"Entahlah…" Mutiya mendesah panjang namun beban di dada masih belum ia rasakan berkurang sama sekali. "Rasa-rasanya ini semua aneh saja."
"Tidak ada yang aneh," ujar Kurnia. "Dengan kesepakatan yang telah mereka buat, tentu saja hal ini bisa membuktikan apakah anak kita layak atau tidak. Ini juga yang menjadi alasan kedua."
"Tapi aku masih merasa Keisha jatuh dalam jebakan, Sayang."
"Hei," Kurnia kembali mengeratkan pelukannya ke tubuh sang istri. "Sudah aku katakan, jangan terlalu mengkhawatirkan Keisha. Seharusnya, kamu bisa berbangga dan berdoa untuk keberhasilan anak kita itu, Sayang. Ini sekaligus akan membuktikan, apakah Keisha adalah sosok yang sama seperti hari-hari yang lalu, atau dia sudah berubah seperti apa yang ia tunjukkan dalam dua hari ini? Kita sepatutnya mendukung dalam hal ini."
"Yaah, aku rasa kamu benar. Aku hanya terlalu berlebihan saja dalam mengkhawatirkan Keisha."
