"Aku tahu kamu sudah punya kekasih. Itu sebabnya aku tidak mau mengatakan ini sebelum aku punya pekerjaan, Aku rasa ini saatnya untuk aku mengutarakan apa yang ingin ku utarakan sejak lama. Aku berharap kamu bisa mencintaiku Olivia."
DEG~~~
"Maksudmu, kamu tahu tentang aku yang kini sudah punya kekasih?" tanya Olivia.
"Iya. Aku juga tahu siapa laki-laki yang telah mengambil hatimu selama dua tahun ini."
Olivia sangat terkejut dengan apa yang hendak dibicarakan oleh Yuda. Olivia pun pamit pulang tanpa memberikan jawaban atau merespon perkataan yang di jelaskan secara rinci oleh Yuda.
Yuda dengan sengaja tidak mengejar Olivia. Sikapnya yang sudah dewasa, ia tunjukkan pada Olivia dengan membiarkan Olivia berpikir jernih dan mencerna apa yang sudah ia ketahui dari sebuah fakta yang ada.
Kemudian Yuda kembali ke Restoran dan menuntaskan pertemuannya dengan kedua orang tua Olivia.
Yuda pun melihat berapa cemasnya kedua orang tua Olivia saat melihat Yuda kembali ke dalam Restoran. Yuda duduk di hadapan kedua orang tua wanita yang ia cintai itu seraya memasang raut wajah yang memelas.
"Bagaimana Olivia, Nak Yuda?" tanya Ibu paruh baya yang tak lain adalah ibu dari Olivia Jasmine.
Yuda pun menatap kecewa ibu dan ayah Olivia. Ia melipat kedua tangannya di atas meja, lalu mulai membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan dari ibu Olivia.
"Olivia sudah pulang, Bu. Aku tahu ini seharusnya tidak terjadi. Maafkan aku Pak ... Bu," ujar Yuda seraya menundukkan kepalanya.
"Ah ... Tidak apa-apa Nak Yuda. Ini sama sekali bukan kesalahan Nak Yuda," kata Ayah.
"Tapi kan, hubungan Ibu, Bapak dan Olivia menjadi tak baik."
"Ini semua memang salah kami yang tak memberi tahu Olivia dari jauh-jauh hari. Tapi Nak Yuda jangan berkecil hati dan jangan patah semangat untuk mendapatkan hati Olivia. Kami berdua akan mencoba membujuk Olivia agar mau menerima perjodohan ini. Karena kami hanya ingin Nak Yuda yang menjadi calon suami Olivia, hanya Nak Yuda.''
Perkataan kedua orang tua Olivia sangat membangkitkan semangat Yuda Wistara yang sempat berada di posisi bawah. Kemudian mereka pun saling berpamitan untuk melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Tak lupa Yuda pun mengantar pulang kedua orang tua Olivia dengan menaiki mobil mewahnya.
Sementara itu, Olivia yang pergi meninggalkan Yuda, meminta Pak Sopir taxi online untuk mengantarnya ke sebuah taman yang berada di dekat tempat kerja Sang kekasih, Erlangga. Erlangga yang bekerja di sebuah Perusahaan Retail dan hanya menjadi karyawan biasa. Olivia mengirimi pesan pada Erlangga bahwa ia menunggunya pulang hingga berakhirnya pekerjaan Erlangga yang tutup di jam sembilan malam.
Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB, Olivia tidak masalah jika menunggu setengah jam di taman yang sudah mulai sepi. Dengan memegang segelas kopi panas yang hendak ia beli saat sedang dalam perjalanan menuju taman Anggrek dekat kantor tempat Erlangga bekerja.
Setelah jarum jam pun akhirnya berhenti di titik yang menunjukkan angka 21.15, Erlangga tiba dengan membawa satu cup ice cream rasa strawberry kesukaan Olivia. Tiga tahun menjalin hubungan dengan Olivia, sudah cukup mampu bagi Erlangga memahami sifat Olivia yang akan menemuinya kapan pun disaat ia sedang bersedih hati.
Erlangga menghampiri Olivia yang sedang duduk termenung di bangku taman yang suidah mulai sepi. Ia pun menyodorkan ice cream itu tepat di depan wajah Olivia hingga membuat Olivia terperanjat dan langsung menoleh ke arah Erlangga.
''Erlangga ...,'' sapa Olivia yang langsung mengambil ice cream strawbery itu dari tangan Erlangga.
Erlangga pun duduk di samping Olivia dan langsung meraih kepala Sang kekasih untuk ia sandarkan di pundaknya. Sikap romantis yang selalu ditunjukkan oleh Erlangga terhadap Olivia, selalu membuat Olivia merasa tenang ketika berada di dekat Erlangga.
''Ayo dong di makan ice creamnya!'' titah Erlangga pada Olivia yang menyeka pipi mulus Olivia karena remebsan air mata yang jatuh perlahan menggenagi kedua mata Olivia. Olivia pun tersenyum kecil dan membuka ice cream favoritnya itu.
Erlangga tidak mengatakan sepatah kata pun ketika Olivia sedang menikmati ice creamnya. Hingga ice cream itu pun habis, dan Erlangga pun mulai mengatakan sesuatu.
''Ada masalah apa, sayang?'' tanya Erlangga dengan lembut.
''Entahlah, Erlangga. Rasanya ini semua sangat sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata. Aku tidak tahu apa aku harus menceritakan semua ini padamu. Tapi Erlangga, yang jelas ini semua ada kaitannya dengan hubungan asmara kita. Aku hanya ingin kamu segera menikahi aku!''
Kemudian Erlangga pun hanya terdiam setelah mendengar permintaan Olivia yang selalu dan melulu seperti itu. Erlangga selalu kehabisan kata jika Olivia sudah meminta hal itu dari Erlangga. Karena memang, Erlangga merasa masih belum punya cukup uang untuk melamar Olivia sesuai dengan apa yang pernah orang tua Olivia bilang pada Erlangga.
''Tapi Olivia, kamu kan tahu sendiri, aku baru saja diterima kerja. Gajiku juga belum cukup untuk mengumpulkan uang. Sudah berapa kali aku harus mengatakan semua ini padamu. Aku belum siap dalam masalah materi.''
''Baiklah. Aku tahu itu semua. Tapi, aku sudah tidak tahu lagi bagaimana aku bisa memberi alasan pada orang tuaku bahwa kamu masih belum siap melamarku. Erlangga, aku beri kamu satu tahun untuk mengumpulkan uang agar kamu bisa melamarku. Ada atau tidaknya, aku akan menunggu kamu di rumahku dan bilang pada orang tuaku bahwa kamu akan melamarku jadi istri kamu.''
''Apa? Satu tahun? Olivia, itu bukan waktu yang cukup bagi aku memenuhi syarat dari kedua orang tuamu. aku butuh tiga tahun lagi untuk bisa melamar kamu dan bertemu langsung dengan kedua orang tua kamu.''
''Kamu sudah gila ya Erlangga? Tiga tahun? Apa kamu tega merelakan aku menikah dengan orang lain karena orang tuaku menilai bahwa kamu tidak pernah serius denganku?'' tanya Olivia.
''Ya sudah, oke! Aku akan coba memikirkan kembali permintaan kamu. Tapi Olivia, aku juga berharap kamu akan mengkaji ulang apa yang sudah kamu katakan padaku.''
Perbincangan yang terasa sangat panas itu, membuat Olivia akhirnya meminta Erlangga untuk mengantarnya pulang. Olivia pun ingin Erlangga menampakkan dirinya di depan kedua orang tuanya setiap kali hendak mengajak jalan Olivia. Meski ada rasa takut dari dalam hati Erlangga, ia tetap bersikap bijaksana dalam mengatasi apa yang diminta oleh Sang kekasih. Erlangga hanya ingin hubungannya dengan kedua orang tua Olivia tidak tercoreng dengan luapan emosi Erlangga saat menghadapi segala ocehan yang terlontar dari mulut orang tua Olivia yang sering membuatnya sakit hati.
''Erlangga? Halo? Kenapa terdiam? Kamu tidak mau ya bertemu dengan kedua orang tuaku?'' tanya Olivia.
''T---Tidak Olivia. Ayo kita pulang!'' ajak Erlangga.