Delima tertawa dengan merdu. "Kau seperti sengaja menjaga jarak, Andham. Kau memang berbeda."
"Menjaga jarak demi keindahan itu tetap utuh," sahut Andham. "Kurasa tidak ada yang salah dengan itu."
"Aah…" Delima mengangguk-angguk. "Sungguh, kau memang pria yang baik."
"Baik dalam pandangan kita, belum tentu baik dalam pandangan orang lain."
"Yaa, kau memang benar," kata Delima. "Aku sangat setuju dengan ucapanmu itu. Sudahlah," lanjut sang gadis. "Ini!"
Delima menyerahkan kartu nama itu kepada Andham, pria itu terlihat sedikit ragu untuk menyentuh kartu nama itu. Ragu sebab ia tahu dari mana benda itu dikeluarkan oleh Delima, sehingga, tanpa sadar, tangan pria itu menjadi sedikit bergetar.
"Kau sepertinya sedang tidak baik-baik saja, Andham," ujar Delima. "Lihat tanganmu, kau sangat gemetar."
"Bukan," Andham menelan ludah. "Bukan seperti itu, aku baik-baik saja. Sungguh."
"Lalu?" Delima menelisik wajah itu. "Dan kau pucat juga berkeringat, Andham."
