Satu bulan kemudian ...
"Olivia ... Kapan kamu akan segera mengiyakan lamaran Yuda?" tanya ayah Ardi.
DEG~~~
Suasana di ruang keluarga yang semula hangat, kini menjadi panas bagai di tanah gersang. Pukul tujuh malam ini, adalah malam di mana Olivia bersama dengan kedua orang tuanya sedang bersantai sembari menyantap camilan yang telah disiapkan oleh Sang ibunda.
Namun, seketika suasana menjadi tak santai lagi ketika ayah Ardi melontarkan pertanyaan yang membuat irama degupan jantung anak perempuannya itu tak karuan.
Ya ... Olivia Jasmine yang sebulan lalu telah dilamar oleh Yuda, meminta waktu satu bulan untuk menjawab apakah ia mau atau tidak menikah dengan Yuda. Meskipun Yuda kala itu ingin menikahi Olivia dalam waktu satu minggu lagi, Yuda memberi kesempatan bagi Olivia selama satu bulan.
Kala itu, Olivia langsung memberitahukan kedua orang tuanya bahwa Yuda telah memberinya waktu satu bulan lagi untuk Olivia berpikir. Mau tidak mau, ayah dan ibu Olivia pun menyetujuinya.
Bukan hanya pada kedua orang tuanya Olivia bercerita. Ia juga memberitahukan pada Erlangga bahwa Erlangga punya waktu satu bulan untuk menikahi Olivia.
Hingga kini, satu bulan telah berlalu. Sejak pertemuannya sebulan lalu dengan Erlangga, Olivia seakan di acuhkan oleh Erlangga yang tak kunjung datang ke rumah dan menghadap ayah ibu untuk melamar dirinya.
Olivia pun tidak menanyakan kabar atau pun datang ke rumah Erlangga untuk sekadar ingin tahu perkembangannya. Olivia menepati janjinya untuk tidak mengganggu Erlangga dan akan menunggu Erlangga datang melamarnya tanpa bertukar kabar selama satu bulan itu.
"Olivia ... Hei!" panggil ibu seraya menepuk pundak Olivia yang sedang bergetar hebat.
"Ah! I---Iya, Bu. Maaf tadi aku melamun," ucap Olivia yang menunduk dan memalingkan pandangannya terhadap ayah dan ibu.
"Olivia! Kamu tidak bisa seperti ini terus. Kamu tahu dan paham tentang semua kebaikan Yuda pada keluarga kita. Dia juga sangat mencintai kamu sejak satu tahun lalu. Seharusnya kamu bisa lebih dewasa dan segera terima lamaran laki-laki yang akan membuat hidup kamu bahagia!" tegas ayah Ardi.
"Ayah ... Tapi aku sudah punya seseorang yang juga mencintaiku dengan tulus. Aku tidak bisa menikah dengan Mas Yuda karena aku tidak mencintainya," rengek Olivia. Setetes demi setetes air mata yang jatuh dari kedua mata Olivia seketika membuat basah pipinya yang mulus.
"Halah! Maksud kamu Erlangga? Dia sudah membuktikan bahwa dia tidak benar-benar mencintai kamu! Ke mana dia sekarang, hah? Tidak ada kan? Sudahlah Olivia, kamu jangan mempersulit dirimu sendiri dan menikahlah dengan Yuda. Besok sore ayah akan atur pertemuan dengan Yuda!" ujar Pak Ardi.
Mendengar kemarahan dan ocehan Sang ayah, Olivia pun memilih untuk pergi dari hadapan ibu dan ayah Ardi. Olivia berlari menuju kamarnya dan menangis tersedu.
Sedangkan, Sang ayah tidak menghiraukan perasaan putrinya yang sedang sedih. Beliau justru menelepon Yuda untuk mengatur pertemuan besok sore di Griya Cafe pukul 16.00 WIB.
Ayah dan ibu Olivia membiarkan Sang putri untuk berpikir. Kini Olivia benar-benar sendiri menghadapi masalahnya yang tak kunjung mendapat titik terang. Erlangga yang ia percaya akan membawanya keluar dari rumah yang terasa seperti neraka dunia itu, menghilang tanpa jejak dan tak ada petunjuk di mana ia berada.
"Erlangga ... Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa kamu memang tidak sungguh-sungguh mencintaiku? Kamu jahat Erlangga!" getir Olivia seraya meremas guling yang sedang ia peluk dengan erat.
Olivia tidak menyangka bahwa Erlangga akan tega berbuat seperti ini padanya. Olivia pun sedih karena Erlangga melepas dirinya untuk orang lain setelah tiga tahun lamanya mereka menjalin kasih.
Olivia beranjak dari kasur untuk berdiri di depan cermin. Ia tampak hancur seperti bom waktu yang sebentar lagi akan meledak. Olivia Jasmine berniat untuk kabur dari rumah.
Tanpa berpikir panjang, Olivia bergegas memasukkan baju-bajunya ke dalam tas. Setelah selesai, ia pun membuka perlahan pintu kamar untuk melihat keadaan ayah dan ibu nya yang masih berada di ruang keluarga.
Olivia pun kembali menutup pintu dan mengendap-endap membawa tasnya lalu pergi lewat jendela yang memang belum ia tutup rapat sejak sore tadi.
Kini Olivia pun berhasil keluar dari dalam rumah. Ia berjalan perlahan lewat pinggir rumah dan berlari ketika sudah berada di jalanan komplek.
"Akhirnya, aku bebas juga!" gumam Olivia seraya berjalan dan menikmati semilir angin malam.
Dari kejauhan, Olivia melihat cahaya lampu mobil yang perlahan mendekatinya. Olivia tidak berpikir itu akan mengganggu dirinya. Namun ketika mobil itu melaju dan melewatinya, seketika berhenti dan terdengar suara pintu mobil yang tertutup kembali.
"Olivia!" teriak laki-laki dari arah belakang Olivia.
Siapa laki-laki itu?