"Kita punya pandangan yang sama," ujar Delima.
Keduanya pun tertawa-tawa pelan diiringi embusan angin malam yang tidak terlalu kencang. Hanya sedikit saja, untuk mengurangi kehangatan yang sedikit berlebihan di sana.
Ya, berlebihan. Setidaknya, itulah yang dirasakan pria itu ketika dalam tawa mereka tersebut tak sengaja tatapannya tertuju ke arah buah dada yang besar itu, berguncang-guncang seiring tawa dari gadis itu sendiri.
Sang pria menundukkan pandangannya, menelan ludah dengan wajah yang merah padam.
Delima menyadari hal ini, namun justru hal itu menjadi nilai lebih bagi pria tersebut.
"Aku hanya berharap," ujar sang pria. "Semua keindahan ciptaan Tuhan ini tidak akan musnah."
Sang gadis tersenyum mendengar itu. Yaa, dia memang berbeda, tidak saja mencintai alam ini, namun juga tidak ingin mencuri kesempatan padahal kesempatan itu ada di depan matanya. Tidak sebagaimana dua orang pemuda yang dengan sangat terpaksa ia bunuh beberapa hari yang lalu itu.
