"Kau lihat, kan? Aku benar," kata Keisha. "Kau selalu memberikan perhatian yang lebih, bahkan terhadap kata-kata yang aku sendiri tidak sadar telah terlalu sering mengucapkannya."
"Kei, sudah," Delima menunduk dalam senyuman. "Kamu membuatku menjadi serbasalah."
"Aah, polos sekali."
"Kei…!"
"Baiklah, baiklah…" Keisha tertawa-tawa pelan. Dan kemudian kembali mengecup kening sang gadis. "Sudah saatnya aku pulang. Takutnya, ayahku bablas dan melewati jalan masuk di sisi utara hutan ini."
"Baiklah, Kei. Hati-hati."
"Pasti," ujar pemuda itu sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Keisha!"
"Iya, iya… astaga," sang pemuda terkekeh sembari menggeleng-gelengkan kepala.
Setelah itu, Keisha pun berlalu bersama sepedanya. Dan Delima masih setia berdiri di sana, memandangi punggung sang kekasih yang berlalu semakin jauh, semakin jauh dan menghilang di antara kerapatan pepohonan.
