Day keluar dari salah satu bilik toilet dengan memakai rok baru yang Rion beli dari koperasi. Sangat memalukan, kenapa hari ini begitu sial untuknya?! Datang bulan saat tengah makan di kantin, dilihat dan ditertawakan oleh banyak orang. Pasti habis ini dia akan digunjing habis-habisan lagi oleh
satu sekolahan. Berita memalukan itu pasti akan mudah tetsebar dari mulut ke mulut.
Siap-siap saja Day.
Kendati demikian, Day merasa bersyukur karena ada Rion yang dengan baik hati selalu ada untuk menolongnya. Day semakin kagum saat mengingat apa yang telah Rion lakukan untuk menyelamatkannya dari cemoohan orang-orang. Laki-laki itu merelakan blazer miliknya kotor terkena darah demi menutupi bercak darah menstruansi di rok yang dikenakan Day. Bahkan Eros tidak sebaik dan seperhatian Rion.
Ah, mengingat Eros, Day jadi kesal lagi. Melihat bagaimana kakaknya itu diam saja ketika dia ditertawakan orang-orang membuat Day ingin sekali membejek-bejek wajah songong laki-laki itu.
Setelah membuka pintu toilet utama dia langsung disuguhi pemandangan menyejukan. Rion ternyata masih menunggunya di samping pintu, menyender ke tembok sebelum akhirnya ia tersenyum ketika mendapati Day dengan keadaan rapi.
"Sudah selesai?"
Day tersenyum lantas mengangguk. "Terima kasih banyak ya kak Rion."
Rion membalas dengan tersenyum lagi, kali ini lebih lebar membuat lesung pipit di kedua pipinya tercetak.
"Mana sini blazer sama roknya, biar aku bawakan." Rion berniat mengambil alih blazer miliknya yang terkena sedikit noda darah dan rok Day yang basah karena Day sempat mencuci bercak darahnya dengan air saat di dalam toilet tadi.
"Biar Day saja yang bawa. Sekali lagi terima kasih banyak kak, dan ... maaf sudah merepotkanmu. Aku sangat malu, tadi bahkan kakak membelikanku pembalut." Wajah Day memerah bak kepiting rebus.
"Tidak masalah bila itu menyangkut Tuan Putri."
Day terkekeh. "Blazernya akan aku cuci sendiri. Baru aku kembalikan setelah kering."
"Santai saja, kita kan satu rumah."
Rion tertawa membuat Day ikut tertawa juga. Akhirnya mereka berjalan bersama. Rion berniat mengantarkan Day ke kelasnya, ia tak tega membiarkan nona mudanya berjalan sendirian di tengah rasa malu.
Semakin berjalan melewati kelas-kelas, mereka mendengar suara menggema yang semakin keras. Seperti suara sekelompok orang yang tengah melakukan aksi demonstrasi. Yang aneh adalah karena kalimat mereka.
"DAYANA!! KAMI MINTA MAAF!!"
Begitu kalimatnya, diucapkan beramai-ramai berulang kali.
Day mencari sumber suara yang ternyata dari arah lapangan. Day yang berdiri di lantai dua melongok ke bawah, disana terdapat hampir tiga puluh orang, berdiri di bawah teriknya sinar matahari. Serempak berseru, meminta maaf sambil menyebut nama Day.
Semula Day hanya diam karena bingung dan tak tahu apa kesalahan mereka sampai melakukan itu. Sampai akhirnya suara Eros menjawab kebingungannya, "MEREKA YANG NGETAWAIN KAMU DI KANTIN. MEREKA NGAKU SALAH. MEREKA SUDAH MINTA MAAF SAMA KAMU. KAMU MAU MAAFKAN MEREKA ATAU TIDAK?" tanyanya keras. Laki-laki itu berdiri di tempat teduh, sambil mendongak menatap ke arah Day. Otomatis semua orang yang ada di bawah ikut menatap ke arahnya.
Day tercekat ketika pasang mata itu menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang memelas, marah yang tertahan, memelotot bahkan memohon sambil menyatukan kedua tangan. Andai saja mereka tahu kalau Day adalah adik Eros, pasti mereka tidak akan berani memelotot seperti itu.
"DAYANA, KAMI MINTA MAAF!!" seru mereka lagi, kali ini lebih memaksa.
Day melirik Eros yang santai-santai saja. Day tahu kalau semua ini adalah ulah laki-laki otoriter itu. Bukannya senang, Day malah mendengus kesal.
"Eros.. Eros.." Rion geleng-geleng kepala sambil memandangi Eros. "Ada-ada saja."
"KENAPA DIAM SAJA?! KAMU MAU MAAFKAN MEREKA ATAU TIDAK SIH?!" Eros mulai kesal.
Day mendengus. "IYA-IYA AKU MAAFKAN!!" Mereka melega. "SEKARANG KALIAN BUBAR!!! AKU JUGA MINTA MAAF ATAS KELAKUAN KAK EROS!!"
Eros mengernyit, dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat. Sambil terus mendongak ke arah lantai dua, Eros menyolot, "KOK LO MINTA MAAF ATAS KELAKUAN GUE SIH?! GUE KAN GAK SALAH APA-APA!!"
"KALO GAK MAU AKU MINTA MAAF, KAKAK YANG MINTA MAAF SAMA MEREKA. KAN KAKAK UDAH HUKUM MEREKA!!"
"GUE HUKUM MEREKA KARENA MEREKA UDAH NGERENDAHIN HARGA DIRI LO! MEREKA NGETAWAIN LO DI KANTIN!! GUE MAU MEREKA SEMUA NGEHARGAIN LO, DAY!! MAKANYA GUE SURUH MEREKA KINTA MAAF!" Eros berubah marah. Itikad baiknya tidak dihargai oleh sang adik. Ngelunjak.
"YA GAK PERLU GINI JUGA CARANYA!! LEBAY!!"
Day tak sadar orang-orang memaki dirinya yang telah berani melawan seorang Eros. Disaat semua orang tunduk di hadapannya.
Sarah yang menjadu salah satu orang yang kena hukuman menatap sinis Day. Berani sekali perempuan itu pada Eros, pikirnya.
Mulanua Day dan Eros masih bersitatap sengit hingga akhirnya Eros pergi entah kemana. Ternyata oh ternyata, tanpa diduga tujuan Eros adalah lantai dua, tempat dimana Day dan Rion berada. Kedatangannya dari arah tangga membuat Day tercekat, cara berjalan Eros yang cepat serta kemurkaan di wajah pria itu membuat Day mundur perlahan.
Grep!
Lengan Day ditarik Eros membuat rok dam blazer yang dipeluknya terjatuh ke lantai. Rion menghadang Eros, ia tidak suka karena Eros bersikap kasar pada Day, namun Eros segera menghujamnya dengan tatapan tajam. Seolah berkata,
"Lo diem, gak usah ikut canpur!"
Rion tak bisa berkutik.
"KAKAK MAU BAWA AKU KEMANA SIH?!" Day memberontak. "Lepasin tangan aku!"
"Jangan membantah! Ikut gue!"
Eros terus menariknya sampai ke dalam sebuah gudang yang cukup berdebu dan gelap.
Day meringis ketika Eros menghempaskannya ke dalam ruangan itu. Day mengusapi kepalan tangannya yang sakit. Eros mengunci pintunya dari dalam.
Day menggerutu dalam hati, selama ini Eros tidak pernah mau bersentuhan dengan Day apalagi menggenggam tangannya. Sekalinya digenggam, tangannya sampai memerah dan sakit begini. Benar-benar tidak punya perasaan!
"Kakak mau apa, bawa aku kesini?"
Day bertanya ketika Eros mendekat dengan wajah bengis.
"Lihat! Tanganku merah karena ulah kakak!" Day menunjukkan tangannya pada Eros. Eros tak peduli, meliriknya sekilas lalu kembali menatap Day tajam.
Day merasa aura Eros berubah menakutkan ketika laki-laki yang lebih tinggi darinya itu selangkah deki selangkah mulai menyudutkan tubuh Day ke tembok. Day menelan ludah sambil menatap Eros takut-takut. Day berpikir kalau Eros akan menyakitinya atau memukulnya karena ia berani melawan Eros di depan semua orang tadi.
"K-kak Eros mau apa??"
Eros menyeringai, saat Day mulai panik karena punggungnya sudah membentur tembok, dengan lembut Eros meraih tangan Day yang tadi digenggamnya. Mengusapi bekas kemerahan itu dengan lembut, sehingga Day menegang dan meremang.
Cup!
Mata Day membulat ketika Eros mencium bekas kemerahan itu dengan penuh kelembutan.
Eros kembali menatap mata indah Day, kali ini penuh kasih sayang. "Jangan jadi adik pembangkang, kalau tidak mau dapat hukuman dari kakak," katanya, bulu kuduk Day merinding.
Setelah mengatakan itu, seenak jidat Eros keluar dari gudang meninggalkan Day yang takjub tak berkutik.