke Busan, jika mendapat libur atau di suruh pulang oleh sang ayah. Walau dia di sayang oleh ayahnya, dia juga tidak nyaman dengan perlakuan tersebut, karena sedari dulu ayahnya tidak mengacuhkannya dan selalu kasar. Jika dia tinggal di apartemen sendiri, Min Jae akan sangat nyaman karena tidak bertemu dengan ayahnya yang kasar dan hanya memikirkan harta saja.
***
Di taman,
Hana duduk di samping Humairah. "Asli aku kecewa banget sama Oppa Jung hoo. Tega ya dia bicara seperti itu di depan orang banyak. Dia merendahkan aku di depan Mahasiswa/i kampus. Aku malu banget tau Hana, aku kira dia pria yang baik ternyata dia pria jahat dan tega memfitnah orang yang tidak bersalah.." ujar Humairah yang merasa sakit hati.
Hana memeluk Humairah, "udah jangan dipikirkan ucapan pria seperti itu. Lebih baik kamu tenang, dia tidak akan mendekati kamu lagi. Pasti dia udah di ancam oleh Hafiz, agar tidak mendekati adik kesayangannya ini. Lupakan ucapan dia, lebih baik kita pulang. Pasti kamu capek," ujar Hana mengusap rambut Humairah.
Humairah menatap Hana, "aku gak mau, males banget liat muka dia. Pasti dia ada di rumah itu, kamu tau 'kan dia tinggal bareng aku dan kakak. Asli gak mau pulang, kalau liat muka dia aku bakal emosi.." lanjut Humairah.
Hana terkekeh, "ya udah, jadi diem di sini aja nih? Gak dingin kah? Kamu gak pakai jaket loh," ujar Hana.
"Gak, tenang aja. Aku kebal," balas Humairah.
Hafiz dan Jay sudah mencari Humairah kemana-mana, namun tidak menemukan gadis cantik itu. "Aish ada nomor Hana? Kayanya dia bareng Hana deh.." ujar Hafiz.
"Aku gak punya," balas Jay.
"Aish kemana perginya adik aku ya, ya Allah lindungilah adik hamba dimana pun dia berada. Jangan sampai ia terluka, karena ulah orang-orang jahat.." lanjut Hafiz yang khawatir pada adiknya.
Saat mencari sang adik, ia melihat ada dua gadis duduk di bangku taman. Ia mengenal gadis tersebut dan langsung menyusul ke taman tersebut.
"Humairah," panggil Hafiz.
Humaira langsung menatap sang kakak, "abang, kok bisa tau Humairah ada di sini?" Tanya Humairah.
Hafiz langsung memeluk adiknya dan tubuh adiknya benar-benar sangat dingin. "Udah jangan banyak tanya, lebih baik kita pulang, tubuh kamu dingin banget ini.." jawab Hafiz yang menarik tangan adiknya.
Humairah akan menarik tangan Hana, namun gadis itu langsung menjauhkan tangannya. "Aku nggak bisa ikut, aku harus pulang.." ujar Hana.
"Ya udah, mau di--,"
"Aku bisa pulang sendiri kok, dah Aira.." ucap Hana yang langsung masuk ke dalam taksi.
Humairah menatap kepergian temannya, dan menatap Jay yang berdiri di sampingnya. "Bang minta maaf dulu," ujar Humairah pada Hafiz.
Hafiz menatap Jay dan memegang bahu sahabatnya tersebut. "Sorry, gue gak percaya sama Lo pada saat itu. Sorry ya," permintaan maaf dari Hafiz.
Jay tersenyum, "santai, gue gak masalah kok. Setiap manusia memang sulit untuk dipercaya 100%. Tapi tenang aja gue gak ambil hati kok dengan kata-kata Lo saat itu. Jadi nggak perlu minta maaf," balas Jay.
Hafiz langsung memeluk Jay, pria tampan itu benar-benar bersalah dengan sahabatnya tersebut. Harusnya ia mempercayai sahabatnya, namun karena kebodohannya dia harus mengucapkan kata yang menyakitkan hati sahabatnya tersebut. Humairah yang melihat adegan pelukan tersebut langsung tersenyum. Gadis itu bahagia jika Abangnya sudah berbaikan dengan Jay.
"Udah dulu pelukannya, aku udah dingin banget nih bentar lagi beku deh kayanya.." ujar Humairah.
Pelukan terlepas Hafiz dan Jay terkekeh mendengar ucapan dari Humairah. Mereka bertiga pun masuk ke dalam taksi, karena suasana semakin dingin. Mereka menuju rumah sewa, dan selama di perjalanan mereka memejamkan kedua mata karena lelah, dan suasana juga sangat mendukung untuk tidur.