Kurnia mendesah panjang. Sampai pada saat sekarang itu, ia masih merahasiakan kemelut yang pernah terjadi antara dirinya dengan Keisha dari sang istri, tidak pula pada Shifa dan suaminya si Jaya itu.
"Kau tahu, Sayang," ujar Kurnia kemudian. "Aku pernah berpesan banyak hal pada Keisha ketika aku di Jakarta. Banyak hal," Kurnia seolah menekankan sesuatu kepada sang istri dengan kata-katanya itu. "Salah satunya, berani bertanggung jawab dengan apa pun yang telah diperbuat. Dengan demikian, barulah bisa dikatakan menjadi seorang laki-laki. Hidup tidak akan selamanya datar, Sayang."
"Yaah," Mutiya mengangguk lemah. "Kau benar. Terlebih lagi, dengan Keisha yang memegang uang banyak, aku rasa godaan demi godaan pastilah akan datang menghampiri."
